youngster.id - Total pendanaan untuk startup fintech di Asia Tenggara pada tahun 2023 turun menjadi US$2 miliar, terendah dibandingkan lima tahun terakhir di kawasan ini.
Platform intelijen data untuk riset pasar Tracxn Technologies Ltd dalam laporan tahunannya bertajuk “Tracxn Geo Annual Report: SEA FinTech 2023”, menyebutkan sektor fintech di Asia Tenggara berhasil mengumpulkan dana sebesar U$2 miliar pada tahun 2023, turun sebesar 65% dari US$5,9 miliar yang diperoleh pada tahun 2022.
“Jumlah tersebut juga merupakan penurunan sebesar 77% dibandingkan dengan US$8,6 miliar yang diperoleh pada tahun 2021, tahun pendanaan tertinggi sepanjang masa,” kata pihak Tracxn, seperti dilansir TN Global, Selasa (9/1/2024).
Menurut laporan itu, jumlah putaran pendanaan juga turun 50% menjadi 142 pada tahun 2023 dari 288 pada tahun 2022.
Sementara itu, investasi tahap awal (seed-stage) fintech mencapai US$166 juta pada tahun 2023, turun 68% dari US$522 juta pada tahun 2022. Untuk pendanaan tahap awal (early-stage) senilai US$836 juta pada tahun 2023. Jumlah itu 68% lebih rendah jika dibandingkan dengan US$2,6 miliar yang diperoleh pada tahun sebelumnya.
Sedangkan pendanaan fintech tahap akhir senilai US$1 miliar terjadi pada tahun 2023, turun 64% dari US$2,8 miliar yang diperoleh pada tahun 2022. “Kuartal keempat tahun 2023 merupakan triwulan pendanaan tertinggi, sedangkan triwulan ketiga tahun 2023 merupakan triwulan terendah,” tambahnya.
Perusahaan fintech di Asia Tenggara mengumpulkan US$689 juta dan US$282 juta masing-masing pada kuartal keempat tahun 2023 dan kuartal ketiga tahun 2023. Tren penurunan juga terlihat pada jumlah putaran pendanaan US$100 juta+, yang mengalami penurunan signifikan menjadi 6 putaran pendanaan pada tahun 2023, dari 16 pada tahun 2022.
Kredivo, Investree, dan Gojek adalah beberapa perusahaan yang melaporkan putaran pendanaan US$100 juta+ pada tahun 2023. “Tercatat tidak ada Unicorn baru yang muncul sepanjang tahun ini, serupa dengan tahun 2022,” katanya.
Jumlah akuisisi juga turun menjadi 19, sangat kontras dengan 27 akuisisi pada tahun 2022, dan sedikit lebih tinggi dari 17 akuisisi pada tahun 2021.
Selain itu, hanya dua perusahaan dari fintech Asia Tenggara yang telah melakukan IPO dalam tiga tahun terakhir, dengan masing-masing satu penawaran umum perdana (IPO) pada tahun 2023 dan 2022.
Pendanaan tertinggi terdapat pada segmen pinjaman alternatif, pembayaran dan asuransi teknologi informasi (TI). Perusahaan-perusahaan di bidang pinjaman alternatif menarik investasi senilai US$700 juta pada tahun 2023, yang menunjukkan pertumbuhan sebesar 11% dibandingkan dengan US$632 juta yang dikumpulkan pada tahun 2022.
Segmen pembayaran memperoleh total pendanaan sebesar US$270 juta pada tahun 2023, penurunan sebesar 87% dari US$2,1 miliar yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Sedangkan pendanaan di segmen TI asuransi mencapai US$256 juta pada tahun 2023, meningkat tajam sebesar 105% dibandingkan dengan US$125 juta yang diperoleh pada tahun 2022.
Singapura memimpin dalam hal pendanaan pada tahun 2023, dengan perusahaan fintech yang berbasis di kota tersebut mengumpulkan US$1,1 miliar sepanjang tahun.
Hingga saat ini, East Ventures, YCombinator, dan 500 Global merupakan investor paling aktif di sektor FinTech Asia Tenggara. Sementara itu, Antler, Saison Capital, dan Tenity merupakan investor tahap awal (seed- stage) teratas pada tahun 2023, sedangkan Gobi Partners, Peak XV Partners, dan Openspace Ventures merupakan investor tahap awal (early stage) yang paling aktif pada tahun 2023. EDBI, Prosperity7 Ventures, dan 01Fintech adalah investor tahap akhir teratas pada tahun 2023. (*AMBS)
Discussion about this post