youngster.id - Generasi milenial adalah generasi melek digital. Dari tangan mereka lahir berbagai inovasi yang menghubungkan aktivitas sehari-hari dengan teknologi dan mempermudah hidup mereka. Termasuk dalam kegiatan di lingkungan sekolah.
Belakangan ini uang elekronik sudah mulai dikenal masyarakat. Banyak produk dan layanan yang menerima pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money). Bahkan sudah banyak transkasi yang mewajibkan masyarakat untuk menggunakan uang elektronik.
Tak heran jika menurut data Bank Indonesia transaksi uang elektronik triwulan II 2019 terus mengalami pelonjakan dengan pertumbuhan 241,2%, naik hampir tiga kali lipat atau tumbuh 241,2% dibanding periode yang sama tahun lalu (Year on Year).
Produk e-money sendiri bisa berbasis peranti lunak atau peranti keras, tergantung dari teknologi yang digunakan untuk menyimpan nilai uang. Yang diutamakan, menjadi masyarakat non-tunai adalah lebih praktis dan aman dibandingkan dengan uang tunai. Pengguna juga tak perlu repot membawa kartu karena uang sudah ada di perangkat pribadi yang mereka bawa ke mana-mana. Transaksi juga lebih lebih aman: pengguna cukup login ke aplikasi kemudian memasukkan password atau menyentuhkan sidik jari untuk bisa bertransaksi. Dan nominal sekecil apapun akan tercatat dalam uang elektronik, tak peduli apapun bentuk produknya.
Solusi ini yang ingin dihadirkan oleh tim siswa SMA Taruna Bhakti Depok dengan membangun aplikasi Kanten. Ini adalah sistem uang elektornik yang fokus untuk pembayaran di kantin sekolah.
“KanTen adalah aplikasi yang mempermudah orderan di kantin sekolah. Aplikasi ini mudah digunakan, data transaksi dengan lengkap, dan one stop akses dengan kartu pelajar,” ujar Muhammad Rizki Andika, CEO & Founder Kanten saat ditemui youngster.id baru-baru ini di Jakarta.
Menurut Rizki, pengembangan aplikasi ini berawal dari tugas sekolah, yaitu Tugas Pemodelan Perangkat Lunak dan Pemrograman Web dan Perangkat Bergerak yang mengharuskan siswa mengobservasi lingkungan di dalam ataupun di luar lingkungan sekolah mencari masalah dan sekaligus solusi pemecahannya. Rizki dan dua orang rekannya mendapati bahwa banyak siswa mengalami masalah saat bertranskasi di kantin sekolah.
“Siswa sering kesulitan untuk memesan makanan saat istirahat, karena selain waktunya terbatas, yang memesan juga banyak. Akibatnya, petugas kantin kerap kewalahan sehingga ada yang tidak terlayani dengan baik. Demikian juga dalam hal pembayaran, sehingga kedua pihak mengalami kerugian. Dari sana terbersit ide untuk membangun aplikasi yang dapat menghubungkan pemesanan yang lebih mudah di kantin sekolah, sekaligus dengan sistem pembayaran satu pintu dengan akses kartu pelajar,” papar Rizki.
Berbekal ilmu pernah mengikuti program Indonesia Andorid, Rizki pun dengan percaya diri membangun sistem berbasis Software as a Service (SaaS). Dia juga melihat bahwa peluang bisnis fintech semakin besar. “Inspirasi adanya gerakan Indonesia menuju cashless juga menjadi inspirasi kami membangun aplikasi Kanten ini,” ujarnya.
Hemat Waktu
Kemampuan Rizki dan rekannya dalam dunia IT tak bisa dipandang sebelah mata. Meskipun mereka masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Kemampuannya membuat Kanten memiliki keunggulan dari aplikasi sejenisnya, yakni memberikan kemudahan pembayaran bagi pelanggannya secara fleskibel melalui kode QR Code dan kartu RFID.
“Kami mempunyai unique value yang ada di sistem pembayaran yang fleksibel (kode QR dan juga kartu RFID) di aplikasi Kanten. Selain itu, yang membedakan kami dari aplikasi sejenisnya adalah di sini kami juga menyediakan in-depth report bagi penjual dan pembeli,” klaim Rizki.
