youngster.id - Kesadaran akan kesehatan mental meningkat di masyarakat. Sayang, fasilitas medis dan psikologis masih belum mencukupi untuk menangani permintaan konsultasi yang juga meningkat. Teknologi pun menjadi salah satu solusi dalam permasalahan ini.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI baru 50% dari 10.321 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang menawarkan layanan kesehatan jiwa. Selain itu, empat provinsi masih kekurangan layanan kesehatan jiwa, dan hanya 40% rumah sakit umum yang memiliki fasilitas yang diperlukan.
Tak hanya itu, ketersediaan psikiater, rasio di Indonesia sangat tidak proporsional, dengan satu psikiater melayani sekitar 227 ribu orang. Angka ini jauh dari rasio ideal yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyarankan satu psikiater per 30 ribu orang. Selain itu, distribusi psikiater sangat terkonsentrasi di kota-kota di pulau Jawa, mengakibatkan akses layanan kesehatan jiwa yang tidak merata di seluruh negeri.
Hal ini mendorong Riliv, startup yang menghadirkan aplikasi layanan konseling dan kesehatan mental memperluas layanannya.
“Semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kesehatan mental dan merasakan meningkatkan kualitas hidup mereka, baik secara fisik maupun mental. Selain itu, mereka juga sudah merasa nyaman dengan konsultasi online. Maka, preferensi sistem online masih ada,” kata Audrey Maximillian Herli founder Riliv, dalam siaran pers, Kamis (25/5/2023).
Startup ini didirikan Maxi bersama Audy Christopher Herli pada tahun 2015. Menurut Maxi, aplikasi ini berawal dari keresahan dia terhadap perundungan yang terjadi pada teman-temannya karena membagikan cerita dan masalah pribadinya di media sosial.
Dari layanan konseling kampus, Riliv kemudian berkembang lebih luas. Bahkan menurut Maxi pasca pandemi permintaan konsultasi online melonjak sangat tinggi, hingga 800%. Kini lebih dari 900 ribu orang di seluruh Indonesia telah mengunduh aplikasi Riliv, dan lebih dari 100 psikolog profesional bermitra dengan Riliv.
“Ada tiga fitur favorit Riliv, yaitu Counseling, Journal, dan Meditation, untuk pengguna individu dan karyawan perusahaan,” ujarnya. Selain itu, kota-kota di Pulau Jawa, antara lain Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Tengah menjadi kota teratas terkait penetrasi pengguna Riliv.
Maxi mengapresiasi upaya pemerintah dalam menggalakkan kesadaran masyarakat terkait kesehatan jiwa. “Kami bermimpi seluruh rakyat Indonesia harus sehat secara mental. Kami selalu berharap masyarakat Indonesia menganggap kesehatan mental sebagai kesehatan fisik, dan tidak ada lagi stigma bahwa orang yang berkonsultasi dengan psikolog itu aneh atau gila. Alangkah baiknya jika ada lebih banyak pemahaman tentang orang-orang dengan masalah kesehatan mental sehingga lebih banyak orang bisa bahagia dan hidup bermakna bagi diri dan lingkungannya,” kata Maxi.
Riliv telah mendapat pendanaan dari venture capital East Ventures. Selaras dengan East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023 menunjukkan peningkatan pilar penggunaan dan pengeluaran TIK di setiap provinsi secara tidak langsung mendorong adopsi startup digital, termasuk startup kesehatan mental seperti Riliv.
“East Ventures saat ini mendukung beberapa startup kesehatan mental, termasuk Riliv, karena kami percaya bahwa menjaga kesehatan mental sama dengan menjaga kesehatan fisik. Melalui digitalisasi, kami berharap semakin banyak masyarakat yang dapat mengakses layanan kesehatan di setiap provinsi dan kota yang mungkin belum terakomodasi secara offline,” kata David Fernando Audy, Operating Partner East Ventures.
Dia menegaskan, mengintegrasikan data dan layanan antara startup kesehatan konvensional dan digital juga bisa menjadi cara untuk menciptakan ekosistem kesehatan Indonesia yang lebih baik. Ini dapat membawa peluang untuk mengembangkan produk berbasis digital, seperti produk aktivitas medis preventif berbasis IoT dan AI.
“Yang paling penting adalah kolaborasi akan membuat perawatan kesehatan lebih mudah diakses untuk kota-kota besar dan mereka yang tinggal di daerah lapis 2 dan 3. Ini berlaku untuk startup kesehatan mental, pusat kesehatan konvensional, asosiasi psikiater, dan komunitas,” pungkas David.
STEVY WIDIA