Wisely Reinharda Wijaya : Ingin Beri Dampak Positif Bagi Masyarakat Unbankable

Wisely Reinharda Wijaya, Founder & CEO PT Kredit Pintar Indonesia (Kredit Pintar) (Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

youngster.id - Financial technologi (fintech) merupakan terobosan baru dalam layanan keuangan di Indonesia. Ada banyak layanan yang dihadirkan berkat inovasi teknologi, salah satunya adalah layanan peer to peer (P2P) lending atau produk pembiayaan. Berkat layanan ini akses pembiayaan jadi mudah, dan cepat, termasuk untuk para pelaku UMKM dan petani.

P2P Lending merupakan penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet. Fintech P2P lending dianggap menjadi cara baru dan mudah bagi seoseorang maupun perusahaan yang membutuhkan dana cepat.

Menurut catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per akhir Januari 2019, penyaluran pinjaman P2P Lending sudah mencapai Rp 25,59 triliun dari 99 penyedia layanan yang terdaftar saat ini. Sebaran dana menjangkau lima juta nasabah dengan transaksi mencapai 17 juta transaksi. Bahkan, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memproyeksi penyaluran pinjaman bisa menembus Rp 40 triliun hingga akhir tahun ini.

Tumbuh pesatnya industri fintech P2P Lending itu tentu patut diapresiasi dan sangat menggembirakan untuk mendongkrak perekonomian nasional. Menariknya, layanan ini didorong oleh para pelaku startup di Indonesia yang terjun di sektor ini. Salah satunya adalah Kredit Pintar.

Data menunjukkan Kredit Pintar sebagai aplikasi pinjaman online paling banyak diunduh di Google Play Store. Bahhkan, sejak Mei 2018, Kredit Pintar dengan nama PT Kredit Pintar Indonesia terdaftar di OJK sebagai P2P Lending. Sejak itu, pertumbuhan pinjaman di platform ini tumbuh agresif.

Wisely Reinharda Wijaya, CEO Kredit Pintar, menyebutkan ketertarikannya mendirikan bisnis P2P ini dasari semangat untuk dapat berkontribusi lebih dalam inklusi keuangan di Indonesia.

“Kredit Pintar dibangun dengan dasar semangat untuk dapat berkontribusi lebih dalam inklusi keuangan di Indonesia. Tingkat unbankable  dan underbanked di Indonesia yang masih di atas setengah populasi Indonesia membuat saya lebih percaya diri pada akhir tahun 2017 untuk dapat menciptakan institusi keuangan yang dapat memberikan impact positif yang signifikan terhadap perekonomian di Indonesia. Terutama masyarakat yang masih dalam kategori unbankable dan underbank tersebut,” kata Wisely Reinharda Wijaya, CEO Kredit Pintar kepada youngster.id saat ditemui di kawasan Thamrin Jakarta belum lama ini.

Bayangkan, melalui kemajuan teknologi digital ini telah mendobrak stigma sulitnya berhubungan dengan investor. Ini juga membawa perubahan perilaku finansial masyarakat di Indonesia. Bila dahulu, nasabah perlu datang ke bank atau institusi keuangan lainnya untuk melakukan pinjaman dana, misalnya. Kini, semuanya cukup melalui smartphone.

Menurut Wisely, fintech di bawah bendera PT Kredit Pintar Indonesia ini telah menyalurkan pinjaman sekitar Rp 2,2 triliun, terhitung sejak April hingga Desember 2018. Alasannya, fintech ini baru terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 6 April 2018.

Penyebaran peminjam Kredit Pintar masih dominan di daerah Jawa, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Meskipun begitu, fintech Kredit Pintar sudah menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi.

“Kredit Pintar adalah peer-to-peer lending platform yang memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI). Kredit Pintar telah memiliki lebih dari 5 juta total download dan 540 ribu total reviews di Google Play. Kredit Pintar juga memanfaatkan teknologi Big Data dan Alternative Data untuk proses mitigasi risiko agar menghasilkan aset pinjaman yang berkualitas. Kredit Pintar memiliki misi untuk mempromosikan inklusi keuangan di Indonesia,” kata Wisely. 

