youngster.id - Pesatnya perkembangan teknologi telah menjadikan perangkat elektronik sebagai “raja”. Hampir semua lini kehidupan berhubungan dengan produk teknologi. Sayangnya, banyak dari kita kurang menyadari apa yang harus dilakukan jika alat elektronik yang rusak. Akibatnya pertumbuhan sampah elektronik pun meningkat.
Berdasarkan data Electronics TakeBack Coalition, pada tahun 2016 ada 20 hingga 50 juta metrik ton sampah elektronik (e-waste) yang dibuang di seluruh dunia. Bila e-waste dibuang sembarangan berpotensi untuk meracuni lingkungan dan dapat berakibat fatal bagi kesehatan manusia.
Fakta inilah yang mendorong Rafa Jafar untuk mendirikan gerakan EWasteRJ. Dengan dibantu ibunya, pemuda berusia 15 tahun ini sudah hampir tiga tahun mencoba untuk mengumpulkan dan mendaur ulang e-waste.
“Saya membuat survei dulu, dari 100 orang hanya 5% yang mendaur ulang sampahnya sendiri. Kebanyakan ada yang disimpan di rumah, kebanyakan ada yang dibuang sembarangan. Berarti rata-rata masyarakat itu belum tahu harus dikemanain sih ini sampah elektronik yang ada di rumah,” kata Rafa dalam peluncuran buku Sampah Baterai, Rabu (4/7/2018) di Menteng, Jakarta Pusat.
Untuk itu, sejak tahun 2015, remaja yang akrab disapa RJ ini giat untuk mensosialisasikan apa itu sampah elektronik. Bahkan dia membuat wadah untuk menampungan sampah elektroniknya bernama EWasteRJ. Belakangan, kegiatan ini telah bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan perusahaan TLI untuk mengumpulkan sampah elektronik dari masyarakat.
“Setelah melalui proses pemilahan maka sampai itu dapat didaur ulang, dipakai lagi, jadi dibuat bahan baru lagi,” kata RJ.
Tak hanya itu, remaja yang akan masuk asraam SMA Taruna Nusantara itu menuliskan buku kedua berjudul Sampah Baterai. Semua itu diharapkan akan dapat mendorong masyarakat untuk mengenal akan sampah elektroniki khususnya baterai sebagai bahan berbahaya dan beracun (3B).
RJ juga ingin agar gerakan EWasteRJ dapat tersebar di seluruh Indonesia. Dia pun telah menggalang relawan di sejumlah kota. “Saat ini sudah ada di Manado, di Yogya, Palembang sama Depok,” ujar Rafa.
Gerakan yang dibuat Rafa juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah. “Saya sangat mengapresiasi atas inisiasi RJ membuat gerakan membuang sampah elektronik, dan membuat buku yang dapat mengedukasi anak-anak lain. Harapan kami komunitas yang dibentuk RJ menjadi wadah tersendiri bagi anak-anak lain untuk lebih peduli lingkungan dan tahu bagaimana memilah limbah,” kata Tuti Hendrawati Tenaga Ahli Menteri Lingkungan Hidup, pada kesempatan yang sama.
STEVY WIDIA
Discussion about this post