youngster.id - Startup greentech yang bergerak dalam upaya mitigasi permasalahan sampah makanan (food waste) Surplus Indonesia mengumumkan pembukaan putaran pendanaan (fundraising) pra-Seri A.
Sebelumnya, Surplus Indonesia telah mendapatkan pendanaan tahap awal dari investor ternama Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Ventures pada awal tahun 2023.
Muh. Agung Saputra selaku Co-founder & CEO Surplus Indonesia mengatakan, di putaran pendanaan pra-Seri A ini pihaknya menargetkan untuk menggalang dana yang nantinya akan digunakan untuk memperluas layanan Surplus Indonesia di sektor B2B, serta memperluas jangkauan lokasi operasional di sektor B2C.
“Kami siap membawa misi perusahaan lebih jauh, terutama dengan bekerja sama dengan impact investor yang memiliki visi sejalan dengan Surplus Indonesia untuk mengatasi permasalahan food waste dan food lost, serta berkontribusi dalam perlindungan lingkungan,” kata Agung, Jum’at (11/8/2023).
Hingga saat ini, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan produksi sampah makanan terbesar di dunia.
Menurut data United Nations Environment Programme (UNEP) pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Selain itu, Bappenas pun memperkirakan bahwa dalam setahun, satu penduduk Indonesia menghasilkan rata-rata 115-184 kilogram sampah makanan.
Untuk menangani permasalahan itu Surplus Indonesia bekerja sama dengan pelaku usaha (seperti restoran, hotel, cafe) untuk menjual stok makanan berlebih yang masih berkualitas, aman, dan layak konsumsi – dengan harga 50% lebih terjangkau melalui aplikasi food rescue pertama di Indonesia.
“Dengan skema tersebut, konsumen bisa mendapatkan makanan berkualitas dengan diskon setengah harga, sementara penjual dapat meminimalisir kerugian dan mengurangi jumlah makanan yang berakhir di tempat sampah,” jelas Agung.
Menurut Agung, sebagai bentuk komitmen Surplus Indonesia untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG) no. 12 (Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab) dan no. 13 (Aksi Iklim), setiap 1 porsi makanan yang diselamatkan melalui aplikasi Surplus Indonesia berarti mencegah banyak kerugian finansial bagi pemilik bisnis F&B dan menghindari ratusan ton CO2e dari berakhir di tempat pembuangan akhir.
Hingga saat ini, Surplus Indonesia telah menyelamatkan 100 ribu ton makanan dan mencegah kehilangan nilai ekonomi hingga US$150,000 dari sampah makanan. Tidak hanya itu, Surplus Indonesia juga mencatat bahwa jumlah emisi CO2 yang berhasil dicegah apabila makanan berakhir di tempat sampah mencapai 2.000 ton. Pada tahun 2023, Surplus Indonesia juga berhasil mencapai pertumbuhan pendapatan rata-rata sebesar 21% setiap bulan (MoM).
“Tidak hanya itu, pertumbuhan pendapatannya dari tahun ke tahun (YoY) dari 2022 hingga 2023 juga telah mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata hingga 400%,” klaim Agung.
Startup greentech yang berdiri pada tahun 2020 ini beroperasi di Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali, dengan total pengguna aplikasi aktif mencapa > 200.000 dan dengan total F&B merchant sebanyak 4.000+ merchant yang terdiri dari Horeka (Hotel, Restaurant, Cafe) 10.000.
Surplus Indonesia merupakan salah satu alumni dari program akselerator nasional Startup Studio Indonesia (SSI). Sejak lulus dari Batch ke-4, Surplus Indonesia telah mencatat berbagai pencapaian yang mengesankan.
“Partisipasi Surplus Indonesia di SSI membuka banyak pintu kolaborasi baru, terutama dengan para mentor dan sesama pelaku startup, baik yang sudah berpengalaman maupun yang sama-sama merintis di tahap awal,” ungkap Agung.
Sonny Sudaryana, Koordinator Startup Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika, menyatakan dukungan penuh terhadap Surplus Indonesia.
“Kami sangat bangga dapat mendukung perkembangan startup muda seperti Surplus Indonesia, yang tidak hanya berfokus pada pertumbuhan bisnis, namun juga memainkan peran dalam menciptakan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan. Semoga keberhasilan fundraising pra-seri A ini akan membantu Surplus Indonesia mencapai visi dan misi mereka yang mulia,” kata Sonny.
Tidak hanya berhasil mengamankan pendanaan tahap awal (seed funding), startup ini terus menggencarkan upaya product-market fit (PMF) dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu sosial food waste & food loss di Indonesia.
Di tahun 2023, startup ini bertekad untuk menyelamatkan 100 ton makanan dan menghindarkan kerugian senilai US$100.000 bagi para pelaku usaha, serta mencegah emisi potensial sebesar 1000 ton gas CO2 dari makanan yang berhasil diselamatkan.
STEVY WIDIA
Discussion about this post