Kata Wisely,”Kami sebagai pemain teknologi finansial, mendukung program pemerintah dalam industri 4.0 melalui pada sektor pertanian melalui Petani Pintar agar petani di Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya” Foto: Dok. Pribadi)

Tinggi Risiko

Wisely mengungkapkan, sebelum mendirikan perusahaan rintisan ini ia sempat terjun dan aktif membantu bisnis keluarga di bidang industri property (real estate). Rupanya, dalam menjalankan bisnis itu dia bersinggungan dengan dunia keuangan di sisi lain, dia juga melihat potensi teknologi keuangan.

“Terbentuknya Kredit Pintar didasari oleh semangat untuk berkontribusi lebih dalam inklusi keuangan di Indonesia. Dan itu tumbuh dari dalam hati saya,” ungkapnya.

Pemuda yang mengambil pendidikan jurusan Material Science & Engineering di Beijing Universit ini mengaku banyak mengetahui tentang industri keuangan melaui berbagai organisasi yang diikutinya. “Pengalaman saya selama menjadi volunteer pengurus PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Tiongkok, atau biasa disebut Permit Beijing, sangat membantu dalam menjalankan organisasi yang lebih besar di dunia bisnis,” ungkapnya.

Oleh karena itu, Wisely pun tidak ragu merintis usaha sendiri melalui sektor fintech pada 2017. Dan setelah melengkapi berbagai persayaratan, Kredit Pintar secara resmi menjalankan usaha untuk masyarakat umum pertama kali sejak Kredit Pintar mendapatkan Surat Tanda Daftar dari OJK nomor S-258/NB.213.2018 pada 6 April 2018.

“Saya mulai membangun Kredit Pintar saat saya berusia 24 tahun. Modal awal yang dikeluarkan pertama kali masih dalam batas setoran modal awal minimal yang diatur dalam POJK77/2016,” ucapnya lagi.

Diakui Wisely, selama kurang lebih 2 tahun bisnis berlangsung tingkat kesulitan termasuk keadaan apa yang paling berat tentu saja pernah ditemui. Dia juga menyadari bahwa sebagai startup dan pendatang baru di bidang inkulusi keuangan, tentu banyak sekali kompetitor yang ada sebelumnya.

“Saya melihat persaingan usaha adalah hal yang positif dan beneficial terhadap pengguna jasa fintech lending. Kami selaku pelaku bisnis fintech lending terus saling bahu membahu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang lebih besar yang dapat membahayakan industri fintech lending,” kata Wisely. 

Wisely lebih melihat kesulitan pada masalah yang ada di masyarakat. “Kesulitan-kesulitan yang menurut saya paling membebani adalah tingginya risiko kredit di Indonesia, terbatasnya akses data yang dapat diakses oleh fintech lending legal. Selain hal tersebut, munculnya fintech lending illegal yang mati satu tumbuh seribu, yang mengatasnamakan platform legal untuk melakukan tindak penipuan, adalah penghambat pertumbuhan dari industri fintech di Indonesia,” cerita Wisely.

Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengungkapkan, tujuan peminjam dalam mengajukan kredit begitu beragam. Ia mencatat, sebanyak 18% peminjam menggunakannya untuk modal kerja, disusul untuk biaya pendidikan sebesar 9%, biaya kesehatan 4%, dan lain-lain.

“Biaya lain-lain ini pada umumnya digunakan untuk melahirkan, menyelenggarakan pernikahan, wisata, renovasi bangunan, dan dana darurat,” ucap Wisely.

Penyebaran peminjam Kredit Pintar masih dominan di daerah Jawa, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur. Meskipun begitu, fintech Kredit Pintar sudah menjangkau seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 34 provinsi.

Dari sisi talenta juga dipersiapkan perusahaan, lantaran segmen produktif ini butuh pengetahuan yang berbeda dibandingkan saat bermain di konsumtif saja.

