youngster.id - Pada kuartal pertama 2024, perekonomian kawasan Asia Tenggara mengalami pertumbuhan yang beragam di masing-masing wilayahnya. Berbeda dengan Vietnam yang pertumbuhan ekonominya menurun dari 6,7% di kuartal keempat 2023 menjadi 5,6%, Indonesia termasuk yang masih bertumbuh positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama 2024 ada di angka 5,1%, sedikit lebih tinggi dari kuartal keempat 2023 yang mencatat angka pertumbuhan di 5%.
Tahun 2024, pertumbuhan kawasan Asia Tenggara ini didukung oleh peningkatan konsumsi domestik, ditambah dengan permintaan yang lebih kuat di sektor elektronik.
Hasil proyeksi pertumbuhan di kuartal pertama 2024 ini terungkap dalam sebuah riset Oxford Economics yang digagas oleh Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW), sebuah lembaga internasional yang menaungi para chartered accountant.
“Perekonomian Asia Tenggara masih menunjukkan hasil yang relatif kuat, terutama di Indonesia dibandingkan dengan paruh keempat tahun lalu. Melalui riset ini, kami berharap setiap pihak yang terlibat dan berperan dalam menggerakkan roda ekonomi bisa memanfaatkan setiap peluang dan sekaligus mengambil langkah-langkah cermat yang dapat membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi ASEAN ke arah yang lebih baik dan stabil di masa depan,” kata Conny Siahaan, ICAEW Head of Indonesia, dikutip Senin (17/6/2024).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama sebesar 5,1% y/y ini didorong oleh konsumsi domestik, terutama dengan pengeluaran terkait pemilu di sektor publik, yang juga terbantu oleh transaksi Ramadan dan Idulfitri. Tentunya hasil positif di kuartal pertama 2024 ini menandai hasil terbaik Indonesia sejak kuartal dua tahun lalu, bahkan melampaui ekspektasi.
Bank Indonesia yakin bahwa inflasi umum akan tetap terkendali dan berada dalam koridor target pada tahun 2024. Ditetapkan pada angka 3% pada bulan April, tingkat inflasi Consumer Price Index Indonesia menunjukkan konsistensi sejak awal tahun 2023 karena selalu berada dalam kisaran sasaran Bank Indonesia, dengan target sebesar 2,5±1 persen. Tingkat inflasi inti juga masih terkendali, sebesar 1,8% pada bulan April.
Hasilnya, tidak ada gangguan sisi penawaran yang jelas yang dapat menyebabkan tekanan inflasi, yang mempengaruhi daya beli konsumen. Dengan suku bunga riil, biaya pinjaman, dan tingkat inflasi yang terjaga, dapat diasumsikan bahwa kebijakan transmisi moneter saat ini masih efektif
Bank Indonesia diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunganya di angka 6,25% (sesuai level yang ditetapkan pada April lalu) hingga kuartal terakhir tahun ini. Penurunan baru diprediksi akan terjadi setelah Federasi AS memulai siklus penurunan suku bunganya sendiri pada bulan September. Hasil riset Oxford Economics ini juga memprediksi bahwa suku bunga akan turun sebesar 25 bps pada kuartal keempat tahun ini.
Pemotongan suku bunga ini juga diharapkan dapat mendorong aktivitas ekonomi, dengan menurunnya biaya pinjaman dan meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat. Oleh karena itu, dapat diperkirakan bahwa daya konsumsi masyarakat akan tetap terjaga untuk saat ini, selama kebijakan moneter serta tingkat suku bunga riil dan tingkat inflasi juga terjaga.
HENNI S.