Naya Tinanda Nabila : Karena Passion-nya Di Dunia Make Up

Naya Tinanda Nabila, CEO & Founder Rollover Reaction (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

youngster.id - Sejatinya, bisnis kosmetik tidak mengenal musim. Bisnis ini tidak pernah sepi pembeli. Maklum, kosmetik sudah menjadi kebutuhan pokok kaum perempuan. Tak mengherankan, perusahaan pun dituntut terus berinovasi melahirkan produk baru sesuai tren yang berkembang.

Salah satu produk kosmetik yang sedang menjadi tren adalah produk lipstick matte. Tren lipstick matte sudah dimulai sejak tahun 2016. Dan diramalkan tren ini masih berlanjut di tahun ini. Lipstik cair matte menjadi sebuah inovasi baru yang mengubah arah bisnis industri kecantikan. Pengemasannya serupa lip gloss konvensional, tetapi teksturnya akan berubah layaknya lipstik matte yang kering dalam hitungan menit setelah dipulas ke bibir.

Peluang inilah yang dilihat oleh Naya Tinanda Nabila dan tiga sahabatnnya ketika memutuskan mendirikan perusahaan yang bergerak di bisnis kosmetik, Rollover Reaction. Produk perdana yang mereka rilis adalah lipstik cair matte ini.

“Terjun ke dunia kosmetik kreatif itu sebenarnya karena kami menemukan masalah sebagai pemakai dalam menemukan brand kosmetik yang kualitasnya bagus dan sesuai selera kami anak muda. Mostly kebanyakan produk impor, dan untuk belinya pun mahal serta susah untuk didapatkan. Dari situlah tercetus ide kenapa nggak bikin sendiri saja,” ungkap Naya Tinanda Nabila, CEO & Founder Rollover Reaction kepada Youngsters.id.

Naya bersama tiga temannya, Dinar Amanda, Sarah dan Novi, mulai berinisiatif untuk mendirikan bisnis kosmetik tersebut sejak akhir 2014. Kala itu mereka baru saja lulus kuliah dan mulai memikirkan bisnis apa yang cocok untuk mereka. Dan mereka sepakat untuk mengembangkan bisnis kecantikan, yakni memproduksi kosmetik.

Menurut Naya, alasannya sederhana, karena keempat sahabat dari sejak SMA ini mengalami sendiri saat ingin membeli make up berkualitas yang kebanyakan harus melalui sistem pre order.  “Kami berempat memang passion-nya di dunia make up. Oleh karena itu, kami pun mencari kosmetik seperti apa sih yang dibutuhkan masyarakat. Kebetulan saat itu situasinya terganggu dengan produk impor. Untuk itu kami membawa produk lokal yang bisa menjawab keinginan masyarakat akan brand kosmetik berkualitas,” ungkapnya.

Segmen pasar mereka adalah wanita muda dengan aktifitas tinggi. “Karena mereka masuk sebagai wanita urban lifestyle sudah nggak punya banyak waktu untuk berlama-lama di meja rias cuma untuk make up. Nah ini yang sedang kami provide, dan kami membuat produk yang praktis. Jadi, cara pemakaiannya memudahkan si pemakai, tanpa perlu pakai brush lagi,” jelasnya.

Alhasil, meski memiliki nama yang sulit dilafalkan tapi justru terdengar menarik, Rollover Reaction pun cukup sukses menarik hati para pelanggan.

 

Ketakutan

Dijelaskan Naya, dipilihnya lipstik sebagai produk pertama yang dilempar ke pasar, karena lipstik adalah kosmetik yang dipakai sehari-hari. Terlebih lagi dari hasil riset yang mereka lakukan mendapati bahwa fenomena lipstik matte sedang booming di Indonesia. Lipstik cair matte memiliki pigmen yang sangat pekat, sehingga warna yang dihasilkan akan terlihat sangat berani di bibir. Oleh karena sifatnya yang sangat bold itulah, warna lipstik cair yang pada awalnya banyak digemari adalah warna-warna aman seperti nude, beige, taupe, dan merah.

Produk lipstik matte ini menjadi pilihan Naya dan kawan-kawan berdasarkan hasil riset mereka selama dua tahun. “Sebenarnya produk kami tidak khusus lipstik, karena rangkaian goal produknya adalah kosmetik. Cuma kenapa kita memilih lipstik dulu, itu karena riset. Ini adalah produk basic yang digunakan setiap wanita. Seringkali orang nggak pakai bedak, nggak apa-apa. Tapi daily-nya paling tidak lipstik. Nah, karena itu kami mencoba memproduksi lipstik untuk pertama kali,” ungkap Naya.

Produk lipstik berlabel Rolloover Reaction pun diluncurkan pada 2016.  Naya mengaku memanfaatkan media sosial sebagai media promosi utama produk tersebut. “Sekarang zamannya digital dan dengan media online maka penetrasi masuk ke pasar lumayan terbantu,” ucap Naya.

Ucapannya terbukti. Lipstik matte tersebut langsung mendapat tanggapan positif dari pasar. Bahkan, sebelum produknya resmi dirilis, followers Instagram @rollover.reaction itu sudah mencapai lima ribu pengikut. Kini ada sekitar 17 ribu lebih followers yang mengikuti akun Instagram kosmetik tersebut.

Menariknya, dengan membanderol harga mulai Rp 119 ribu, menempatkan harga Rollover Reaction di atas produk lipstik lokal lainnya, seperti Wardah, Martha Tilaar, dan Purbasari. Toh, antusias konsumen untuk membeli lipstik Rollover Reaction ini tetap tinggi. Betapa tidak, setiap harinya Rollover Reaction bisa terjual 100 ”“ 150 lipstik melalui situsnya (www.rollover-reaction.com). “Bahkan saat kami merilis lipstik seri limited editon, sold out hanya dalam satu hari,” klaim Naya bangga.

