youngster.id - Pertengahan tahun 2022 menghadirkan optimisme peluang perbaikan ekonomi yang lebih cepat dan berkelanjutan. Mulai dari rantai pasok, sistem operasional hingga strategi bisnis, semua memberikan dampak positif dan nilai tambah bagi masyarakat, lingkungan, pelanggan dan juga karyawan.
Secara konsep, bisnis yang berkelanjutan terlihat mudah namun banyak bisnis yang belum bisa konsisten dalam pengaplikasiannya. Banyak anggapan konsep tersebut hanya untuk perusahaan besar, bukan perusahaan kecil. Hal ini lantaran dianggap ada biaya tertentu yang harus dikeluarkan untuk sustainability business model. Padahal, masing-masing bisnis bisa mengambil peranan sesuai dengan caranya sendiri.
Nah, tiga startup jebolan program dan ekosistem wirausaha Diplomat Success Challenge (DSC) berikut ini sukses dengan bisnisnya sekaligus memiliki dampak sosial yang luar biasa.
PLÉPAH: Mengolah limbah menjadi produk ramah lingkungan yang bernilai tinggi
Indonesia sudah dikenal sebagai tanah yang kaya akan sumber daya alamnya. Banyak yang telah memanfaatkan bahkan mengeksploitasi sumber daya alam secara komersial menjadi komoditas yang menguntungkan. Namun, belum banyak yang bisa secara bijak memanfaatkannya secara peka agar tetap menjaga alam dan lingkungan.
PLÉPAH adalah bisnis yang mengolah limbah organik yaitu sampah pelepah pinang menjadi wadah/kontainer makanan dan piring pengganti styrofoam. Pelepah pinang yang tadinya dianggap sampah kini bertransformasi menjadi inovasi produk bernilai ekonomi tinggi. Wirausaha sosial PLÉPAH ini didirikan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru (bertindak sebagai CEO) dan Almira Zulfikar (bertindak sebagai COO) pada tahun 2018.
Produk-produk PLÉPAH menggabungkan desain, teknologi, sosial dan lingkungan, menghasilkan inovasi desain kemasan bernilai tinggi. Kemasan siap pakai dari PLÉPAH juga lebih aman digunakan saat bersentuhan dengan makanan karena materialnya yang non-toxic dan diproses secara natural. Bahkan, sampah kemasan PLÉPAH juga bisa didaur ulang kembali.
Konsep keberlanjutan PLÉPAH sendiri tidak hanya datang dari rantai pasok dan hasil akhir produk yang ramah lingkungan. Dalam mengoperasikan bisnisnya, PLÉPAH memiliki pendekatan human-centred dengan memberdayakan masyarakat sekitar dalam proses mikro manufaktur. Dengan melibatkan warga lokal, lebih utamanya peran perempuan yang berdaya dan bisa berkarya, PLÉPAH pun secara langsung memastikan bahwa bisnisnya dapat terus melaju.
“Untuk memastikan masa depan yang lebih baik, kami berusaha untuk melaksanakan bisnis yang bertanggung jawab di setiap rantai nilai produksi piring PLÉPAH,” ungkap Rengkuh.
Atas inovasinya, PLÉPAH berhasil meraih penghargaan Good Design Indonesia 2021 dari ajang yang diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia. Tidak hanya penghargaan, dari sisi bisnis, Rengkuh mengaku, saat ini mereka telah mendapatkan pesanan setidaknya 3 kontainer setiap bulannya untuk pasar Jepang dan Amerika Serikat.
Dalam menjalankan usahanya, Rengkuh Almira berpedoman pada strategi: bukan memperbesar kapasitas produksi, tapi memperbanyak titik produksi agar lebih banyak komunitas yang terdampak positif secara kemandirian ekonomi.
Pijakbumi: Produk fashion ramah lingkungan yang semakin digandrungi
Pijakbumi menjadi salah satu pionir brand sepatu lokal dengan konsep ramah lingkungan. Startup yang berbasis di Bandung ini didirikan oleh Rowland Asfales dan Vania Audrey Pakpahan sejak April 2016.
Sepatu yang diproduksi Pijakbumi meminimalisir limbah, enegi dan emisi, yang berprinsip pada pola hidup sustainability. Setiap sepatu Pijakbumi 100% handmade, mengurangi pemakaian lem hingga 80%, ramah lingkungan, dan sepenuhnya memperdayakan tenaga pengrajin dan bahan baku Indonesia.
Vania mengemukakan bahwa kesuksesan Pijakbumi saat ini adalah buah nyata dari konsistensi mengusung konsep eco-friendly dalam setiap inovasi produknya.
“Konsistensi adalah yang kita usung di sini. Artinya, desain yang orisinil dikawinkan dengan ‘keras kepala’ nya kami dalam menggunakan material ramah lingkungan. Tidak mudah, namun konsistensi ini mendapat tempat tersendiri di tengah persaingan produsen sepatu,” ungkap Vania.
Saat ini, Pijakbumi menjadi brand sepatu yang cukup digandrungi, apalagi setelah dihantam pandemi selama 2 tahun ini semakin banyak orang yang peduli dengan lingkungan, terutama bagaimana caranya mengurangi emisi karbon.
Peek.Me Naturals: Bahan natural dengan manfaat nyata bagi kesehatan
Berawal dari upayanya mencari produk aromaterapi yang aman bagi buah hatinya yang memiliki asma, Arlin Chondro menemukan banyak manfaat dari bermacam minyak atsiri. Tahun 2016, Arlin mulai mengembangkan bisnis minyak atsiri ini dengan nama Peek.me.
Banyak produk dengan manfaat dan nama yang unik yang telah dikembangkan. Antara lain, “Love Potion Spray” yang membantu relaksasi, “Bye Bye Odor” sebagai deodoran alami untuk atasi bau badan, hingga produk inovatif “Smell it Back” yaitu inhaler untuk latihan penciuman bagi penyintas Covid-19 dengan keluhan anosmia.
Berkat segudang inovasinya, Peek.Me Naturals pun masuk sebagai satu-satunya grand finalist dari Indonesia di ajang bergengsi Asia Social Innovation Awards pada tahun 2019 lalu. Bahkan, Arlin Chondro, Founder Peek.Me Naturals juga merupakan salah satu inisiator dari berdirinya Indonesia Wellness Institute.
Selain mengembangkan produk berbahan minyak atsiri, Arlin dan tim juga kerap membagikan banyak konten bermanfaat seputar gaya hidup sehat melalui media sosial dan blognya.
“Dengan gaya hidup sehat yang didukung dengan manfaat holistik minyak atsiri, masyarakat akan merasakan hidup yang lebih sehat, tidak hanya secara fisik namun juga mental,” pungkas Arlin. (*AMBS)
Discussion about this post