youngster.id - Perkembangan teknologi sangatlah pesat dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia. Tak heran jika era ini disebut era industry 4.0, karena semua terkait dengan teknologi dan komunikasi melalui internet. Oleh karena itu, semua bisnis membutuhkan solusi yang terkait dengan adaptasi teknologi.
Harus diakui internet dan perkembangan teknologi telah menciptakan banyak potensi bisnis besar. Salah satunya adalah di bidang pengembangan aplikasi. Penetrasi internet dan perangkat pendukung menjadi pendongkrak utama pertumbuhan startup di bidang ini. Menariknya, strartup digital juga turut mengalami perkembangan pesat. tak lagi sekadar berbasis internet tetapi mampu mengembangkan rekayasa teknologi.
Seperti yang dikembangkan oleh HASH Rekayasa Teknologi (HASH), usaha rintisan asal Malang Jawa Timur. Stratup ini dikembangkan Rayi Yanu Tara sejak tahun 2016 untuk memberikan solusi end to end bagi dunia bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi yang handal dan tepat guna.
“Fokus layanan kami dapat mengintegrasikan bisnis pelanggan dengan aplikasi dan layanan lain yang bertujuan untuk meningkatkan layanan maupun mengembangkan model bisnis baru. Jadi dengan produk-produk dan service yang kami miliki, pelanggan bisa menikmati pengalaman digital terbaik bagi bisnis mereka,” papar lelaki kelahiran Malang saat ditemui youngster.id pada acara Pesta UMKM Jakarta di Ancol Convention Center belum lama ini.
Ya, startup HASH ini menyediakan layanan pengembangan aplikasi terintegrasi. Di antaranya, Application Development, yaitu pengembangan aplikasi lintas platform (web, mobile dan desktop), yang tentunya menyesuiakan dengan kebutuhan bisnis kliennya. Selain itu, Application Management, yaitu melalui fitur ini setidaknya dapat memastikan aplikasi bisnis agar dapat beroperasi secara konsisten sepanjang waktu tanpa gangguan berarti.
Meski terbilang baru tetapi startup ini telah mendapat kepercayaan untuk bekerjasama dengan sejumlah perusahaan multinasional. Misalnya, pada tahun 2016 mereka menandatangani perjanjian strategis dengan Telkom Taiwan Limited. Lalu, berlanjut di tahun 2017 dengan perjanjian kerja sama dengan PT Telekomunikasi Indonesia Internasional (Telin HK) Ltd dan Telkom Taiwan Ltd untuk mengembangkan platform mobile-first e-commerce yang beroperasi di Hong Kong dan Taiwan. Dan, pada tahun 2018 mereka menandatangani perjanjian kerjasama dengan Telekomunikasi Indonesia Internasional (M) Sdn.
Diklaim Rayi, yang membedakan HASH dengan perusahaan IT lain adalah dalam bentuk kualitas layanan. “Kalau manage solution, semua perusahaan IT bisa melakukan. Bedanya, kami mengutamakan menjaga kualitas, bahkan kami punya after sale dan service yang kami jaga baik-baik. Karena komitmen kami adalah service paling utama untuk memenuhi kebutuhan klien,” jelasnya.
Ceruk Bisnis
Sejatinya, dunia teknologi adalah passion bagi Rayi. Setelah menyelesaikan studi sarjana teknik di Universitas Brawijaya, dan melanjutkan Master of Engineering di Universitas Gadjah Mada, pemuda kelahiran Malang ini memperdalam ilmu sains dan teknologi di National Taiwan University of Science and Technology.
Di Taiwanlah dia mendapat ide untuk membangun perusahaan IT sendiri. “Waktu kuliah di Taiwan saya sempat jadi freelancer di perusahaan IT. Saya modar-mandir Malang – Taipei waktu itu. Sampai akhirnya terpikir sudah saatnya punya perusahaan sendiri, punya identitas bisnis, dan tidak jadi pekerja di perusahaan orang lain terus,” ungkapnya.
Menurut Rayi, peluang besar dalam mengembangkan bisnis di bidang teknologi inforrmasi. Apalagi ceruk di bisnis IT sangatlah banyak. “Saya melihat pasar untuk manajemen solusi ini masih sangat besar, sehingga persaingan tidak terlalu berarti,” ucap Rayi.
