youngster.id - Data World Economic Forum menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 6,8 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sampah Indonesia didominasi oleh disposable plastic dan plastik berwujud kemasan yang kebanyakan tidak terkelola dan terbawa hingga ke laut.
Untuk menangani masalah sampah Pemerintah Indonesia pada tahun 2018 memulai Program Indonesia Bebas Sampah Plastik Tahun 2025. Pelaksanaannya diwujudkan dalam berbagai program dan kegiatan dengan melibatkan peran lintas instansi dan sektor. Pemerintah berharap dapat mencapai target yakni pengurangan produksi sampah plastik yang masuk ke laut hingga 70% pada tahun 2025.
NPAP atau National Plastic Action Partnership menjadi platform multi pihak untuk mencapai target nasional pengurangan sampah plastik di laut pada tahun 2025. NPAP berfokus mempercepat penyusunan solusi ekonomi sirkular untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Hasilnya, sekitar 28,5% sampah plastik di laut telah berhasil dikurangi melalui berbagai inisiatif, aturan, dan upaya dari berbagai pihak.
Mohamad Bijaksana Junerosano, Direktur Waste4Change mengatakan demi mendukung misi NPAP, Waste4Change akan berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas manajemen sampah hingga 5.500 ton per tahun sampah plastik.
“Waste4Change berkomitmen untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas manajemen sampah hingga 2.000 ton per hari dalam 5 tahun ke depan. Salah satu solusi jitu pengelolaan sampah plastik yang Waste4Change tawarkan adalah melalui layanan Waste Credit,” kata Junerosano, dikutip Minggu (6/11/2022).
Waste Credit hadir sebagai layanan terbaru dari Waste4Change untuk membantu produsen mengumpulkan dan mengelola lebih banyak lagi sampah anorganik dari lingkungan. Serupa seperti Plastic Credit, Waste Credit berperan melindungi lingkungan dari sampah plastik melalui kontribusi produsen atau pelaku usaha membiayai pengumpulan sampah plastik yang dikerjakan oleh Waste4Change.
Poin penting dalam Waste Credit adalah klien dapat mengumpulkan dan mendaur ulang lebih banyak sampah sesuai jenis yang diinginkan dan adanya dukungan terhadap kesejahteraan sektor informal persampahan. Salah satu bentuk waste credit adalah plastic credit dan salah satu partner Waste4Change dalam penyelenggaraan plastic credit adalah rePurpose Global.
Untuk memperkuat langkah Waste4Change agar terus mampu menyediakan solusi pengelolaan sampah berkelanjutan di Indonesia, pada tahun ini juga ecoBali secara resmi berkolaborasi dan bergabung dengan Waste4Change.
ecoBali merupakan perusahaan pengelolaan sampah bertanggung jawab berbasis di Bali yang memberikan solusi atas permasalahan sampah di bali sejak tahun 2006, dengan mendorong pemilahan sampah sejak awal, pengomposan di sumber, meningkatkan jumlah recovery material dengan mengoperasikan Material Recovery Facility (MRF) sendiri dan meningkatkan recycling rate bekerjasama dengan bank sampah, TPS3R, bisnis, dan informal sektor. Sebagai pionir pengelolaan sampah bertanggung jawab di Bali, ecoBali juga merupakan salah satu inisiator terbentuknya Waste4Change pada tahun 2014. Kolaborasi dilakukan untuk dapat mendukung layanan pengelolaan sampah bertanggung jawab yang lebih baik di seluruh Indonesia.
“Menggabungkan ecoBali dan Waste4Change dilakukan karena dirasa sudah waktunya bagi kami, dua perusahaan pionir manajemen sampah bertanggung jawab di Indonesia, bergabung dan memberikan layanan pengelolaan sampah yang lebih baik sampai ke seluruh pelosok negeri. Setelah ini ecoBali akan tetap fokus pada penyediaan layanan manajemen sampah bertanggung jawab di Bali dan Waste4Change akan bergerak mendukung inisiatif nol sampah di skala nasional. Kami benar-benar berharap bahwa Waste4Change dan ecoBali bisa turut mendukung tujuan keberlanjutan pemerintah ke depannya,” tutup I Ketut Mertaadi, Direktur ecoBali. (*AMBS)
Discussion about this post