youngster.id - Belakangan ini sejumlah startup e-grocery yang menutup layanan atau lini bisnis. Namun startup Titipku tetap optimis bahwa bisnis penyedia bahan pokok berbasis digital masih dapat bertahan. Sejumlah strategi pun disiapkan untuk bertahan di bisnis ini.
CEO dan Founder Titipku Henri Suhardja mengatakan kembalinya aktivitas masyarakat di memang dipandang sebagai ancaman bagi usaha online grocery yang menjamur selama pandemi.
“Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kembali belanja langsung ke pasar. Namun, saya melihat bahwa sekarang ini sudah ada tiga kelompok konsumen,” ujar Henri dalam keterangan resmi, Jumat (2/5/2023).
Kelompok pertama adalah kelompok yang kembali belanja langsung ke pasar. Kedua, adalah kelompok yang tetap belanja daring karena sudah merasakan kemudahannya.
Kelompok ketiga adalah kelompok keluarga baru atau pekerja baru yang memilih belanja daring guna bisa fokus ke kerjaan atau newborn baby (keluarga). “Jadi, tetap akan ada yang belanja grocery secara daring,” tambah Henri.
Melihat pola konsumen ini, Henri merasa yakin dan optimis bahwa online grocery tetap potensial dan akan terus berkembang, baik di ranah nasional maupun global. Dia juga yakin adanya regenerasi konsumen yang lebih fasih digital.
“Online grocery ini akan terus meningkat karena saat ini masyarakat kita didominasi Milenial yang sudah fasih digital, dan kedepannya akan didominasi Gen Z yang memang menjadi digital native. Generasi ini lah yang akan punya pikiran kalau bisa belanja online ya belanja online aja,” jelasnya.
Untuk itu Titipku melakukan adaptasi untuk mempertahankan bisnis, seperti berpindah dari bisnis model B2C ke B2B maupun mengadaptasi model bisnis omnichannel O2O (online to offline). Titipku juga beradaptasi dengan melebarkan sayap bisnis ke B2B2C model.
“Saat ini Titipku tidak hanya fokus ke pemenuhan kebutuhan konsumen rumahan, tapi juga fokus ke pemenuhan kebutuhan produk dagangan para pedagang di pasar maupun ke pemenuhan kebutuhan bahan pangan usaha hotel, restoran, dan kafe atau usaha horeka. Bedanya, Titipku tidak menggunakan sistem warehouse seperti kebanyakan usaha B2B ataupun O2O. Warehouse Titipku ya para pedagang pasar dan supplier produk bahan pokok itu sendiri,” ungkapnya.
Di Indonesia dua startup e-grocery yang bangkrut adalah Tumbasin dan Stoqo. Selain itu startup Brambang dan Bananas menutup opersional dan berencana pivot. Sedangkan Tanihub menutup layanan B2C, dan Sayurbox menutup toko offline dan bisnis di dua lokasi.
STEVY WIDIA