youngster.id - Laporan Google, Temasek dan Bain menyebutkan, nilai dari layanan keuangan digital di Asia Tenggara diproyeksi mencapai US$ 38 miliar per tahun pada 2025. Bahkan, ada peluang nilainya mencapai US$ 60 miliar atau sekitar Rp 840 triliun per tahun.
Layanan keuangan digital yang dimaksud melingkupi bank, penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP), asuransi, manajemen aset hingga teknologi finansial (fintech). Segmen yang diincar yakni punya beragam layanan keuangan (banked), dapat akses keuangan tetapi tidak lengkap (unbanked), dan tidak punya akses (underbanked).
Google, Temasek dan Bain menyebutkan, potensi layanan keuangan paling besar adalah pinjam-meminjam. “Layanan pinjaman berkontribusi sekitar setengah dari peluang itu (US$ 38 miliar),” demikian dikutip dari laporan Bain belum lama ini.
Ketiga lembaga itu menilai, layanan digital ini bisa menyentuh US$ 60 miliar atau sekitar 17% terhadap pendapatan industri jasa keuangan. Hal itu dinilai dari jumlah penduduk di Asia Tenggara yang cukup banyak. Pada 2025, populasinya diproyeksi 570 juta dengan Produk Domestik bruto (PDB) menyentuh US$ 4,7 triliun.
Namun, masyarakat yang mendapat akses keuangan tergolong sedikit saat ini. Penetrasi perbankan memang tumbuh 1,25 kali dibanding 2014. Jumlahnya hanya 50% dari tingkat inklusi finansial di Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Ada empat faktor yang membatasi pertumbuhan layanan keuangan digital di regional. Pertama, hanya 40% transaksi lewat pembayaran digital. Kedua, tidak adanya sistem identifikasi digital yang andal di sebagian besar pasar. Ketiga, regulator berhati-hati dalam merilis kebijakan terkait inovasi keuangan. Terakhir, infrastruktur sistem keuangan di kawasan ini sebagian besar kurang berkembang, karena tidak adanya biro kredit yang kuat.
Google, Temasek dan Bain menilai, pembayaran digital akan tumbuh lebih cepat dengan nilai melebihi US$ 1 triliun pada 2025. Sedangkan layanan keuangan digital lainnya seperti pinjaman, investasi, dan asuransi diproyeksi meningkat lebih dari 20% setiap tahun hingga 2025.
Meski demikian ada tantangan berupa ketatnya persaingan dan tingginya fragmentasi pasar. Karena itu, pemain yang akan menang adalah mereka yang mendorong keterlibatan konsumen dan pedagang. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk bisa terus tumbuh. Pertama, harus unggul dan menjadi top-of-mind bagi konsumen atau pedagang pada penggunaan (usecase) tertentu. Kedua, menghemat waktu transaksi dengan mengembangkan solusi terintegrasi. Terakhir, membangun ekosistem melalui kemitraan yang kuat atau aliansi yang sangat terintegrasi untuk membangun banyak titik kontak dengan pelanggan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post