youngster.id - Penobatan UNESCO akan batik merupakan wujud apresiasi dunia terhadap budaya wastra Indonesia. Sayangnya, pengrajin batik lokal masih belum menjadi ratu di negeri sendiri. Untuk mendorong hal itu, Lazada mengajak para produsen dan penjual batik untuk bertransformasi digital sekaligus memperluas jangkauan pasar batik di dalam negeri.
SVP Seller Operations Lazada Indonesia Haikal Bekti Anggoro mengatakan, meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap batik terus terlihat. Hal ini juga menciptakan peluang bisnis yang lebih besar bagi para penjual dan produsen batik di Indonesia.
“Oleh karena itu, Lazada terus berupaya mendukung para pengrajin dan penjual batik di Indonesia untuk go digital dan memperluas pasarnya,” kata Haikal dalam keterangannya Senin (4/10/2021).
Menurut dia, dalam periode Maret 2020 – Juli 2021, Lazada mencatat pertumbuhan jumlah seller secara signifikan di sentra produksi batik di kota Pekalongan dan Cirebon. Sebagai dua kota yang terkenal akan batiknya, Pekalongan mengalami peningkatan jumlah seller sebanyak lebih dari 7 kali lipat, sedangkan Cirebon meningkat sekitar 8 kali lipat.
Sejalan dengan komitmen untuk menjadikan pengrajin dan penjual lokal sebagai raja di negara sendiri, tahun ini Lazada juga telah menutup akses impor bagi fashion, makanan dan minuman serta kerajinan tangan. Lazada berharap berbagai program onboarding serta teknologi dalam ekosistem Lazada dapat membantu pengrajin dan penjual batik untuk lebih mudah dalam fokus dalam menjalankan bisnisnya juga dengan memahami tren yang sedang terjadi melalui fitur bisnis analisis di Seller Center.
“Dengan memfasilitasi dan mendukung para pengrajin dan pengusaha batik nasional untuk go digital melalui platform Lazada, kami berharap industri batik kebanggaan juga dapat terus berkembang pesat, sehingga batik selalu menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia,” tutup Haikal.
Salah satu pengrajin batik asal Pekalongan yang menggunakan platform Lazada adalah Batik King Projo dengan brand yang dibangun sejak 2012 silam. M. Badrul Falah, pemilik Batik King Projo mengungkapkan pada 2018, dirinya bergabung ke Lazada untuk menambah pengalaman berjualan di platform ecommerce dan sejak itu penjualan saya meningkat karena bisa berekspansi dengan mendapatkan pembeli serta reseller dari luar Pulau Jawa.
“Saya ingin mengembalikan roh batik melalui batik tulis, namun saya juga selalu berusaha untuk kreatif dan mengikuti tren kekinian misalnya dengan membuat tas, masker hingga sepatu bermotif batik. Melalui produk-produk yang bisa dipakai seluruh lapisan masyarakat, saya ingin anak-anak muda bisa lebih mencintai batik dan memakai batik dengan bangga,” katanya.
Lain halnya dengan Keinda Furi dari Bateeq, salah satu brand batik kekinian dari Solo. Sejak bergabung dengan Lazada pada 2018, dia turut merasakan dampak dari digitalisasi dalam meningkatkan penjualan batik sekaligus melestarikan kebudayaan batik, khususnya di mata anak-anak muda.
“Lazada sangat mampu menjadi jembatan untuk Batik semakin berkibar dan diterima oleh masyarakat Indonesia khususnya generasi muda. Membuat highlight Batik Day atau mempromosikan brand-brand batik dalam homepage atau pun membuat kategori khusus bisa dijadikan salah satu cara. Semua untuk memberikan edukasi fashion yang mungkin selama ini belum terlalu dikenal dengan baik oleh generasi muda. Oleh karena itu kami mengajak rekan-rekan pengrajin batik untuk jangan pernah berhenti berjuang. Bersama kita bisa jadikan batik menjadi fashion yang awam untuk dipakai di generasi-generasi berikutnya,” kata Keinda.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post