Naya Tinanda Nabila

Menurut Naya, hal itu terjadi karena postingan foto yang diunggah terlihat eye catching dan menarik perhatian. Banyak komentar dari para “pemburu” lipstik yang terus-terusan menanyakan di mana lipstik tersebut bisa dibeli, berapa harganya, hingga kapan diluncurkannya karena mereka sudah tak sabar ingin membelinya.

Padahal, Naya mengaku bahwa dirinya sempat merasa sangat ketakutan ketika awal memulai usaha ini. “Melihat banyaknya produk kosmetik yang ada di tengah-tengah masyarakat, tentu sebagai pembuat, waktu itu kami merasa ada ketakutan. Apakah produk kami ini akan diterima? Apalagi mereka belum mencoba, tapi sudah dipandang sebelah mata kualitas produk kami,” ungkapnya sambil tersenyum.

Namun hal itu tidak menghentikan dirinya untuk tetap berusaha. Putri pertama dari pasangan Febrianto dan Rori Rayanisar ini memutuskan untuk menggunakan strategi pemasaran aktif. “Kami menyiasatinya mulai dari kemasan, branding, packaging sampai bentuk pemasarannya nggak terlihat seperti produk lokal. Dan melihat itu, akhirnya masyarakat tertarik untuk mencoba dan mereka suka. Kami pelan-pelan mengedukasi kalau produk ini sebenarnya produk lokal,” kata Naya.

Selain itu, Rollover Reaction berkolaborasi dengan industri kreatif lain seperti beauty influencer dan visual artis yang aktif di Instagram. “Kami menantang mereka menginterprestasikan kata beauty sesuai keunikan interprestasi mereka masing-masing. Nah, ini diwujudkan dengan packaging yang didesain secara ekslusif. Begitu juga untuk warnanya, dilakukan hal yang sama,” ungkap Naya. Hasilnya, para pengikut yang penasaran pun mencoba lipstik hasil kolaborasi ini.

 

Naya Tinanda Nabila, melalui Rollover Reaction ingin menawarkan produk kosmetik lokal yang berkualitas (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)
Naya Tinanda Nabila, melalui Rollover Reaction ingin menawarkan produk kosmetik lokal yang berkualitas (Foto: Fahrul Anwar/Youngsters.id)

 

Meyakinkan Investor

Sekarang setiap bulan Rollover Reaction sudah memproduksi ratusan ribu produk. Pasar mereka juga sudah meluas hingga ke Singapura. Selain itu setiap dua bulan sekali mereka mengeluarkan produk baru.

Tentu untuk memproduksi produk kosmetik butuh dana. Menurut Naya, di awal usaha mereka menyiapkan modal sekitar Rp 200 juta. Modal itu mereka dapatkan dari sejumlah investor.  Caranya unik, yakni dengan melakukan pitching.

“Kami pitching mulai dari kalangan terdekat. As long as idenya menarik, bisa kasih proyeksi rinci, profesional, ada business model, sepertinya nggak ada masalah. Kami develop dulu sample, tekstur, warna, packaging, reference. Jadi bukan raw idea. Mungkin itu yang bikin meyakinkan,” katanya.

Selain itu, Naya sendiri percaya startup yang mereka bangun ini memiliki keunggulan dalam brand image produknya. “Kami punya story behind. Jadi setiap produk itu punya cerita masing-masing. Nggak hanya sekedar produk. Kami ingin membuat persepsi, ini adalah lipstik yang bisa dijadikan teman karena punya personality. Selain itu, kami terus berinovasi dengan produk yang multifungsi dan praktis,” papar Naya.

Naya yakin bahwa usaha kosmetik memiliki peluang yang besar. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya dan kemampuan untuk membuat produk kosmetik berkualitas internasional. Dengan melihat potensi itu, maka Naya dan kawan-kawannya berani membuka startup ini. “Kami membangun bisnis ini dengan segala resource yang kami punya,” ujarnya sambil tersenyum.

Bagi gadis berusia 23 tahun ini membangun startup menjadi pengalaman yang menyenangkan. Terlebih ia bisa melihat perkembangannya dan dapat mengarahkan ke mana bisnis akan berjalan secara langsung. Hal itu, tentu tidak bisa dirasakan ketika Naya bekerja di sebuah perusahaan yang sudah jadi.

Perempuan yang kini membawahi 20 orang karyawan itu mengaku terus meminimalisir permasalahan dalam dunia bisnis online. Mulai dari permasalahan operasional hingga masalah pengiriman yang kerap terjadi. “Ini sih sebenarnya tantangan untuk semua pebisnis online. Apalagi melihat Indonesia negaranya sangat luas. Tapi solusinya, kami mencoba memilih vendor yang baik. Dan, kami harus bertanggung jawab jika memang produk mengalami kendala dari mulai pengiriman. Kami siap mengirim ulang. Jadi costumer adalah prioritas kami,” ungkapnya.

Di sisi lain, dia juga ingin mengubah stigma di masyarakat bahwa produk lokal itu jelek, kalah dengan produk luar negeri. Apalagi banyak perusahaan luar negeri datang untuk membuat produk mereka di Indonesia yang kemudian dipasarkan keluar. “Kami ingin dapat memegang pasar lokal. Secara jangka panjang kami ingin menghidupkan kembali indutsri kreatif ritail di Indonesia agar lebih maju lagi untuk bersaing dengan produk luar negeri,” janji Naya.

 

=====================================================

Naya Tinanda Nabila

===================================================

 

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

 

Exit mobile version