youngster.id - Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) perlu terus meningkatkan daya saing yang berkelanjutan agar levelnya meningkat. Kehadiran sarana digital pun memperluas pemasaran. Seiring dengan itu tentu inovasi dan daya kreasi menjadi keunggulan dari IKM.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 mencapai 5,17%. Dari pertumbuhan ekonomi tersebut, sektor industri memberikan kontribusi sebesar 19,86% dengan kontribusi industri non migas adalah sebesar 17,63%. Kontribusi sektor industri ini merupakan yang terbesar, di atas sektor pertanian dan perdagangan.
Selain itu, sektor industri juga memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan data Sensus Ekonomi, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, sektor industri menyerap tenaga kerja sebanyak 15,9 juta tenaga kerja, dimana industri dengan jumlah tenaga kerja di bawah 100 orang, yang merupakan Industri Kecil dan Menengah yang menjadi binaan Ditjen IKMA Kementerian Peridustrian, menyerap sekitar 10,5 juta tenaga kerja, atau sekitar 65% dari total keseluruhan penyerapan tenaga kerja sektor industri.
Tak hanya itu, IKM juga disebut usaha yang tahan terhadap krisis. Meski demikian persaingan untuk usaha ini juga sangat ketat. Kementerian Perindustrian menyebut, jumlah unit usaha IKM di dalam negeri terus mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2013, sebanyak 3,43 juta IKM, lalu naik menjadi 3,52 juta pada tahun 2014. Kemudian, mencapai 3,68 juta IKM di tahun 2015, dan bertambah lagi hingga 4,41 juta tahun 2016. Pada triwulan II tahun 2017, jumlah IKM berada di angka 4,59 juta unit usaha. Diperkirakan jumlah IKM nasional akan semakin meningkat seiring pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan mencapai 70 % dari total penduduk Indonesia pada tahun 2025 nanti.
Agar bisa bertahan, dan unggul dibutuhkan inovasi. Hal ini yang ditunjukkan oleh produk tas berlabel Kingsmith. Berada di ranah fesyen yang mesti bersaing dengan produk impor tidak membuat Kingsmith gentar. Pasalnya produk ini menawarkan keunggulan berupa smart backpack.
“Saat ini eranya smart product. Mulai dari smartphone, smartwatch hingga smarthome. Dan saya melihat belum ada tas merek lokal yang memiliki produk smartbackpack. Oleh karena itu, saya membangun Kingsmith, produk tas pintar bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Robbi Ibadi, founder dari Kingsmith kepada youngster.id.
Menurut Robbi, inovasi tas pintar juga menjawab masalah, terutama para milenial yang menginginkan produk tas multifungsi. Oleh karena itu, dia menghadirkan tas dengan fitur berbasis teknologi, yaitu slot USB sebagai saluran isi daya ponsel. “Terobosan yang kami lakukan, selain fitur slot USB, adalah bahan anti-air dan teknologi panel surya,” ujarnya.
Berkat inovasi yang dia lakukan, maka produk yang dirintis sejak 2016 ini pun berhasil meraih juara kedua pada ajang The Big Start 2018 yang digelar oleh Blibli.com.
“Jantung produk IKM adalah inovasi. Tanpa itu, IKM akan berhenti karena persaingan ketat,” ucap Robbi.
Tinggalkan Karier
Pengembangan usaha tas Kingsmith ini dimulai dari hobi Robbi mengoleksi produk tas. Dari sanalah dia menemukan masalah saat menggunakan tas, yaitu dalam hal kualitas, ruang dan fitur. Dari situ terbersit ide untuk mendesain tas pintar, yang bisa digunakan sehari-hari dengan bahan yang anti air, dan punya fitur teknologi.
“Saya melihat bahwa smartbagpack itu sudah ada, tetapi produk dari luar negeri. Dari sana terpikir kenapa tidak memproduksi sendiri,” ujarnya.
Demi mewujudkan impian tersebut, Robbi rela meningalkan karier profesionalnya di salah satu BUMN perbankan dan memutuskan jadi wirausaha.
“Usaha ini sudah saya rintis sejak 2016, tetapi baru fokus setahun berikutnya, dan berhenti berkerja untuk benar-benar menekuninya,” ujarnya.
Meski tidak memiliki latar belakang khusus di bidang desain, tetapi Robbi mengaku mempelajari desain tas secara otodidak. Dia juga belajar dari temannya yang sudah terlebih dahulu merintis usaha di bidang fesyen tas. Dengan modal awal sekitar Rp 10 juta Robbi pun mulai memproduksi tas pintar yang dia inginkan di Rawamangun, Jakarta. Untuk bahan bakunya melalui perpaduan dari lokal dan impor, terutama untuk solar panel.
Keunggulan dari desain tas ini adalah bahan baku yang digunakan anti air dengan desain yang menarik. Lalu ada fitur teknologi berupa port USB untuk daya isi ulang baterai ponsel pintar. Terakhir adalah teknologi panel surya. Menurut Robbi, pihaknya memanfaatkan kondisi geografis Indonesia sebagai negara tropis yang punya tingkat panas 10 kali lipat daripada Eropa.
