youngster.id - Selama paruh pertama tahun ini, perusahaan teknologi berbasis internet di Asia Tenggara berhasil mengumpulkan pendanaan hingga US$7,6 miliar (sekitar Rp107 triliun), meningkat 7% dibandingkan periode sama pada 2018. Pendanaan ke startup di Indonesia pertumbuhannya merupakan yang terbesar di regional.
Demikian laporan e-Conomy SEA 2019 dari Google, Temasek, dan Bain & Company. Joint Head, Investment Group Temasek Rohit Sipahimalani mengatakan, pendanaan yang masuk ke sektor ekonomi digital Indonesia itu atas 124 kesepakatan. Nilai tersebut sama dengan enam bulan pertama tahun lalu, dari 157 kesepakatan.
Rohit menilai, pendanaan ke startup di Indonesia dan Vietnam pertumbuhannya merupakan yang terbesar di regional. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi digital dan penetrasinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kedua negara yang juga tertinggi.
“Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka,” kata Rohit saat konferensi pers Senin (7/10/2019) di Kantor Google, Jakarta.
Nilai pendanaan itu bisa saja lebih tinggi karena Gojek memperoleh pendanaan dari AIA Financial, Visa, dan Siam Commercial Bank (SCB) pada paruh kedua tahun ini. Lalu, beberapa startup juga mendapat tambahan modal pada Semester II 2019. Jika dihitung sejak 2016, startup Indonesia sudah memperoleh US$ 11,6 miliar hingga Semester I 2019. Secara keseluruhan, startup di Asia Tenggara memperoleh US$ 37 miliar sejak 2016.
Di Asia Tenggara, startup di sektor berbagi tumpangan (ride hailing) dan e-commerce paling banyak menerima pendanaan selama Semester I 2019. Masing-masing memperoleh investasi US$ 2,5 miliar dan US$ 3,5 miliar.
Sejak 2016, pendanaan ke kedua sektor ini memang yang paling besar. “Tapi jangan lupakan teknologi finansial (fintech). Sektor ini pengaruhnya luas,” kata Rohit. Setidaknya, 11 startup bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar atau unicorn di Asia Tenggara telah menerima pendanaan US$ 24 miliar sejak 2016. Khusus pada Semester I 2019, investasi yang diperoleh mencapai US$ 5,1 miliar.
Lalu, ada lebih dari 70 startup yang valuasinya mendekati unicorn (aspiring unicorn) di Asia Tenggara. Mereka sudah memperoleh US$ 1,1 miliar sepanjang Semester I 2019. Sejak 2016 hingga Semester I 2019, startup ini memperoleh US$ 5,9 miliar. “Kami tidak terkejut jika di antara aspiring unicorn ini menjadi unicorn tahun depan,” kata dia.
Rohit antusiasme investor tetap besar, karena didorong oleh sejumlah faktor. Beberapa di antaranya adalah besarnya populasi generasi muda produktif. Lalu perkembangan konektivitas dan penetrasi internet, hingga pertumbuhan kelas menengah.
Pada 2016, nilai rata-rata kesepakatan untuk pendanaan tahap awal (seed funding) adalah sebesar US$500.000 (Rp6,5 miliar). Nilai itu kini bertambah menjadi rata-rata US$800.000 (Rp11,3 miliar) per kesepakatan pada 2019. Nilai pendanaan Seri A juga mengalami peningkatan, dari US$2 juta (Rp26 miliar) pada 2016 menjadi US$4 juta (Rp56 miliar).
FAHRUL ANWAR