youngster.id - Bank Mandiri mengambil pendekatan yang tegas dan inovatif untuk mempercepat transisi hijau di Indonesia dengan memanfaatkan teknologi digital dan kemitraan strategis untuk memberdayakan nasabah, baik individu maupun industri, dalam perjalanan keberlanjutan mereka.
Alexandra Askandar, Wakil Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan, pihaknya mendorong transformasi berkelanjutan melalui inovasi digital. Bank Mandiri berkomitmen untuk menjadi Indonesia’s Sustainability Champion for a Better Future, dengan target Net Zero Emissions (NZE) operasional pada tahun 2030, dan financing pada tahun 2060 atau lebih cepat.
Menurut Alexandra, melalui inovasi digital, Bank Mandiri melakukan pendekatan berbeda di industri perbankan melalui kapabilitasnya dalam menggunakan platform digital untuk membuat pembiayaan hijau lebih mudah diakses dan praktis, serta mendorong literasi keuangan hijau di masyarakat.
“Misalnya, melalui Livin’ SuperApp, Bank Mandiri akan memperkenalkan segmen khusus untuk memfasilitasi nasabah untuk menjalani gaya hidup yang lebih sustainable. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesadaran lingkungan, tetapi juga mendorong pergeseran menuju perilaku konsumen yang lebih bertanggung jawab dengan memberikan wawasan personal mengenai kontribusi mereka terhadap isu sustainability,” kata Alexandra, dalam acara Green Initiative Conference 2024, Kamis (26/9/2024).
Selain itu, Bank Mandiri terus berupaya menyediakan akses yang lebih mudah ke produk-produk keuangan hijau melalui Livin’ SuperApp seperti Green Mutual Funds, KPR Hijau, serta pembiayaan kendaraan listrik. Langkah ini memberikan konsumen opsi-opsi instrumen keuangan berkelanjutan dalam keputusan keuangan sebagai bentuk partisipasi dalam mendukung transisi ke ekonomi hijau.
“Melalui berbagai saluran komunikasi untuk meningkatkan literasi dan pemahaman nasabah terkait keuangan hijau, kami berupaya untuk menjembatani kesadaran dan minat nasabah dengan aksi nyata berupa berbagai akses ke produk keuangan hijau yang telah kami sediakan,” kata Alexandra.
Bank Mandiri juga mengambil langkah signifikan untuk menghadapi risiko iklim secara langsung. Perusahaan telah menerapkan berbagai pendekatan canggih seperti metodologi Partnership for Carbon Accounting Financials (PCAF) untuk mengukur emisi Scope 3 dari portofolio pembiayaannya, yang telah mencakup 44% dari total pinjaman. Selain itu, piloting Climate Risk Stress Test (CRST) yang telah dilakukan Bank Mandiri memungkinkan untuk menilai risiko fisik dan transisi dalam portofolio mereka, sehingga memperkuat ketahanan iklim perusahaan.
“Menghadapi risiko iklim bukan hanya soal kepatuhan—ini adalah upaya untuk memastikan keberlanjutan bisnis dan ekonomi yang lebih luas. Dengan mengintegrasikan metodologi ini, kami dapat mengambil keputusan yang mendukung baik nasabah maupun lingkungan,” tambahnya.
Selain itu, pendekatan visioner Bank Mandiri juga ditunjukkan melalui pembentukan Global Climate Tech Fund (GCTF), yang diluncurkan bekerja sama dengan perusahaan Australia, Investible, melalui Mandiri Capital Indonesia (MCI). Hingga 30% dari dana ini dialokasikan untuk mendukung ekosistem climate tech di Indonesia. Inisiatif ini menempatkan Bank Mandiri sebagai pemain kunci dalam mendorong inovasi lokal dan memperkuat gerakan teknologi hijau di kawasan tersebut.
Di luar inovasi digital dan climate tech, Bank Mandiri juga menangani tantangan struktural transisi hijau Indonesia, terutama dengan kondisi saat ini di Indonesia yang masih bergantung pada bahan bakar fosil dan tingginya biaya investasi untuk proyek hijau. Bank Mandiri terus menyediakan insentif pembiayaan hijau dan secara aktif mengembangkan kerangka kerja kebijakan yang mendukung implementasi pajak karbon, memperkuat perannya sebagai pendukung utama dalam peralihan Indonesia menuju ekonomi rendah karbon.
STEVY WIDIA
Discussion about this post