“Saya membuat inovasi tas pakai solar panel. Kita ini kan negara tropis, tetapi pemanfaatan energi matahari sangat kecil. Tas ini bisa digunakan oleh pengemudi ojek online untuk mengisi daya handphone di jalan,” tuturnya.
Menariknya, karena keterbatasan modal, Robbi tidak langsung produksi dalam jumlah besar. Berbekal keyakinan dia memutuskan untuk menawarkan prototype dari tas yang didesainnya ke sejumlah departement store. Rupanya produk yang inovatif itu berhasil menarik minat, hingga akhirnya dia mendapatkan tempat untuk outlet di jaringan gerai toko buku ternama. “Saya yakin, selama punya tekad dan niat usahanya pasti bisa,” ujar Robbi.
Dari sana produk Kingsmith pun masuk ke pasaran. Robbi pun langsung merilis satu prototype seri tas Kingsmith yang memiliki fitur seperti slot USB sebagai saluran isi daya ponsel pintar. Nama Kingsmith dipilih dengan alasan khusus. “Orang Indonesia itu banyak yang mindset-nya masih pada produk impor, sehingga kalau pakai nama lokal susah naik (dikenal –red). Selain itu, smith itu bagi saya diartikan sebagai pengrajin. Jadi nama itu sekalian untuk mengendepankan bahwa produk ini merupakan hasil dari pengrajin lokal tapi dengan kualitas internasional,” papar Robbi.
Sebagai pelaku IKM Robbi meyakini, inovasi ini akan memperbesar peluang pasar. “Saya yakin produk dengan kejelasan fungsi yang dimanfaatkan konsumen akan mendapatkan keuntungan positif,” ujarnya.
Pengembangan Usaha
Sebagai pelaku usaha kecil, pria kelahiran Padang ini sadar perlu terus berinovasi. “Kesuksesan usaha produk kreatif adalah pada inovasi. Itu yang membuat produk yang kami tawarkan memliki ciri khas dan memikat perhatian masyarakat dan konsumen,” klaim Robbi.
Tentunya, untuk pengembangan usaha tasnya itu Robbi memerlukan tambahan modal. Awalnya Robbi mengajak kolaborasi dengan rekannya untuk mendapatkan permodalan untuk produksi. Sedang mencari cara tepat untuk mengembangkan Kingsmith, tanpa sengaja Robbi bertemu dengan The Big Start. Melihat syarat dan ketentuan yang dirasa sesuai, Robbi tanpa ragu mengikutsertakan Kingsmith pada ajang kompetisi tersebut. Dan dengan dimentori oleh Barli Asmara, akhirnya Robbi mendapat posisi juara kedua, dengan hadiah Rp 300 juta.
“Berkat hadiah dari TBS saya bisa mendapat modal untuk mengembangkan usaha ini. Saya juga mendapat banyak ilmu yang bermanfaat untuk mengembangkan Kingsmith, menambah networking dan sharing ilmu dari para mentor,” ungkapnya.
Robbi mengakui bahwa yang paling sulit di awal dalam mengembangkan usaha tas ini adalah mengubah mindset. “Sebelumnya sebagai pegawai saya punya SOP yang jelas dan terima penghasilan setiap bulan. Begitu jadi pelaku UKM semua harus saya bangun sendiri. Apa yang harus dilakukan, apa tujuan yang akan dicapai itu harus dibuat sendiri. Semua proses pembelajaran, selain itu saya juga belum mengerti masalah fesyen sama sekali,” ungkapnya.
Kini, Robbi telah mengembangkan produk ke segmen perempuan lewat label QueenSmith yang diluncurkan awal 2019. “Kami melihat pasar produk tas wanita berpotensi, karena itu kami mengembangkan juga lini produk ini. Kami berharap dengan pengembangan ini maka dapat meraih pangsa pasar yang lebih luas lagi,” ucapnya.
Robbi menargetkan akan dapat mengembangkan usaha ini baik melalui saluran offline maupun online. Selain terus mengembangkan inovasi fitur baru, dia juga akan membawa produk ini mengikuti pameran internasional yang difasilitasi oleh Kementerian Perindustrian dan Blibli.com.
“Kami masih akan fokus ke pasar lokal, tetapi tidak tertutup kemungkinan juga untuk pasar luar,” ujarnya.
Robbi juga memberi saran, bagi para milenial yang ingin terjun jadi pengusaha, terutama creativepreneur untuk membangun usaha berdasarkan minat dan ketertarikan.
“Saya menganggap usaha itu seperti pacar saja. Kalau tidak disukai, tidak diperhatikan dan tidak disayang maka pasti tidak bakalan maju,” pungkasnya.
==================================================
Robbi Ibadi
- Tempat Tanggal Lahir : Padang, 13 Juni 1988
- Pendidikan Terakhir : S1 Ekonomi di Universitas Andalas
- Nama Brand : Kingsmith Smartbackpack
- Jabatan : Founder & CEO
- Mulai Usaha : 2016
- Modal Awal : sekitar Rp 10 juta
- Produksi : sekitar 2.000/model
- Karyawan : 7 orang
==================================================
STEVY WIDIA