youngster.id - Riset lembaga independen gobal, YouGov juga menyebutkan bahwa Gojek menempati top of mind konsumen di Indonesia, terkait aplikasi yang sering digunakan. Penyedia layanan on-demand Gojek mencatat, total transaksi (Gross Transaction Value) mencapai US$ 9 miliar atau sekitar Rp 126 triliun pada 2018.
CEO Gojek Nadiem Makarim pun membagikan rahasia supaya aplikasi supernya (superApp) lebih sering digunakan. Menurut dia, Gojek mengandalkan pemahaman mendalam terkait kebutuhan pasar dan karakter konsumen alias local insights.
“Cara kami untuk terus menang di Indonesia adalah memahami apa yang pengguna kami perlukan dan mencarikan solusinya lewat teknologi,” ungkap Nadiem dalam siaran pers, Senin (15/4/2019) di Jakarta.
Saat ini, aplikasi Gojek sudah diunduh 142 juta kali di Indonesia. Berdasarkan laporan App Annie bertajuk ‘The State of Mobile 2019’, pengguna aktif bulanan (monthly active users) Gojek merupakan yang terbayak sepanjang 2018.
“Menjadi yang paling besar itu penting, tapi bukan yang paling utama. Yang paling penting adalah dampak nyata Gojek,” kata Nadiem lagi.
Di tiga negara lainnya, yakni Singapura, Thailand, dan Vietnam, Gojek fokus menggandeng tim lokal. Nadiem sempat menyampaikan, kolaborasi adalah strateginya untuk ekspansi ke negara lain. Caranya, dengan menggabungkan teknologi dan keahlian Go-Jek dengan pengetahuan mengenai pasar dari tim lokal.
Di samping itu, Gojek fokus menjadi aplikasi yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau SuperApp. Untuk bisa menjadi SuperApp, Gojek mengacu pada tiga pilar layanan. Pilar yang dimaksud adalah transportasi, pesan-antar makanan dan minuman, serta pembayaran.
Saat ini, Gojek memiliki 21 layanan di platformnya. Gojek juga sudah menggaet dua juta pengemudi di Indonesia per Maret 2019. Layanan Go-Food telah merangkul lebih dari 400 ribu penjual makanan dan minuman, yang 80 % di antaranya merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Selain itu, 60 ribu penyedia layanan masuk ekosistem Gojek.
STEVY WIDIA
Discussion about this post