Steven Gouw : Bangun Jembatan Antara Talent Fresh Graduate Dengan Perusahaan

Steven Gouw, CEO & Founder NusaTalent (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

youngster.id - Indonesia akan menerima bonus demografi yang besar pada tahun 2020 hingga 2030 dengan persentasi penduduk usia produktif akan mencapai 70%. Hal ini tentu menimbulkan tantangan dalam hal mendapatkan lapangan pekerjaan. Namun sejumlah solusi teknologi dibidang ketenagakerjaan sepertinya bisa menjadi solusi.

Dengan jumlah total penduduk sekitar 260 juta orang, Indonesia adalah negara berpenduduk terpadat keempat di dunia (setelah Cina, India dan Amerika Serikat). Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.

Hasil riset McKinsey Global Institute Tahun 2012 telah meramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara ekonomi terbesar ke-7 di dunia pada 2030. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga kerja terampil.

Tahun ini, tepatnya pada bulan Februari 2018, BPS melaporkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia berkurang sebanyak 140.000 jiwa. Persentase TPT yang juga turun ke angka 5,13% dari 5,33% pada Februari 2017. Total jumlah angkatan kerja tahun 2018 naik sebanyak 2,39 juta dari Februari 2017 menjadi 133,94 juta jiwa, dengan jumlah pengangguran sebanyak 6,87 juta dan yang bekerja sebanyak 127,07 juta jiwa.

Namun pada kenyataannya jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. Faktor yang berperan dalam masalah pengangguran, yaitu tidak sesuainya kompetensi ilmu dengan kebutuhan di dunia kerja dan kualifikasi yang dimiliki. Kualifikasi yang dimaksud merupakan kemampuan yang tidak sesuai, seperti seorang sarjana dengan kompetensi rendah, sehingga mendapatkan pekerjaan dengan level yang tidak sesuai.

Untuk itu dibutuhkan terobosan baru dalam mengatasi masalah pengangguran. Salah satunya yang dilakukan oleh NusaTalent. Startup ini membangun platfrom yang menghubungkan para pencari kerja khususnya fresh graduate dengan perusahaan.

“Kami ingin memjembatani dan menjadi solusi antara pihak pencari kerja dengan perusahaan penyedia lapangan kerja. Lewat platfrom ini kami dapat membantu teman-teman dan adik-adik kami yang selama ini kesulitan mencari magang. Dan, juga membantu pekerjaan pihak human resource dari perusahaan dalam memilih karyawan yang tepat bagi kebutuhan mereka,” kata Steven Gouw, CEO dan founder dari NusaTalent saat ditemui youngster.id di Jakarta.

Sebenarnya info lowongan pekerjaan itu cukup banyak ditemui di ajang job fair atau platform talent. Tetapi, yang membedakan NusaTalent dengan layanan yang lain adalah pada segmen pasar yang mereka sasar. Menurut Steven, mereka memokuskan diri pada para pencari kerja yang fresh graduate. Mereka juga melakukan filter awal dari CV para pencari kerja, sehingga human resource (HR) perusahaan yang menjadi pengguna jasa NusaTalent tidak lagi harus menyortir berkas pelamar. Malahan langsung mendapatkan kandidat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

“Kami ingin membangun HR Talent di Indonesia yang handal dan dapat memenuhi kebutuhan dari pencari kerja dan pemberi kerja dengan lebih mudah dan aman,” ucap Steven lagi.

 

NusaTalent dikembangkan oleh Steven dan empat temannya semasa SMA, yaitu Billy Bachtiar, Arthur Bachtiar, Vincentia Sherren dan Risel Tan (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

 

Bisnis Yang Tertunda

Steven membangun NusaTalent bersama empat orang teman SMA-nya yaitu Billy Bachtiar, Arthur Bachtiar, Vincentia Sherren dan Risel Tan sejak tahun 2016. “Waktu itu sudah terbersit ide untuk membangun usaha sendiri yang bergerak di bidang HR talent. Namun ketika itu kami semua masih belum mantap dan belum terkumpul modal sehingga bisnis ini tertunda,” kisahnya.

Bahkan, Steven dan Billy sempat mendirikan usaha restoran. Namun keinginan untuk membangun startup membuat keduanya memutuskan untuk menjual bisnis restoran itu. “Uang hasil penjualan restoran kami jadikan modal awal untuk membangun NusaTalent,” kata Steven yang enggan menyebut angka penjualan tersebut.

Dengan modal tersebut, alumi SMA Regina Pacis Jakarta dan teman-temannya langsung memutuskan untuk mewujudkan impian membangun platform ketenagakerjaan. “Kami melihat ada banyak teman kami yang kesulitan untuk mencari magang kerja atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Kami lalu menggali apa masalah mereka, dan juga dari sisi penerima kerja. Ternyata ada yang tidak terhubung di antara keduanya, dan itu yang coba kami carikan solusinya,” ungkap Steven.

Menurut pria lulusan Bisnis Adminstration- Entrepreneurship President University ini mereka melakukan survey ke beberapa job fair, carrier center dan ke sejumlah HR manager di beberapa perusahaan. Dari sana mereka mengetahui bahwa informasi lowongan pekerjaan banyak yang belum menjangkau para mahasiswa.

