Pertama Kalinya, Bukalapak Bukukan EBITDA Disesuaikan yang Positif di Q1/2024

Bukalapak

Pertama Kalinya, Bukalapak Bukukan EBITDA Disesuaikan yang Positif di Q1/2024 (Foto: Istimewa)

youngster.id - Perusahaan ecommerce Bukalapak mengumumkan hasil keuangan yang tidak diaudit untuk kuartal pertama yang berakhir pada 31 Maret 2024. Bukalapak membukukan EBITDA yang disesuaikan positif sebesar Rp15 miliar pada kuartal I 2024 dari minus Rp209 miliar pada kuartal I 2023.

Namun, Bukalapak masih mengalami rugi bersih sebesar Rp41 miliar, menyusut dari posisi rugi Rp1 triliun pada periode sama tahun lalu.

“Pencapaian pada kuartal pertama ini adalah salah satu momen penting dalam sejarah BUKA. Untuk pertama kalinya, kami meraih keuntungan berbasis EBITDA yang Disesuaikan per kuartal sepanjang 3 bulan pertama di tahun 2024. Hasil yang luar biasa ini dicapai melalui pertumbuhan pendapatan yang kuat, take rate yang terus meningkat—terutama di segmen Online to Offline (O2O)—serta upaya pengendalian biaya operasional yang efektif,” ujar Teddy Oetomo, Presiden Bukalapak, dikutip Rabu (1/5/2024).

Pendapatan inti—dihitung sebagai laba bersih yang dilaporkan tidak termasuk keuntungan/kerugian investasi, nilai tukar, goodwill, dan non-recurring items—mencapai Rp185 miliar, meningkat pesat dibandingkan kerugian Rp117 miliar yang dialami perusahaan pada kuartal pertama tahun lalu. Basis modal, rasio modal, dan neraca keuangan tetap kuat dengan kas, setara kas, dan investasi likuid senilai Rp19,1 triliun.

Pendapatan tumbuh sebesar 16% YoY pada kuartal pertama, dengan peningkatan pertumbuhan sebesar 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di segmen O2O. Pertumbuhan segmen O2O yang sangat baik tersebut didorong oleh optimalisasi dari portofolio produk yang ditawarkan dan peningkatan ragam layanan dengan cakupan lebih luas untuk Mitra sehingga mendukung kesuksesan Mitra yang terus berlanjut.

Sekitar 64% dari Total Processing Value (TPV) berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia, di mana Bukalapak terus melihat pertumbuhan kuat dalam semua penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di antara toko ritel mikro offline. Segmen O2O sendiri mewakili 55% pendapatan Bukalapak di kuartal pertama.

Margin kontribusi Bukalapak secara keseluruhan, dihitung sebagai laba kotor setelah biaya penjualan dan pemasaran, meningkat dari Rp104 miliar di Kuartal Pertama 2023 ke Rp124 miliar di Kuartal Pertama 2024. Margin kontribusi oleh segmen O2O sebagai persentase dari TPV naik 23 basis poin dari -0,10% dan kembali membawa angka positif untuk kedua kalinya sebesar 0,13% di Kuartal Pertama 2024.

Menurut Teddy, pihaknya akan fokus pada empat divisi bisnis, yaitu Mitra, mobile & console game, ritel O2O, dan layanan keuangan.

“Komitmen untuk memberikan yang terbaik dalam layanan bagi pelanggan terus menjadi kunci. Hal ini dilakukan melalui investasi dan inovasi dalam proposisi nilai pelanggan, menawarkan berbagai pilihan, pengalaman pengguna yang lebih baik di aplikasi, dan opsi pengiriman yang lebih baik,” tutup Teddy.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version