youngster.id - Bisnis pengembang game Tanah Air tengah bergeliat. Namun, saat ini industri game di Indonesia masih didominasi game dari luar seperti Square Enix, Capcom, Ubisoft, Bethesda, dan masih banyak lagi.Karena itu pengembang game Indonesia harus berusaha keras. Selain dari sisi teknologi, para penggembang dinilai perlu mengangkat ciri budaya dan cerita lokal.
Menurut Triawan Munaf Kepala Bekraf , banyak cara yang bisa dilakukan para pengembang lokal untuk bisa bersaing secara kompetitif, salah satunya adalah metode pengemasan cerita gim yang disebut “Story Telling” atau dalam dunia game dinamai dengan istilah “Storyline” (alur cerita).
“Story Telling ini harus jadi modal utama pengembang gim kita (lokal), kita harus dorong mereka membuat gim, tak sekadar sebagai permainan digital, namun juga berperan sebagai permainan yang sarat dengan nilai cerita dan budaya,” kata Triawan saat membuka Bekraf Game Prime 2016 di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (29/11/2016).
Ia juga memberikan perbandingan, pengembang kenamaan asal luar negeri sukses memasarkan produknya di Indonesia karena masing-masing gim punya Story Telling berbalut kultur yang kuat.
“Kita juga harus belajar dengan mereka (pengembang luar negeri), yang memboyong elemen yang membawa cerita dari berbagai kultur. Pengembang dari Amerika Serikat (AS) punya kulturnya sendiri, sedangkan (pengembang) dari Jepang juga membawa kulturnya masing-masing. Itu yang jadi unique selling point produk mereka,” ia melanjutkan.
Dalam ajang Bekraf Game Prime 2016, sejumlah pengembang game lokal yang mengangkat budaya dan cerita lokal. Ada Sidji Game Studio yang mengembangkan game mobile RPG Heroes of Mataram.
“Kami ingin mengangkat cerita sejarah yang terkait dengan kehidupan masyarakat belakangan ini. Terutama tentang upaya pemecah belah persatuan bangsa, seperti yang dulu pernah dilakukan pada penjajahan Belanda,” ungkap Glenn Andrenorman founder Sidji Studio.
Dia mengungkapkan, game Heroes of Mataram berangkat dari cerita Geger Pacinan dan Perang Sepanjang yang terjadi di Semarang. Game ini akan diluncurkan pertengahan 2017 mendatang.
Ada juga Toel Studio yang merilis game mobile apps Perang Puputan. “Kami ingin mengenalkan kembali sejarah perjuangan rakyat Bali kepada generasi sekarang,” ujar Nonik Arisanti Project Manager Toel Studio. Game Perang Puputan sudah diluncurkan di google play versi betta. Selain game ini, kata Nonik, Toel juga akan merilis game tentang makanan khas Bali.
Seperti diungkapkan Triawan, para pengembang gim lokal punya peluang emas untuk membawa produknya dengan cerita khas Indonesia. “Banyak sekali unsur budaya yang bisa kita gali. Dengan begitu, eksistensi game buatan anak bangsa ini bisa dilihat di mata internasional karena membawa nilai unik, yaitu unsur budaya Indonesia,” katanya lagi.
STEVY WIDIA
Discussion about this post