Teddy Setiawan Tee : Ingin Bantu Transaksi Non-Tunai Bagi UKM

Teddy Setiawan Tee, Founder & President Director Cashlez (Foto: Dok. Pribadi)

youngster.id - Berkat teknologi, perkembangan sistem pembayaran pun mengalami perubahan dari tunai menjadi nontunai. Perubahan ini membawa pengaruh berkurangnya peredaran uang tunai digantikan dengan uang digital. Masyarakat pun didorong menjadi cashless society dengan memanfaatkan pembayaran secara nontunai pada setiap transaksi.

Dari sinilah lahir sistem mobile Point of Sale (mPOS), solusi pembayaran nontunai berbasis teknologi. Jika selama ini anda melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu debit ataupun kartu kredit di kasir, tentu akan menggunakan mesin Electronic Data Capture (EDC). Nah mPOS merupakan layanan yang serupa tetapi dengan akses data seluler melalui smartphone.

Salah satu penyedia layanan ini adalah PT Cashlez Worldwide Indonesia. Cashlez merupakan sebuah perusahaan payment aggregator yang menggabungkan sistem aplikasi kasir dan penerimaan pembayaran. Termasuk di dalamnya, pembayaran dengan kartu, dan pembayaran digital (QR code dan pembayaran online) dalam satu aplikasi yang dihubungkan dengan CashlezReader melalui bluetooth. Sistem ini dapat memonitor semua transaksi penjualan bisnis merchant secara realtime.

“Kami melihat dari tahun ke tahun pengguna kartu semakin meningkat sekitar 16-17% setiap tahunnya. Hal ini juga diiringi dengan jumlah pengguna dan transaksinya. Kami juga melihat tren smartphone user yang semakin meningkat. Prediksi kami di tahun 2018 ada 100 juta pengguna smartphone, jadi aktif berinternet lewat smartphone. Di sinilah Cashlez muncul,” cerita Teddy Setiawan Tee, CEO dan co-foudner Cashlez saat ditemui youngster.id belum lama ini di Jakarta.

Menurut Teddy, kehadiran Cashlez ingin berkontribusi dari sisi teknologi untuk menciptakan kemudahan dalam hal pembayaran alternatif. Oleh karena itu, sasaran awal dari Cashlez adalah para pelaku UKM sebagai solusi pembayaran yang mobile, praktis dan aman.

Di sisi lain, menurut Teddy, Cashlez berusaha mendorong masyarakat untuk meminimalisir penggunaan uang fisik. Lulusan University Of Arizona dengan gelar Bachelor of Science in Business Administration ini memiliki visi untuk menghadirkan pembayaran frictionless yang dapat mendorong orang shifting pembayaran dari cash menjadi elektronik sehingga terciptanya cashless society.

“Cashlez ingin berperan untuk membantu memberikan edukasi serta sebagai solusi untuk meningkatkan transaksi nontunai, sehingga dapat meningkatkan pendapatan terutama UMKM di Indonesia,” ucap Teddy.

Fitur yang tersedia di sistem operasi Androin dan iOS itu diyakini dapat mempermudah aktivitas UMKM di Indonesia dalam proses pembayaran non tunai. Teknologi tersebut bisa digunakan merchant untuk mencatat dan memproses pembayaran secara nontunai.

Diklaim Teddy, saat ini Cashlez telah mampu merangkul lebih dari 6.000 pelaku usaha dari berbagai segmen mulai dari ritel, fesyen, F&B, hingga pariwisata, serta telah tersebar di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya,Yogyakarta, Makassar,dan Medan.

 

Menurut Teddy, pihaknya terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar dapat terus meningkatkan produk dan layanan serta memperluas jaringan (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

 

Sasar UMKM

Cashlez bisa dibilang sebagai pionir dalam solusi pembayaran mPOS. Ketika itu Teddy yang berkarier di industri keuangan melihat peluang untuk menghadirkan metode pembayaran seperti kartu kredit/debit, e-commerce, dan pembayaran mobile melalui aplikasi. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk membangun Cashlez dengan investasi sekitar US$1 juta pada Juli 2015.

“Sebelum saya memulai startup ini (Cashlez), saya memiliki pengalaman di bank dan payment. Dan kemudian saya berpikir bahwa banyak sekali hal yang dapat di-improve dari financial service di Indonesia,” ungkap Teddy, yang pernah menjadi Direktur di Visa.

Sebagai perusahaan rintisan, Teddy mengatakan, pihaknya selalu mencari cara yang efisien dan efektif dari segi biaya dengan melihat dan menyesuaikan kebutuhan pasar. Namun, mengedukasi merchant untuk dapat mengadopsi pembayaran nontunai tidaklah mudah. “Oleh karena itu kami kembangkan fitur Point of Sale. Harapan kami, idealnya, merchant dapat beralih dari bon atau nota kertas ke sebuah aplikasi Point of Sale yang di dalamnya juga disediakan fitur pembayaran nontunai terintegrasi yang dapat menumbuhkan bisnis mereka,” kata Teddy.

Ternyata apa yang dia yakini mulai terwujud. Cashlez mulai mendapat perhatian para pelaku usaha. Terutama karena mesin pendukung transaksi Cashlez lebih ramping dan simpel untuk dibawa kemana-mana. Hal itu, menurut Teddy karena, mPOS memang disediakan Cashlez bagi para pelaku bisnis kelas menengah yang memiliki mobilitas tinggi namun perlu alat simpel untuk mendukung transaksinya.

“Kami sasar pelaku bisnis di kelas UMKM yang biasanya pindah-pindah, misalnya penjual baju dan aksesoris yang biasanya jualan dari bazar ke bazar. Bahkan ini bisa dipakai juga sama tukang bakso dan tukang ojek juga,” ujar Teddy.

