Pesawat Tanpa Awak Karya Bayucaraka Siap Berlaga di Turki

Tim Bayucaraka ITS. (Foto: istimewa/youngster.id)

youngster.id - Tim Bayucaraka dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) siap bertanding pada kontes pesawat nirawak tingkat dunia, TÜBİTAK International Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Competition.

Tim Bayucaraka yang akan berlaga terdiri dari 5 kru ITS, yaitu Meilinda Anandhita sebagai manajer proyek, Audie Rahamani sebagai pimpinan tim, Muhammad Ichlasul Salik sebagai pilot, Muhammad Farih sebagai programmer, dan Almizan Aryanto sebagai teknisi elektronik.

Bayucaraka telah menyiapkan pesawat yang bisa melakukan misi dan menyusun strategi. Untuk persiapan non teknis, segala urusan administrasi dan kebutuhan saat perjalanan telah disiapkan.

“Saat ini pesawat sudah dalam keadaan siap packing,” ujar Meilinda yang dilansir Humas ITS, Kamis (20/9/2018) di Surabaya.

Meilinda menjelaskan, terdapat dua kategori lomba pada kontes TÜBİTAK tahun ini, yaitu Fixed Winged UAV Systems dan Rotary Winged UAV Systems. “Bayucaraka sendiri mengikuti Fixed Winged UAV Systems dengan membawa dua pesawat, satu pesawat untuk cadangan,” tutur mahasiswi angkatan 2016 tersebut.

Menurut dia, pada perlombaan ini, bentuk penilaiannya dibagi menjadi empat yaitu laporan dan tiga misi. Di bawah bimbingan Ronny Mardiyanto ST MT PhD tim Bayucaraka telah menduduki ranking ke 14 dari 80 peserta untuk nilai laporan mereka. “Target dari posisi sekarang, kami ingin mencapai tiga besar,” kata Meilinda antusias.

Keberangkatan Tim Bayucaraka pun direstui oleh Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScEs PhD. Meski baru kali pertama mengikuti UAV International Turkey Competition, rektor ITS percaya dengan kemampuan Bayucaraka. “Karena sudah berani melaju ke kompetisi internasional, semua resiko harus bisa dihadapi. Yang terpenting harus punya target maksimal,” pesan Joni.

Guru Besar Departemen Teknik Lingkungan tersebut juga berpesan agar Bayucaraka tidak lengah dan dapat melihat potensi pesaing yang ada. “Semua yang dilakukan Bayucaraka hingga sekarang pasti dapat dijadikan sebagai ajang berproses, selalu ada yang dapat dipelajari dari apa yang diperjuangkan,” pungkas Joni.

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version