youngster.id - Microsoft Corp. baru-baru ini mengumumkan temuan dari laporan Work Trend Index 2021. Bertajuk “The Next Great Disruption Is Hybrid Work — Are We Ready?”, laporan ini mengungkapkan tujuh tren kerja hybrid (hybrid working) yang perlu dipahami para pemimpin bisnis ketika memasuki fase kerja baru yang dikenal dengan sebutan hybrid.
Kerja hybrid adalah model kerja campuran di mana sejumlah karyawan kembali ke tempat kerja dan yang lainnya tetap bekerja dari rumah. Adapun tujuh tren kerja hybrid ini adalah:
- Sistem kerja fleksibel akan tetap ada,
- Pemimpin kurang terhubung dengan karyawan dan dibutuhkan peningkatan kesadaran akan hal ini,
- Produktivitas tinggi berdampak pada meningkatnya kelelahan bekerja,
- Gen Z berisiko mengalami kesulitan dan membutuhkan penyegaran energi kembali,
- Berkurangnya interaksi membahayakan inovasi,
- Autentisitas akan memacu produktivitas dan kesejahteraan,
- Talenta kerja ada di mana-mana dalam dunia kerja hybrid.
“Tren baru ini menghadirkan peluang unik untuk menciptakan masa depan kerja baru yang lebih baik. Di Microsoft, kami berupaya untuk membantu semua orang agar dapat berkembang di dunia kerja hybrid ini. Untuk melakukan itu, kami terus berinovasi dan mendampingi orang-orang dalam perjalanan transformasi digital mereka. Contohnya, dengan menghadirkan fitur-fitur baru di Microsoft Teams, serta memperkenalkan platform pengalaman karyawan baru, Microsoft Viva,” kata Haris Izmee, Presiden Direktur, Microsoft Indonesia.
Sementara semua orang masih belajar untuk beradaptasi dengan model kerja hybrid ini, ada dua hal yang diketahui secara pasti:
- Sistem kerja fleksibel akan tetap ada. Di Indonesia, sebanyak 83% pekerja menginginkan opsi kerja jarak jauh yang fleksibel; lebih tinggi dari rata-rata global di 73%. Selain itu, 72% pemimpin bisnis di Indonesia juga berencana mendesain ulang kantor untuk mendukung model kerjahybrid; lebih tinggi dari angka global di 66%.
- Kerja jarak jauh adalah magnet baru bagi para pencari kerja. Di Indonesia, sekitar 63% pekerja mengatakan adanya kemungkinan mereka pindah ke tempat baru dalam tahun depan (jauh lebih tinggi dari angka global yang berada di 46%). Sementara itu, 49% mengatakan adanya kemungkinan mereka untuk mempertimbangkan meninggalkan pekerjaan dalam tahun ini (lebih tinggi dari global di 41 %). Mendapatkan opsi kerja jarak jauh merupakan salah satu pertimbangan utama mereka untuk pindah.
Tantangan dan Peluang
Sejatinya, tren kerja jarak jauh selama setahun terakhir telah menciptakan peluang kerja baru bagi sebagian orang, menawarkan lebih banyak waktu keluarga, dan memberikan keleluasaan untuk mengurangi waktu tempuh di jalan. Sayangnya, ada sejumlah tantangan baru yang perlu diantisipasi:
- Tim menjadi lebih terkotak-kotakkan dan kelelahan digital adalah ancaman nyata. Di Indonesia, 40% pekerja mengalami penurunan interaksi dengan rekan kerja (yang dapat membahayakan inovasi), 61% pekerja merasa terlalu banyak bekerja, dan 68% Gen Z mengatakan bahwa mereka merasa kesulitan untuk bertahan. Meningkatnya waktu yang dihabiskan dalam rapat dapat menjadi salah satu faktor utama perasaan tersebut. Menurut sebuahstudi terbaru oleh Microsoft tentang aktivitas gelombang otak, rapat berturut-turut dapat menurunkan kemampuan orang untuk fokus dan terlibat dalam rapat. Transisi di antara rangkaian rapat juga bisa menjadi sumber stres yang tinggi.
- Ada kesenjangan antara apa yang dirasakan para pemimpin dan pekerja. Di Indonesia, ketika 53% pemimpin bisnis mengatakan mereka semakin berkembang, 33% pekerja merasa perusahaan mereka meminta terlalu banyak di tengah situasi seperti saat ini. Hal tersebut menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran bagi para pemimpin bisnis atas situasi yang tengah terjadi.
Terlepas dari semua tantangan yang ada, masih ada peluang besar untuk menciptakan tempat kerja di mana semua orang dapat berkembang, dengan menggunakan pembelajaran dari peralihan mendadak ke sistem kerja jarak jauh tahun lalu. Microsoft telah mengidentifikasi lima strategi bagi para pemimpin bisnis untuk mulai melakukan perubahan:
- Buat rencana untuk memberdayakan orang dengan fleksibilitas tinggi.
- Perangi kelelahan digital dari atas. Perbanyak kolaborasi dan biasakan beristirahat. Studi Microsoft tentang aktivitas gelombang otak mengungkapkan bahwa jeda di antara rapat memungkinkan otak untuk melakukan “pengaturan ulang”, mengurangi penumpukkan stres secara kumulatif di seluruh rapat.
- Menata ulang ruang dan teknologi untuk menjembatani dunia fisik dan digital.
- Membangun kembali aspek sosial dan budaya.
- Pikirkan kembali pengalaman karyawanuntuk dapat bersaing mendapatkan talenta terbaik dan yang lebih beragam.
“Kerja hybrid mendorong kita untuk mengesampingkan asumsi lama tentang bagaimana orang perlu bekerja di tempat yang sama pada waktu yang sama agar dapat menjadi produktif dan membawa dampak nyata. Ini adalah perubahan besar. Perubahan yang membutuhkan pemimpin dan organisasi untuk memeriksa kembali dan menata ulang model operasinya secara fundamental,” tutup Haris. (*AMBS)
Discussion about this post