Menurut Rizki, untuk pengembangan aplikasi Kanten ini dia bermodalkan laptop dan uang sekitar Rp 5 juta yang digunakan untuk membangun software sistem informasi Kanten.
“Target Kanten adalah siswa siswi maupun warga sekolah yang memiliki waktu terbatas untuk mendapatkan makanan yang diinginkannya, dan dapat memanfaatkan waktu tak hanya untuk mengantri makanan,” katanya.
Aplikasi Kanten ini telah diterapkan di sekolah tempat dia belajar. Dan hasilnya cukup membanggakan. Aplikasi ini dapat menghemat waktu antri di kantin hingga 75%. Tak hanya itu, menurut Rizki, melalui aplikasi para vendor di kantin dapat memperoleh pembayaran dengan lebih baik.
Rizki menjelaskan, untuk saat ini model bisnis yang diterapkan platform Kanten menggunakan metode transaction fee, dimana setiap transaksi yang menggunakan aplikasi ini dengan nominal pembelajaan Rp 10 ribu dikenakan biaya sebesar 1% dan 3% untuk transaksi di atas nominal pembelajaan sebesar Rp 20 ribu.
“Untuk saat ini model bisnis yang kami jalankan adalah melalui metode Transaction Fee. Maksudnya adalah untuk setiap pembelanjaan di bawah Rp 10.000 dikenakan 1% sebagai biaya layanan, 2% untuk transaksi di bawah Rp 20.000, dan 3% untuk transaksi di atas Rp 20.000,” papar remaja kelahiran Jakarta, 22 Juni 2002 itu.
Dia memperkirakan keuntungan yang diperoleh Kanten bisa mencapati Rp 4,750.000 per bulan. Namun yang membanggakan adalah, proyek ini mulai diperkenalkan secara luas termasuk dalam program PermataYouthPreneur (PYP) 2017 yang kebetulan mengangkat tema Financial Technology.
Ternyata inovasi ini lolos masuk 10 besar dan membawa Rizki dan timnya ikut dalam pelatihan lanjutan. “Banyak sekali pengalaman dan manfaat yang didapat setelah mengikuti program PermataYouthPreneur. Salah satunya adalah bagaimana kita berfikir untuk menjadi seorang entrepreneur, kemudian bagaimana kami bisa melakukan public speaking dan metode riset yang digunakan dalam fase Customer Validation,” ucapnya bersyukur.
Pengembangan Produk
Sebagai pelajar yang belum banyak pengalaman menjadi pengusaha, Rizki mengaku mendapat banyak peluang di program PYP. Termasuk bagaimana menyampaikan presentasi akan produk mereka di hadapan investor. Dengan demikian aplikasi Kanten yang dia bangun diharapkan akan dapat berkembang lebih cepat lagi.
“Ke depan kami berencana untuk melebarkan sayap bisnis kami ini dengan memperkenalkan aplikasi Kanten ke masyarakat luas agar manfaat aplikasi ini dapat dirasakan banyak orang. Terutama para warga sekolah,” kata anak tunggal dari Bambang Fitriyanto dan Oktrieani Fatwati ini.
Rizki mengaku mendapat dukungan dari orang tua dan sekolah untuk terus mengembangkan proyek aplikasi ini. Oleh karena itu, Rizki tengah mempersiapkan pengembangan lain dari aplikasi ini. Sehingga nanti Kanten dapat menjadi alat pembayaran yang dapat digunakan oleh para siswa dan mereka yang ada di lingkungan sekolah dalam mempermudah dan mempercepat transaksi. Dia juga berharap inovasi yang dilakukan ini dapat memberikan inspirasi bagi para pelajar lain yang ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat di masa depan.
“Dengan apa yang kami lakukan ini dapat menginspirasi para pelajar lain untuk membuat sesuatu membangun negeri dengan begitu karya mereka bisa bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di masa mendatang,” tutup Rizki.
=================
Muhammad Rizki Andika
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Juni 2002
- Pendidikan : Kelas 11 SMK Taruna Bhakti Depok
- Jenis Usaha : Mengembangkan aplikasi berbasis Software as a Service Kanten
- Jabatan : CEO & Founder
- Modal awal : Rp 5.000.000
Prestasi :
– Lulusan Indonesia Android Kejar (Beginner dan Intermediate).
– Juara 2 LKS IT Software for Business Kota Depok
– Finalis PermataYouthPreneur, PermataBank 2017
==================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post