Bertolak dari kondisi tersebut, Rayi pun membangun HASH dengan modal awal sekitar Rp 100 juta. Untuk itu, awalnya Rayi pun harus rela bolak-balik Taipei-Malang. Sesuai namanya, startup ini mengedepankan Hash, yaitu satu metode untuk menilik keaslian dari suatu media. Ini bisa di ibaratkan sebagai biometric identifikasi digital dari file, folder atau drive. Fungsi Hash sendiri adalah memetakan data digital agar diperoleh hash yang menunjukkan ukuran tepat dari file tersebut.
Dijelaskan Rayi, secara sederhana hash mirip dengan DNA, yang memungkinkan seseorang memverifikasi data yang diperoleh apakah memang sama seperti aslinya atau tidak. Hash dalam masa sekarang ini digunakan antara lain di dalam hash tables, yang fungsinya agar dapat menemukan data dengan cepat (misalnya pada definisi kamus). Hash juga untuk membangun caches pada media penyimpanan besar. Tujuannya sama agar ketika melakukan pencarian bisa cepat diperoleh. Kegunaan lainnya adalah menemukan duplikasi data atau data yang mirip (similar).
Menurut Rayi, HASH memiliki dua produk unggulan yaitu Qlarin dan Manunggal. Platform Qlarin akan membantu klien memastikan aktivitas operasionalnya berjalan sesuai prosedur bisnis. Juga, eksekusi semua proses bisnis sesuai prosedur (recipe) yang telah dibuat.
Secara otomatis, Qlarin akan mendelegasikan pekerjaan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan urutan prosedur. “Dengan Qlarin, semua pegawai dapat mengetahui detail langkah penyelesaian pekerjaan beserta batas waktunya,” ujarnya.
Sedang Manunggal adalah solusi kolaborasi dan visualisasi data dengan empat fitur dan keunggulan, yaitu Collaborative Database, Uniform Queries, Powerful Plotting dan Easy-to-Share.” Dengan Manunggal, terdapat berbagai macam basis data yang bisa dikolaborasikan. Ambil tabel dan view dari masing-masing basis data, padukan menjadi basis data virtual baru,” jelasnya.
Menjaga Kualitas
Dengan konsep ini, HASH pun mendapat klien dari perusahaan tekenologi dunia seperti Telin dari Hong Kong, Taiwan dan Malaysia. Tak mengherankan, meski terbilang baru memasuki tahun ketiga, Rayi mengaklaim startup yang dibangunnya ini telah balik modal sepenuhnya.
“Kami berusaha untuk mempertahankan kualitas. Oleh karena itu, kami belum berani menambah klien,” ujarnya.
Hal itu, lanjut Rayi, karena kendala terbesar ada pada keterbatasan sumber daya manusia (talent) di bidang IT. Saat ini, HASH memiliki 16 karyawan yang sebagian besar adalah tenaga developer dalam negeri.
“Kalau kami terlalu memaksakan nanti malah merugikan yang sudah ada. Memang secara bisnis margin tidak besar, tetapi kami ingin komitmen pada layanan yang berkualitas,” tegas Rayi.
Di sisi lain, dia juga membuka peluang kerjasama untuk para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). “Kami tidak membatasi klien kami, mau enterprise atau small medium enterprise (SME) atau corporate, kami terima,” ujarnya.
Sejauh ini, harga layanan HASH dimulai dari Rp 350 ribu/bulan. “Kamu tahu ada stigma di UKM kalau layanan IT itu mahal. Tetapi kami membuka banyak opsi, termasuk zero cost dengan konsep partnership. Jadi kalau mereka sudah ada keuntungan, barulah kami mendapat bagi hasil,” lanjut Rayi.
Rayi berharap, dengan pengembangan teknologi maka bisnis yang dia bangun ini dapat terus berjalan. Tak hanya itu, Rayi punya visi ingin menjadikan HASH sebagai enabler bagi perkembangan bisnis lain untuk bisa maju bersama dan berkembang bersama dalam sebuah bisnis.
“Ke depannya HASH ini bisa semakin maju dan berkembang serta bisa mewujudkan visinya, yaitu secara umum ingin menjadi enabler bagi bisnis lain. Karena kami menganggap bisnis lain ini sebagai partner. Jadi, ibaratnya ketika bisnis lain maju, kami juga ikut maju,” pungkasnya.
====================================
Rayi Yanu Tara, Ph.D
- Tempat Tanggal Lahir : Malang Januari 1988
- Pendidikan : PhD Computer Sains National Taiwan University of Science and Technology
- Pekerjaan : CEO & Founder HASH Rekayasa Teknologi
- Mulai Usaha : April 2016
- Modal Awal : sekitar Rp 100 juta
- Jumlah Tim : 16 Karyawan
======================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia