youngster.id - Sumber daya manusia merupakan potensi dari sebuah negara. Merekalah yang memberikan kontribusi besar produksi barang dan jasa. Namun jika angkatan kerja lebih banyak dari jumlah lapangan kerja yang ada maka akan memunculkan angka pengangguran. Upaya untuk menekan hal itu terus dilakukan, termasuk oleh startup.
Setiap negara memiliki masalah pengangguran. Di Indonesia, pertambahan jumlah orang yang menganggur ini seiring peningkatan jumlah angkatan kerja. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 7 juta lebih orang yang menganggur dari total keseluruhan 128 juta angkatan kerja.
Menariknya lagi, pengangguran terbesar adalah mereka yang berusia 35-39 tahun yang mencapai 17,6 juta orang. Diikuti oleh mereka yang berusia 30-34 tahun dengan jumlah 15,5 juta orang. Ini menunjukkan bahwa kelompok usia muda dan produktifnya (di bawah usia 30 tahun) lebih besar dibandingkan populasi usia tuanya. Angkatan kerja muda yang dinamis ini menjadi kunci pendorong bagi potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Melihat kondisi ini, sejumlah pihak bergerak untuk mencarikan solusi. Salah satunya adalah Richard Anggadiwirja, dengan mengembangkan aplikasi RumahPorto. Ini adalah platform perekrutan yang fokus pada memperkenalkan para talents ke perusahaan-perusahan. Ya, berbeda dengan situs pencari kerja lain, RumahPorto ini menjanjikan “pertemuan” antara pencari kerja dengan perusahaan yang sesuai dengan kandidat. Begitu juga sebaliknya memberikan kepada perusahaan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Jadi kami ini mempertemukan orang yang mencari kerja dan penyedia kerja dalam Rumah Porto. Oleh karena itu, tagline kami adalah Anda dicari dan bukan mencari,” ucap Richard yang menjabat Chief Business Development Officer RumahPorto kepada youngster.id.
Menurut Richard, aplikasi ini dibuat untuk membantu sekaligus mempermudah pencari kerja mendapatkan kualifikasi perusahaan yang sesuai. Pasalnya, berdasarkan pengalaman ketika seseorang ingin bekerja di sebuah perusahaan atau instansi, dia harus mencari terlebih dahulu data mengenai perusahaan tersebut. Apakah sesuai kualifikasi dengan latar belakang pendidikan, pengalaman dan kebutuhan dia. Begitu juga sebaliknya, ketika perusahaan mencari talent juga membutuhkan kandidat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kondisi ini yang kerap menjadi halangan bagi pencari kerja mendapatkan posisi yang sesuai, dan perusahaan mendapatkan kandidat yang cocok.
“Masalah ini membuat kami ingin memberi solusi yang dapat membantu sekaligus mempermudah si calon pekerja mendapatkan kualifikasi yang diinginkan tanpa harus repot mecari terlebih dahulu. Begitu juga sebaliknya perusahaan yang ingin menyaring kandidat sesuai dengan kebutuhan mereka,” ucapnya lagi.
Aplikasi ini didirikan Maret tahun 2016 oleh Richard bersama beberapa rekannya. “Yang membuat kami membangun bisnis ini, karena kami ingin menjadi bagian dari perubahan. Kami mau jadi agen perubahan agar Indonesia bisa menjadi lebih baik,” tegasnya.
Hambatan dan Peluang
Pemuda kelahiran Jakarta ini mengaku, ide untuk mendirikan platform pencari kerja ini berangkat dari kepeduliannya melihat banyak teman yang kesulitan untuk mendapatkan magang pekerjaan sebagai syarat akhir kuliah.
“Kami melihat banyak teman yang sulit untuk mencari magang kerja. Pengetahuan mereka akan perusahaan dan lowongan kerja yang ada terbatas, sehingga peluang mereka juga menjadi kecil. Dari situ terpikir untuk membuatkan sistem yang dapat membantu mereka untuk memperoleh kesempatan yang lebih besar. Karena belum tentu bekerja di perusahaan terkenal lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terkenal,” ucap Richard.
