youngster.id - Startup akuakultur di Indonesia, DELOS, mengumumkan telah menyelesaikan putaran pendanaan Seri A yang dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures. Namun tidak disebutkan jumlah nominal yang diperoleh.
Guntur Mallarangeng,Co-founder dan CEO DELOS mengungkapkan, akan menggunakan pendanaan tersebut untuk menggandakan produksi dan lebih meningkatkan AquaHero.
“Kami akan berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan yang berfokus pada pengurangan biaya produksi melalui peningkatan pemantauan penyakit, manajemen kualitas air, rasio konversi pakan, dan optimalisasi hasil panen,”kata Guntur, seperti dilansir e27.co.
Sejak putaran pendanaan pada Maret 2022, DELOS telah secara efektif memperkenalkan AquaHero, sebuah sistem produktivitas tambak yang komprehensif yang menggabungkan keahlian ilmiah, teknologi, dan keunggulan operasional untuk meningkatkan hasil panen dan profitabilitas tambak.
DELOS juga telah memperkenalkan AquaLink, sebuah platform pemanenan dan logistik yang memungkinkan penangkapan dan penyediaan pasokan makanan laut yang berkelanjutan dan dapat dilacak di bagian hilir rantai nilai.
Saat ini, DELOS memproduksi dan mendistribusikan ribuan ton udang setiap tahunnya sambil berupaya mengintegrasikan pasokannya ke pasar makanan laut global yang bernilai US$300 miliar.
“DELOS memajukan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi data dalam industri budi daya udang di Indonesia. Kami senang dapat bermitra dengan tim DELOS dalam mentransformasi industri akuakultur yang sangat penting – tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh Asia Tenggara,” ujar Kuo-Yi Lim, Co-Founder dan Managing Partner Monk’s Hill Ventures.
Didirikan pada tahun 2021 oleh Guntur Mallarangeng, Aris Noerhadi, Alexander Farthing, dan Bobby Indra Gunawan Wibisono, DELOS bertujuan untuk memulai apa yang mereka sebut sebagai ‘Revolusi Biru’.
Visinya adalah untuk mendorong Indonesia menjadi produsen makanan laut akuakultur global dalam satu dekade, merevolusi dan memodernisasi industri akuakultur Indonesia yang bernilai US$2,5 miliar agar dapat diintegrasikan ke dalam rantai pasokan makanan laut global.
“Keunggulan alamiah Indonesia sebagai negara maritim tropis terbesar di dunia memberikan semua kepingan puzzle yang dibutuhkan untuk menjadi produsen makanan laut terbesar di dunia. Meningkatkan adopsi teknologi dan praktik terbaik di industri akuakultur, kami akan membantu mewujudkan potensi yang sebenarnya,” tutup Guntur.
STEVY WIDIA