“Kebanyakan carrier center di kampus itu hanya menggunakan platform media sosial untuk menyampaikan informasi tentang lowongan kerja. Sehingga akhirnya informasi kurang menjangkau ke mahasiswa,” ujarnya.

Di sisi lain, mereka juga mendapati bahwa meski ada banyak job platform, namun pihak perusahaan terutama divisi HRD merasa belum termudahkan.

“Rupanya, setelah para pelamar mengirimkan CV, pihak perusahana masih harus melakukan screening dari ribuan CV yang datang untuk mencari mana kandidat pelamar yang cocok dengan kebutuhan mereka. Tentu ini membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Di sinilah kami ingin membantu,” katanya.

Seperti halnya platform lowongan kerja, para pelamar akan mengisi data mereka. Tetapi oleh NusaTalent data ini yang kemudian diseleksi dan disesuaikan pada masing-masing kebutuhan perusahaan yang menjadi pengguna NusaTalent. Menurut Steven, di awal, data yang disampaikan hanyalah berdasarkan kemampuan dari si pelamar, sedangkan data pribadi masih tetap terjaga. Barulah ketika perusahaan tertarik untuk melihat lebih jauh maka akan ada notifikasi ke pelamar.

“Jika mereka membolehkan maka akses akan informasi pribadi pun diberikan. Dengan begitu mereka dapat terhubung dan selanjutnya melakukan proses interview hingga akhirnya dapat diterima atau tidak,” ungkapnya.

Menurut Steven, dengan konsep ini maka pihak perusahaan sebagai pengguna jasa akan mendapatkan kandidat yang sudah melalui proses kurasi. Demikian juga dengan para pelamar, mereka akan terhubung langsung dengan perusahaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.

 

Sebelum mengembangkan NusaTalent, Steven Gouw dan Billy Bachtiar sempat membuka usaha resto (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

 

Gunakan AI dan Chatbot

Saat ini Nusatalent sudah bekerjasama dengan carrier center dari 11 universitas yang ada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Dan sejak NusaTalent diluncurkan awal 2018 sudah ada 5.000 mahasiswa dan fresh graduate yang menjadi anggota.

“Untuk bisa bergabung mahasiswa harus mendaftar di website NusaTalent. Setelah mengisi data lengkap maka mereka akan mendapat informasi dan notifikasi langsung jika ada perusahaan yang tertarik. Kami menegaskan bahwa mereka tidak perlu melamar, nanti perusahan yang akan menghubungi mereka,” kata Steven.

Diklaim Steven, saat ini sudah ada 100 perusahaan startup yang menjadi mitra NusaTalent. “Kami yakinkan ke perusahaan layanan kami terbaik, karena mereka yang membayar kami. Mereka akan mendapatkan talent yang oke dari kampus yang ada di Jakarta,” ujar Steven.

Untuk monetize, NusaTalent mendapatkan persentasi dari pihak pengguna jasa. “Perusahaan yang menggunakan jasa kami akan bayar setelah orang yang kami ajukan itu masuk kerja dengan garansi tiga bulan pertama,” katanya. Sedikit membocorkan, persentase yang diperoleh NusaTalent adalah 5-10% dari penghasilan tahunan si kandidat.

Sejauh ini, perusahaan yang ditangani Steven dkk sebagian besar adalah dari startup company.  “Karena kami masih baru, 70% perusahaan mitra kami adalah perusahaan startup. Apalagi mereka yang paling banyak membuka lowongan pekerjaan bagi mahasiswa. Tetapi kami juga tidak menutup kemungkinan untuk bekerjasama dengan perusahaan yang sudah establish,” ucapnya.

Pemuda yang gemar berolahraga ini juga terus mengembangkan invoasi dalam NusaTalent. Pada akhir tahun ini mereka akan meluncurkan satu platform dengan menggunkan artificial intelligent (AI) bagi para HR perusahaan untuk dapat melakukan hiring dengan suara. “Jadi jika mereka butuh orang sales, maka mereka akan langsung bicara melalui aplikasi. Misalnya, saya butuh sales dua orang, gaji sekian dan lokasi di Jakarta. Nanti dalam waktu singkat kami akan kirimkan CV yang cocok,” jelas Steven.

Selain itu mereka juga menyiapkan chatbot bagi para mahasiswa, yang akan berfungsi sebagai asisten pribadi. Dengan layanan ini para mahasiswa akan dapat memberikan informasi mengenai pekerjaan apa yang mereka minati, atau perusahaan apa yang mereka tuju. “Dengan demikian maka data mereka akan jadi lebih sesuai dan mudah terhubung dengan perusahaan,” ujarnya lagi.

Diklaim Steven, NusaTalent telah berkembang pesat. Investasi yang mereka benamkan telah balik modal, dan kini merekrut 10 orang karyawan. Selain itu, mereka sedang dalam proses funding dengan angel investor yang masih dirahasiakan.  “Setelah platform ini kami akan segera mem-publish aplikasi. Tahun depan kami menargetkan dapat bermitra dengan 100 universitas. Kami berharap dapat menjangkau lebih luas lagi dan menjadi solusi bagi masalah ketenagakerjaan di Indonesia,” pungkasnya.

 

===================================

Steven Gouw

=====================================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version