Untuk menjamin keamanannya, Cashlez telah memegang sertifikat PCIDSS (Payment Card Industry Data Security Standard) level 3.1 yang merupakan sebuah standarisasi internasional untuk menjamin keamanan data ketika bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit atau debit yang ditetapkan.

“Intinya kami terus melakukan inovasi agar dapat menyesuaikan kebutuhan masyarakat Indonesia. Perkembangan teknologi terus bergerak, sekarang ini pengguna kartu kredit dan debit sudah banyak. Namun, belum banyak merchant terutama UKM yang menyediakan pembayaran secara online. Padahal potensi jumlah UKM terus bertambah. Nah, kami masuk sebagai third party menjembatani itu semua,” kata Teddy lagi.

Dengan portfolio tersebut Cashlez pun tertumbuh pesat. Pada akhir tahun 2018, Cashlez berekspansi secara operasional di Bali, Lombok, Yogyakarta, Solo, Surabaya Malang, Medan, dan Bandung dalam menerima pembayaran nontunai.

 

Selama semester 1 tahun 2019, Cashlez berhasil membukukan kenaikan jumlah transaksi di atas 200% dengan pertumbuhan GTV hampir menyentuh150% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (2018). (Foto: Stevy Widia/youngster.id)

 

Jalin Kerjasama

Jika di awal membangun Cashlez Teddy banyak ditolak investor, kini sebaliknya. Bahkan awal 2019, perusahaan ini menutup putaran pendanaan Seri A yang dimpimpin oleh Sumitomo Corporation, perusahaan perdagangan dunia dan investor bisnis terkemuka Jepang. Mandiri Capital Indonesia juga turut berpartisipasi pada putaran pendanaan ini.

Menurut Teddy, pendanaan ini akan dimanfaatkan Cashlez untuk memperluas jaringan, pengembangan produk dan layanan baru dalma memudahkan mitra usaha dalam berbisnis. Serta menambah pilihan pembayaran nontunai di Indonesia.

“Kami sangat bersyukur akan pencapaian saat ini, khususnya dalam mengawali tahun 2019 yang sangat luar biasa. Suatu kebanggaan tersendiri bagi kami dapat menjadi perusahaan startup pertama di Indonesia yang menerima pendanaan dari institusi terkemuka seperti Sumitomo Corporation. Melalui dukungan ini, Cashlez akan terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layanannya guna mewujudkan visi dan misi kami untuk menjadi platform agregator pembayaran nontunai bisnis terbaik,” ucap Teddy.

Alhasil, Cashlez pun mencetak kenaikan luar biasa di pertengahan tahun 2019. Selama semester 1 tahun 2019, Cashlez berhasil membukukan kenaikan jumlah transaksi di atas ​200% dengan pertumbuhan GTV hampir menyentuh​150% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun  sebelumnya (2018).

Teddy menambahkan bahwa sebagai perusahaan rintisan, Cashlez selalu mencari cara yang efisien dan cost effective. Melihat dan menyesuaikan kebutuhan pasar adalah hal yang tidak dapat dihindari.

“Kami telah mempelajari bahwa mengajak atau mengedukasi merchant untuk dapat mengadopsi pembayaran nontunai tidaklah mudah. Oleh karena itu kami kembangkan fitur Point of Sale. Harapan kami, idealnya, merchant dapat beralih dari bon atau nota kertas ke sebuah aplikasi Point of Sale yang di dalamnya juga disediakan fitur pembayaran nontunai terintegrasi yang dapat menumbuhkan bisnis mereka,” jelas Teddy.

Selain pengembangan fitur Point of Sale, Cashlez yang beroperasi sejak September 2016 telah dapat menerima berbagai fitur pembayaran diantaranya fitur pembayaran berbasis kartu menggunakan mPOS, QR Payment, dan Cashlez Link, sebuah link pembayaran personal untuk transaksi online atau e-commerce. Sebelumnya, pada tahun 2017 Cashlez telah bekerja sama dengan Dimo Pay sehingga merchant dapat menerima pembayaran dengan metode QR. Di tahun ini, Cashlez menambah metode pembayaran berbasis QR dengan bekerja sama dengan TCASH, BNI YAP! dan QR Payment terbaru dari Bank Mandiri.

Alhasil, pertumbuhan juga terjadi pada sisi pengguna Cashlez. Jumlah merchant yang melakukan registrasi aplikasi Cashlez sampai dengan semester1 2019 mencapai lebih dari ​6.000 register dengan lima segmen tertinggi, yaitu retail sebanyak​ 57,4%, kemudian disusul oleh segmen fashion, ​professional services, F&B, travel dan ​pariwisata.

Menurut Teddy, pertumbuhan jumlah register aplikasi  Cashlez tidak lepas dari ekspansi pasar di beberapa kota besar, serta kerja sama yang dilakukan dengan banyak mitra. Termasuk dengan OVO dan Gopay.

Kerja sama pun dilakukan dengan ​brand lokal dan generasi muda dalam memperkenalkan penggunaan nontunai di kalangan pengusaha UKM yang baru memulai usaha. Selain itu, Cashlez bekerjasama dengan berbagai pihak bank, seperti dengan Bank Mandiri, BNI, Maybank, dan BTPN.

“Kami ingin menjalin kerja sama dengan berbagai pihak agar dapat terus meningkatkan produk dan layanan serta memperluas jaringan. Karena dengan demikian kami dapat mewujudkan misi sebagai solusi pembayaran terbaik bagi semua transaksi,” pungkas Teddy.

 

=====================

Teddy Setiawan Tee

====================

 

STEVY WIDIA

Exit mobile version