Memiliki Pertumbuhan Bisnis Bagus, JULO Berencana IPO

Fintech Julo

ki-ka: Manoj Awasthi, Ankur Mehrotra dan Nimish Dwivedi. (Foto istimewa/JULO)

youngster.id - Industri fintech di kawasan Asia Pasifik sedang berkembang pesat, dengan beberapa perusahaan yang memiliki pertumbuhan tinggi berpotensi melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pada awal tahun 2024. Digitalisasi yang pesat, populasi generasi muda yang paham internet, dan pasar yang kurang terlayani menjadikan kawasan ini matang untuk fintech.

Meskipun pendanaan fintech global merosot menjadi US$39,2 miliar pada tahun 2023, setengah dari jumlah tahun sebelumnya, dan volume kesepakatan merosot 38% menjadi 3.801, yang merupakan level terendah sejak tahun 2017 — pada tahun 2024 kita akan melihat setidaknya satu IPO fintech, jika bukan seluruh gelombang IPO terkait. IPO sebagai perusahaan yang berupaya memanfaatkan valuasi tinggi dan memperkuat selera investor.

Sama seperti perusahaan rintisan digital regional seperti superapp Grab dan GoTo Group di Indonesia, perusahaan-perusahaan ini telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa dan sedang mencari cara untuk meningkatkan modal untuk ekspansi. Namun, melakukan IPO masih merupakan sebuah keputusan besar – faktor-faktor seperti volatilitas pasar, kesiapan peraturan, dan dinamika persaingan akan mempengaruhi apakah fintech akan mengambil risiko pada tahun 2024 atau menunggu.

JULO merupakan salah satu fintech di Asia Pasifik yang memiliki pertumbuhan bisnis cukup bagus, dan diperkirakan akan melakukan IPO.

Ankur Mehrotra, Presiden Grup JULO menyatakan bahwa tujuan finansial utama JULO adalah untuk menghasilkan profitabilitas yang berkelanjutan bagi pemegang saham dan menyediakan likuiditas seperti IPO di kemudian hari.

“Kami yakin bahwa kami berada di jalur yang benar dalam mengoptimalkan produk inti kami, mengelola risiko secara efisien melalui investasi berkelanjutan dan perhatian terhadap manajemen risiko, dan semakin mendiversifikasi portofolio produk kami, yang pada akhirnya menjadi platform layanan keuangan yang sepenuhnya terintegrasi,” kata Mehrotra, seperti dilansir fintechnews.sg, Kamis (14/3/2024).

Pada tahun 2023 platform pinjaman peer-to-peer JULO melaporkan pencapaian pendapatan tahunan sebesar lebih dari US$120 juta. Tahun ini, perusahaan mengalami peningkatan sebesar 50% dalam volume pencairan pinjaman dan mencapai profitabilitas operasional pada akhir bulan Desember 2023 — memberikan kepercayaan diri kepada manajemen untuk mempertimbangkan “peristiwa likuiditas” pemegang saham seperti IPO untuk fintech, meskipun kemungkinan besar tidak akan terjadi pada tahun 2024.

Didukung oleh investor seperti AC Ventures, Credit Saison, Quona Capital, dan Saratoga, JULO berkomitmen untuk meningkatkan aksesibilitas layanan keuangan di seluruh Indonesia. Perusahaan ini memiliki pendekatan penjaminan kredit yang inovatif, memanfaatkan data perilaku yang luas, dan berperan penting dalam keberhasilan memperkenalkan penawaran kartu kredit virtual yang ditujukan untuk segmen berpenghasilan menengah di Indonesia.

Sepanjang tahun 2023, JULO mengalami peningkatan pendapatan sebesar hampir tiga perempat (73%) dan memberikan pinjaman lebih dari US$454 juta, yang merupakan pinjaman sebesar sekitar US$1 miliar sejak didirikan pada tahun 2016. Tingkat retensinya juga melebihi 70%. per kelompok, sehingga menurunkan biaya perolehan pinjaman dan meningkatkan efisiensi operasional.

Upaya ekspansi JULO telah dilakukan dengan berkolaborasi dengan pemain keuangan utama seperti Credit Saison, Bank Sampoerna, dan Superbank, sehingga memperluas dampaknya terhadap basis konsumen berpendapatan menengah di Indonesia. (*AMBS)

 

Exit mobile version