youngster.id - Peran ekonomi digital dalam mendukung UMKM semakin nyata. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) semakin banyak yang ikut mengadopsi metode pembayaran menggunakan uang elektronik berbasis aplikasi, salah satunya OVO. Dengan metode pembayaran digital, UMKM bisa bertahan dan bertumbuh di masa pandemi.
Survei yang dilakukan oleh CORE Indonesia mengungkapkan, pelaku UMKM banyak merasakan dampak positif dari hadirnya uang elektronik, seperti meningkatkan transaksi, pencatatan keuangan yang lebih teratur, dan meningkatkan literasi keuangan dengan membuka akses terhadap layanan keuangan perbankan dan digital.
Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah memaparkan sebanyak 73% UMKM sekarang ini lebih sering menggunakan uang elektronik untuk bertransaksi. Sekitar 70% UMKM mengalami peningkatan transaksi harian dengan rata-rata kenaikan hingga 30%. Rata-rata pendapatan per bulan pun meningkat 27 persen bagi 68 persen responden yang mengalami peningkatan pendapatan setelah bergabung dengan OVO.
“Sementara ekosistem OVO seperti Grab juga memberikan dampak ekonomi sosial yang signifikan bagi UMKM di tengah pandemi COVID-19. Sekitar 91 persen pelaku UMKM yang disurvei telah terhubung dengan ekosistem luas OVO, dan mendapatkan manfaat nyata dengan rata-rata kontribusi ekosistem OVO mencapai 18 persen dari total penjualan mereka.” kata Piter dalam webinar Dampak Sosial Ekonomi OVO terhadap UMKM Indonesia, Kamis (30/9/2021).
Piter memaparkan, hasil studi terhadap 2.001 UMKM mitra di 12 kota di 8 provinsi pada awal 2021 memperlihatkan, sebagian besar pelaku UMKM yang dijadikan responden merasa terbantu sejak bergabung di platform pembayaran digital OVO. Yang menarik, perbaikan yang dialami tidak hanya terkait fasilitas pembayaran nirtunai sebagai alternatif bagi pelanggan yang ingin menghindari penggunaan uang tunai. Sebagian besar responden survei juga melaporkan peningkatan transaksi harian dan pendapatan bulanan, serta kini lebih sering menggunakan layanan perbankan jika dibandingkan sebelum bergabung dengan OVO.
Sementara itu, ekonom Senior dan Founder CORE Indonesia, Hendri Saparini menjelaskan, dari survei CORE diketahui bahwa ternyata perilaku pelaku usaha dapat menyesuaikan dengan transformasi digital yang ada. “Jadi, tidak perlu khawatir bahwa perubahan perilaku tidak diikuti oleh pelaku usaha, khususnya UMKM. Kenyataannya, pelaku usaha juga cepat mengadopsi inovasi di bidang digitalisasi pembayaran. Selanjutnya ini menjadi aset bagi pemerintah, karena digitalisasi pembayaran ini menghasilkan big data yang luar biasa,” kata Hendri Saparini.
Di sisi lain, Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian Koperasi & UKM Eddy Satriya mengatakan, digitalisasi pembayaran tidak hanya bermanfaat bagi pelaku UMKM tetapi juga masyarakat luas. Dengan kata lain, digitalisasi pembayaran berdampak besar bagi upaya pemajuan bangsa. Kemenkop UKM pun optimistis atas target 30 juta pelaku UMKM bertransformasi ke digital pada 2023.
“Kami optimistis target tersebut bisa tercapai. Kami terus mengumpulkan secara langsung UMKM untuk dibimbing sehingga kapasitas produksi mereka terus menjadi lebih baik sejalan dengan perbaikan kualitas,” tutur Eddy.
Presiden Direktur OVO, Karaniya Dharmasaputra juga menjelaskan bahwa UMKM selama ini terbukti menjadi tulang punggung perekonomian. Oleh karena itu, pihaknya hendak mengukur sejauh mana dampak positif OVO terhadap keberadaan UMKM.
“UKM telah menjadi salah satu pilar bisnis OVO sehingga OVO bisa menjadi salah satu platform pembayaran terbesar dan dapat melayani lebih banyak pengguna. Di sisi lain, UMKM juga terbantu oleh OVO karena terkoneksi dengan ekosistem tanpa batas,” katanya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post