youngster.id - Pada pertemuan tahunan ACRAA (Asosiasi Lembaga Pemeringkat di Asia) di Bangkok, disepakati bahwa Artificial Intelligence (AI) merupakan salah satu hal paling monumental saat ini dalam industri lembaga pemeringkat.
Lembaga pemeringkat memiliki peran krusial dalam menilai kredit, investasi, atau risiko keuangan lainnya. Penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam proses analisis risiko telah menjadi titik fokus yang menarik, membawa perubahan signifikan dalam cara mereka menilai dan mengelola risiko. Salah satu keunggulan utama AI adalah kemampuannya dalam mengolah jumlah data yang besar dalam waktu singkat.
Lembaga pemeringkat memiliki akses ke banyak data, mulai dari sejarah keuangan hingga tren industri. AI memungkinkan lembaga pemeringkat untuk menganalisis data tersebut secara menyeluruh dan mengidentifikasi pola yang kompleks, memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap risiko yang mungkin terjadi.
AI tidak hanya membantu dalam mengolah data, tetapi juga dalam memberikan pemahaman yang lebih baik tentang risiko. Dengan algoritma machine learning, lembaga pemeringkat dapat memprediksi risiko dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Contohnya, dalam menilai kredit, AI dapat mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin terlewatkan oleh analisis manusia, membantu menghasilkan peringkat yang lebih akurat.
Kecerdasan buatan juga memungkinkan lembaga pemeringkat untuk mengidentifikasi risiko yang lebih kompleks. Ini termasuk risiko operasional, risiko pasar, risiko kredit, dan risiko lainnya yang mungkin saling terkait. AI dapat menyelidiki hubungan antara faktor-faktor risiko yang berbeda dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana risiko-risiko ini dapat mempengaruhi keseluruhan evaluasi.
Syaiful Adrian yang merupakan Presiden Direktur PT Kredit Rating Indonesia (KRI) mengatakan, sebagai lembaga pemeringkat nasional di Indonesia pihaknya siap memanfaatkan AI untuk membantu proses analisa risiko.
“Dengan pemanfaatan teknologi AI, KRI dapat terus berinovasi dalam memberikan layanan terbaik, baik secara kualitas, akurasi maupun dari sisi waktu proses pemeringkatan. Saya juga berharap bahwa teknologi AI dapat terus berkembang di Industri jasa pemeringkatan dan menjadi mitra virtual bagi para analis,” kata Syaiful, dikutip Jum’at (29/12/2023).
Meskipun potensi AI dalam meningkatkan analisis risiko adalah hal yang positif, lembaga pemeringkat juga dihadapkan pada tantangan etis. Penggunaan AI dalam proses pemeringkatan memerlukan kehati-hatian dan pengawasan yang teliti untuk memastikan bahwa algoritma tidak memberikan hasil yang bias atau merugikan. Lembaga pemeringkat juga tetap wajib menjaga kerahasiaan data dari klien.
“Sementara AI menawarkan keuntungan besar, hal itu juga harus diimbangi dengan kehati-hatian dan etika dalam penggunaannya untuk memastikan keadilan, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses analisis risiko,” tutup Syaiful.
STEVY WIDIA