Kesiapan mental perusahaan untuk legowo menekan laju profitabilitas dan penyaluran pembiayaan juga diutamakan. Pasalnya, di segmen ini perusahaan harus mengutamakan dampak ekonomi ke negara, tanpa melupakan unsur bisnis.

Wisely berharap Kredit Pintar bisa menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia, karena pertanian merupakan pemasok andalan terhadap sektor ekonomi di Indonesia Foto: Fahrul Anwar/youngster.id)

AI dan Petani Pintar

Menurut Wisely, yang menjadi keunggulan dari Kredit Pintar adalah pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dalam menganalisis data para peminjamnya. Teknologi yang dimilikinya mampu menganalisis data Kartu Tanda Penduduk (KTP) dengan kombinasi data alternatif, misalnya dari media sosial, data telekomunikasi, hingga layanan e-commerce.

“Hasil analisis data itulah yang kemudian digunakan dalam penilaian kredit (credit scoring). Kredit Pintar juga memiliki alat deteksi untuk meminimalisir kecurangan (fraud). Misalnya, teknologi Optical Character Recognition (OCR) akan menganalisis data-data dari KTP calon peminjam,” ungkap Wisely.

Terdapat tujuh produk pinjaman yang ditawarkan di Kredit Pintar. Besaran pinjaman dimulai dari Rp 600 ribu hingga Rp 2,3 juta dengan durasi pinjaman selama 14 hari hingga tiga bulan. Sementara, untuk tingkat bunga yang diberikan mulai dari 0,24% sampai 0,79 % per hari. Total borrower aktif Kredit Pintar mencapai lebih dari satu juta orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Meski, 70% borrower terdapat di wilayah Jawa.

Di awal tahun ini, Kredit Pintar menghadirkan layanan Petani Pintar. Menurut dia, kehadiran Petani Pintar didasari oleh permasalahan yang sering dihadapi oleh petani di Indonesia yaitu permodalan dalam melakukan usaha taninya. Keterbatasan modal dapat mengakibatkan kuantitas dan kualitas yang dihasilkan tidak maksimal sehingga menjadi penyebab banyaknya petani hidup di bawah garis kemiskinan. 

“Layanan ini untuk menyediakan akses pembiayaan dengan mudah dan cepat guna mendukung pertumbuhan industri pertanian di Indonesia dan mendorong petani dalam meningkatkan produktivitas guna menjaga keberlanjutan dari ekosistem,” kata Wisely.

Petani Pintar pertama kali diluncurkan di Wonodadi, terletak di wilayah Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur sebagai landasan awal. Produk Petani Pintar memudahkan petani untuk memperoleh pembiayaan bibit dan pupuk hingga Rp 2.000.000 hanya menggunakan KTP dan Kartu Keluarga.

“Ke depannya, Kredit Pintar akan mengkaji produk pembiayaan petani dengan skala yang lebih luas dan nilai yang lebih besar dalam memberikan solusi terpadu terhadap masa depan pertanian di Indonesia. Untuk saat ini, kami baru hadir di wilayah Wonodadi, Jawa Timur. Ke depannya, kami berharap dapat membantu petani di seluruh Indonesia dengan pembiayaan yang lebih besar dan skala yang lebih luas,” jelas Wisely.

Pria kelahiran Balikpapan, 18 Januari 1994 ini menegaskan, Kredit Pintar ingin turut menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia, karena pertanian merupakan pemasok andalan terhadap sektor ekonomi di Indonesia. 

“Di era ekonomi yang semakin maju, teknologi finansial bersedia mendukung petani untuk tumbuh bersama dengan menjadi solusi pembiayaan terpadu yang mudah, cepat dan sederhana. Kami berharap dengan adanya Petani Pintar dapat mempermudah petani dalam meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat terus memainkan perannya dalam mendukung roda ekonomi di Indonesia. Kami sebagai pemain teknologi finansial, mendukung program pemerintah dalam industri 4.0 melalui pada sektor pertanian melalui Petani Pintar agar petani di Indonesia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya,” pungkasnya.

====================================

Wisely Reinharda Wijaya

=======================================

FAHRUL ANWAR

Editor : Stevy Widia

Exit mobile version