youngster.id - Di Indonesia, telah banyak sektor yang terbantu dengan kehadiran startup teknologi. Setelah barang, transportasi, dan keuangan, kini kemajuan teknologi tersebut merambah ke layanan kesehatan. Yang terbaru adalah Prixa. Startup healtech ini mengedepankan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
CEO Prixa, James Roring, MD mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang healtech Prixa ingin memberikan dampak secara positif dalam memperbaiki keseluruhan manajemen kesehatan di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi.
“Visi Prixa adalah memberikan jaminan ketenangan masa depan bagi Anda dan generasi penerus kita dengan menjadi perusahaan teknologi pertama yang menyediakan platform manajemen kesehatan yang terpadu dengan memanfaatkan teknologi dengan cara yang humanis,” ucap James pada jumpa pers, Selasa (19/11/2019) di Jakarta.
Dia memaparkan, merujuk pada analisis lanskap Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia berdasarkan publikasi oleh Oliver Wyman dan PWC, banyak ditemukan tantangan di infrastruktur bidang kesehatan di Indonesia, terutama mengenai ketersediaan dokter.
“Dengan angka populasi sebesar 267 juta jiwa saat ini, sangat disayangkan bahwa Indonesia hanya memiliki rata-rata satu dokter untuk setiap empat ribu populasi, sedangkan rekomendasi dari WHO adalah satu dokter untuk setiap seribu populasi. Dan ini sangat memprihatinkan,” kata James.
Untuk itu Prixa hadir dan mulai diluncurkan pada Maret 2019. James juga menjelaskan, sistem periksa tepat berbasis AI ini menata ulang berbagai keahlian dan pengalaman tim dokternya. Dengan begitu, pemeriksaannya menjadi terpadu dan terukur.
“Saat ini, tim Prixa mengumpulkan informasi 60 lebih penyakit dan gejala. Data-data itu bisa dikombinasikan dan diklaim dapat mendeteksi 3.600 lebih kemungkinan. Prixa ini berbasis big data dan AI, semakin banyak diakses maka semakin akurat hasil prediksinya,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, pada Prixa, AI membantu pasien mengambil keputusan untuk pergi ke rumah sakit atau tidak. “Itulah prinsip dari telemedicine yang menyambungkan dokter dengan pasien yang jauh,” ujar James.
Pasien tidak perlu mengunduh aplikasi Prixa. Pasien hanya perlu mengunjungi laman resmi Prixa dan mengisi beberapa data pribadi seperti usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, dan lain-lain. Kemudian menuliskan keluhannya. Dari keluhan itu akan muncul pertanyaan lanjutan yang cukup dijawab oleh pasien dengan pilihan ‘ya’, ‘tidak’, atau ‘tidak tahu’. Jumlahnya tergantung dari variabel keluhan pasien, namun rerata 15.
Prixa akan memunculkan beberapa dugaan penyakit dan bagaimana cara menanganinya. Saat pasien berkunjung ke rumah sakit mitra Prixa, dokter sudah mengetahui keluhan pasien. James mengatakan, perusahaannya menarget pengguna usia 25-45 tahun. “Kami berharap Prixa memudahkan dan mengefisienkan proses pelayanan kesehatan di Indonesia. Data dari Indonesia untuk Indonesia,” pungkas James.
STEVY WIDIA
STEVY WIDIA
Discussion about this post