youngster.id - Di tengah tekanan ekonomi global dan laju inflasi di depan mata, masyarakat Indonesia masih menunjukkan antusiasme tinggi terhadap kegiatan hiburan dan budaya. Minat tinggi terutama pada kegiatan wisata yang mengedepankan pencarian pengalaman dan nilai emosional.
Co-Founder tiket.com, Gaery Undarsa, menilai bahwa tren perjalanan domestik justru tumbuh di tengah perlambatan ekonomi global. Sebelumnya, setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat berlomba-lomba bepergian ke luar negeri. Kini, sejak akhir 2024 tren destinasi domestik menjadi pilihan utama.
“Kebutuhan masyarakat untuk tetap melakukan perjalanan berpadu dengan dorongan untuk berhemat menjadi alasan utama pergeseran tersebut. Jadi masyarakat tetap pengin travel tapi juga save,” katanya pada acara Power Lunch yang diinisiasi GDP Venture, Rabu (23/7/2025) di Jakarta.
Gaery mengungkapkan, data tiket.com menunjukkan transaksi selama liburan sekolah 2025 tumbuh 54% dibanding pertengahan tahun sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh lonjakan pemesanan tiket pesawat sebesar 38%, akomodasi hingga 79%, dan atraksi (Things to Do/TTD) sebesar 45%.
Kota-kota seperti Bali, Yogyakarta, Medan, dan Surabaya menjadi destinasi domestik favorit, sedangkan Singapura, Tokyo, dan Thailand mendominasi destinasi luar negeri.
Kegiatan budaya juga menjadi pilihan masyarakat. Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Ardian mengungkapkan, data dari Galeri Indonesia Kaya menunjukkan terjadi peningkatan pengunjung sejak April 2025.
Jumlah pengunjung naik dari 6.880 orang pada April menjadi 11.994 pada Mei, kemudian melonjak ke 15.583 pada Juni, dan telah mencapai 12.253 orang hanya dalam separuh bulan Juli.
“Lonjakan ini mencerminkan meningkatnya minat terhadap aktivitas berbasis pengalaman yang relevan dengan nilai budaya,” kata Renita.
Hal senada juga disampaikan Suwandi Ahmad Chief Data Officer Lokadata.id. Menurut dia, survei terbaru Lokadata juga menunjukkan peningkatan willingness to pay di kelompok menengah atas, terutama untuk pengeluaran yang berorientasi pada pengalaman dan belanja non-makanan.
“Tren tersebut mencerminkan perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia yang makin bergeser ke arah pengalaman dan nilai emosional. Sekarang bukan hanya soal destinasi, tetapi bagaimana pengalaman itu dikemas dan dijual secara visual, dalam wujud cerita yang layak diunggah,” ucapnya.
Suwandi menilai, kebutuhan berbagi pengalaman menciptakan peluang bisnis besar. Industri pariwisata, event organizer, dan konten kreator kini harus memenuhi ekspektasi penonton yang menginginkan hiburan seru, visual menarik, dan cerita otentik.
Dengan tetap kuatnya minat terhadap budaya dan hiburan, pelaku industri perlu membaca ulang lanskap konsumen saat ini. Prioritas terhadap kebersamaan, pengalaman otentik, serta kebutuhan berekspresi menjadi kunci utama dalam merancang produk dan layanan yang relevan dengan semangat zaman.
“Terjadi lonjakan perjalanan domestik seiring meningkatnya konsumsi online-offline, serta naiknya minat pada layanan berbasis pengalaman. Hal ini menciptakan peluang signifikan bagi pelaku industri pariwisata, transportasi, ritel, hiburan, dan gaya hidup,” katanya.
Dari sisi dokumentasi momen perjalanan, platform SweetEscape mencatat peningkatan permintaan pemotretan liburan hingga 35% sepanjang musim libur sekolah.
“Permintaan tertinggi datang dari destinasi keluarga populer, baik di dalam maupun luar negeri, dengan Bali, Paris, dan Singapura sebagai tiga teratas,” kata David Soong selaku CEO SweetEscape.
Bali menjadi kota dengan performa terbaik dalam daftar “Top Cities Performance” SweetEscape, dengan skor naik dari 74 pada 2024 menjadi 95 pada 2025. Selain untuk dokumentasi keluarga, permintaan juga banyak datang dari pelancong yang menghadiri festival, konser, atau momen istimewa bersama komunitas.
STEVY WIDIA
Discussion about this post