Berangkat dari ide tersebut, Richard dan enam rekannya yakni Steven, Billy Bachtiar, Vincent dan Regelfan pun mendirikan RumahPorto pada tahun 2012. Menurut dia, startup ini dibangun dengan modal yang terbatas. “Modal awalnya sangat kecil, nggak sampai Rp 1 juta. Karena mainnya web, dan kami nggak ada barang-barang berat atau barang-barang mahal seperti itu. Paling modal lain cuma laptop, dan itu kami sudah punya,” ungkapnya.
Menariknya, saat itu RumahPorto langsung menarik minat banyak pencari kerja dan lansung mendapat ratusan kandidat yang mendaftar dan perusahaan yang mencari talent. Rupanya kemudahan yang ditawarkan oleh RumahPorto menjadi pembeda dengan platform penyedia lowongan kerja lain.
“Kami memang mempermudah para pencari kerja untuk mendapatkan lowongan kerja yang sesuai dengan spesifikasi yang diingikan. Mereka hanya memasukkan curriculum vitae dan kami yang nanti akan menfilter sesuai dengan kebutuhan mereka. Melalui sistem yang dimiliki RumahPorto ini, para pencari kerja otomatis siap dikirimkan secara langsung ke beberapa perusahaan yang telah bekerjasama dengan RumahPorto sebelumnya,” jelasnya.
Langkah ini menurut Richard cukup efektif, mengingat ada banyak kandidat pencari kerja dan perusahaan pemberi kerja yang belum terhubung. Dan melalui RumahPorto mereka dapat tersaring dan terhubung sesuai dengan kebutuhan.
Tak hanya itu, para calon pencari kerja tidak mengeluarkan uang untuk mendaftar di RumahPorto. “Kami tidak menarik uang dari orang yang mau cari kerja. Tetapi, kami mendapatkan bayaran dari perusahaan yang bekerjasama sesuai dengan jumlah karyawan yang mereka terima. Dan itu pun tidak besar,” kata Richard lagi.
Namun startup ini sempat vakum. Padahal, ketika itu mereka sudah didekati sejumlah investor. “Waktu itu kami sempat vakum karena sudah semester 8 dan harus bisa menyelesaikan kuliah,” ujarnya.
Fokus Pengembangan
Barulah pada Maret 2016 Richard dan kawan-kawan menyusun langkah lagi dan mulai mengembangkan RumahPorto dengan lebih serius. “Setelah kami fokus dan full time mengelola RumahPorto akhirnya mendapat pendanaan dari investor dalam jumlah yang cukup,” ungkapnya. Bahkan mereka juga mendapat dukungan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
“Kini kami telah melayani sekitar 4.000 kandidat pencari kerja dan 100 perusahaan. Dan kami berharap itu akan terus berkembang,” ujarnya.
Agar lebih dikenal masyarakat, RumahPorto ikut kompetisi Startup Get in The Ring Jakarta 2018. Menurut Richard, mereka berharap melalui kompetisi ini mereka dapat terekspos dan bisa dikenal masyarakat luas.
“Kami hadir disini fokusnya ngejar exposure. Makanya ikut kompetisi sangat membantu kami, paling tidak sudah merekomendasikan kami bisa lebih dikenal masyarakat lebih banyak lagi,” katanya.
Kini, startup yang berbasis di Jakarta ini tengah mempersiapkan diri untuk merambah ke kota lain. Yang pertama adalah Surabaya. “Kami menargetkan akan dapat memasukkan 1.000 setiap bulan ke perusahaan. Kami juga ingin bisa ngembangkan wilayah jangkauan RumahPorto menjadi lebih luas, sehingga bisa berkembang dan menjadi besar tak hanya di Indonesia tapi juga Asia Tenggara,” ucap Richard penuh harap.
==================================
Richard Anggadiwirja
- Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 6 September 1995
- Pendidikan Terakhir : Marketing Communication Universitas Bina Nusantara
- Nama Usaha : RumahPorto
- Mulai Usaha : 2012
- Jumlah Karyawan : 20 orang
- User : 4.000 kandidat dan 100 perusahaan
- Prestasi : Finalis Kompetisi Startup Get In The Ring Jakarta 2018, EV hive
==================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia