youngster.id - Irigasi sangat penting untuk mendukung pengelolaan pertanian. Untuk mendukung pembuatan jalur irigsi yang efisien tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia mengembangkan perangkat lunak yang dapat mengirangi biaya pembangunan irigasi.
Ketiga mahasiswa tersebut adalah Michael Ahli (Teknik Perkapalan 2017), Virginia Avrilla (Teknik Lingkungan 2017), dan Rahmania Hanifa (Teknik Lingkungan 2017). Ide ini tertuang dalam Karya Tulis Ilmiah bertajuk “Optimasi Jalur Irigasi Pipa Lahan Datar Menggunakan Algoritma A.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh desain jalur sistem irigasi pertanian selama ini masih menggunakan pengalaman dan intuisi saja. Akibatnya, diperlukan waktu pembuatan yang lama serta biaya pembuatan yang mahal, sebab panjang jalur dan belokan desain jalur sistem irigasi masih belum minimum. Oleh sebab itu, tim FTUI menyusun perangkat lunak yang dikembangkan dengan menggunakan Algoritma A untuk mendesain jalur sistem irigasi yang lebih cepat dengan memakan waktu hanya 30 detik. Sementara itu, panjang jalur dan belokan juga lebih minimum dengan efisiensi sebesar 8,81%.
“Melalui penelitian ini, kami berupaya untuk mengoptimalisasi rute instalasi pipa guna menekan mahalnya biaya pembangunan sistem irigasi. Aplikasi yang dirancang akan menghasilkan rute sependek mungkin, belokan sedikit mungkin, dan crossing sedikit mungkin, serta pemanfaatan support (untuk irigasi tertutup menggunakan pipa) semaksimal mungkin. Dengan menggunakan aplikasi ini, seorang perancang tidak lagi memerlukan waktu berhari-hari untuk mempertimbangkan debit, diameter pipa, kecepatan air, dan lain-lain,” jelas Michael yang dilansir Humas UI, Senin (9/3/2020).
Untuk memaksimalkan penemuan tersebut, ketiga mahasiswa FTUI telah melakukan uji coba perangkat lunak pada jaringan irigasi primer pasir salam 3 kiri di daerah irigasi Panulisan, Cilacap. Awal mulanya, desain instalasi pipa primer yang dilakukan secara manual membutuhkan biaya material dan pompa sebesar Rp1,7 miliar. Namun, setelah optimasi menggunakan aplikasi, biaya dapat ditekan hingga berkurang sebesar 8,81% menjadi Rp1,5 miliar.
“Untuk sekarang ini kami mendesain irigasi tertutup dengan pipa dan pompa, tapi pengembangan lebih lanjut dapat diaplikasikan pada sistem irigasi terbuka tanpa pipa dan pompa,” ujar Michael.
Ide dari sistem irigasi yang diusung tim FTUI ini awalnya diterapkan untuk sistem perpipaan pada kamar mesin kapal. Akan tetapi, selanjutnya dapat digunakan pada pertanian, perkebunan, sistem pendingin gedung, pembangunan jaringan sanitasi dan jaringan air bersih, dan lain sebagainya.
Berkat inovasinya tersebut, tim FTUI tersebut telah berhasil meraih juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat Nasional pada ajang “5th Agrifasco, ITB” yang digelar pada 1 Februari 2020 dengan tema Lomba “Agriculture 4.0: “a Major Breakthrough or a Major Fallthough?”.
“Kedepannya, kami akan mengembangkan perangkat lunak serta mengajukan hak paten. Kami juga membuka kesempatan dengan berbagai pihak industri/lembaga/kementerian untuk bekerja sama,” tutup Michael.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post