Work Trend Index 2024: 69% Pemimpin di Indonesia Tidak Akan Merekrut Karyawan Tanpa Keterampilan AI

Artificial Intelligence

Work Trend Index 2024: 69% Pemimpin di Indonesia Tidak Akan Merekrut Karyawan Tanpa Keterampilan AI (Foto: Ilustrasi)

youngster.id - Di Indonesia minat untuk memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) guna menghasilkan dampak bisnis, ternyata sangat kuat. Termasuk, penggunaannya dalam sektor ketenagakerjaan.

Hal itu terungkap dari laporan global Work Trend Index 2024 yang dirilis Microsoft dan LinkedIn. Temuan mengungkapkan persentase knowledge workers di Indonesia yang menggunakan generative AI, dan persentase pemimpin di Indonesia yang percaya perusahaannya perlu mengadopsi AI untuk tetap kompetitif, lebih tinggi dibandingkan data Asia Pasifik dan global.

Laporan yang berjudul “AI at work is here. Now comes the hard part.” itu dihasilkan melalui survei terhadap 31.000 orang di 31 negara termasuk Indonesia, tren ketenagakerjaan dan perekrutan di LinkedIn, triliunan sinyal produktivitas Microsoft 365, serta riset bersama pelanggan yang berasal dari perusahaan Fortune 500.

Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia mengatakan, saat ini dunia sedang berada di era transformasi AI yang memungkinkan semuanya untuk berkreasi dan berinovasi jauh lebih cepat. Kecepatan Indonesia dalam beradaptasi dan bertumbuh di era ini pun menunjukkan bahwa Indonesia berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital dan menciptakan dampak positif yang lebih besar bagi masyarakat luas.

“Kuncinya sekarang ada pada bagaimana kita mampu menyalurkan antusiasme tersebut menjadi transformasi AI bisnis yang nyata, dengan melakukan tiga hal. Pertama, identifikasi masalah bisnis dan integrasikan AI ke dalam solusinya. Kedua, ambil pendekatan top-down dan bottom-up. Ketiga, prioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu,” kata Dharma, dikutip Rabu (12/6/2024)..

Berdasarkan laporan Work Trend Index 2024, terdapat tiga poin utama yang perlu diketahui oleh setiap pemimpin dan profesional di Indonesia mengenai dampak AI terhadap pekerjaan dan pasar tenaga kerja di tahun mendatang:

  1. Karyawan tertarik untuk mengadopsi AI di tempat kerja — dan mereka tidak akan menunggu perusahaan untuk menyediakannya:
  1. Bagi karyawan, AI meningkatkan standar dan membuka peluang karier:
  1. Munculnya fenomena AI Power Users— dan apa yang mereka ungkapkan tentang masa depan dunia kerja:

Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead LinkedIn mengatakan, seiring dengan perubahan transformatif di tempat kerja karena AI, perusahaan perlu pedoman baru dalam merekrut tenaga kerja.

Menurutnya, sbanyak 69% pemimpin perusahaan di Indonesia menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI, menekankan urgensi dan pentingnya para profesional untuk fokus dalam meningkatkan kemampuan AI melalui pelatihan. Sementara itu, data LinkedIn menunjukkan peningkatan 65% dalam jam belajar untuk 100 kursus AI/generative AI teratas dari tahun 2022 hingga 2023 di LinkedIn Learning. Rekor jumlah peserta yang mengikuti kursus AI teratas di LinkedIn sejak Januari 2023 di Asia Tenggara, Australia, dan India.

“Dengan cepatnya ekosistem tenaga kerja berkembang, para pemimpin yang memprioritaskan fleksibilitas dan berinvestasi dalam mengembangkan keterampilan tenaga kerja yang siap dengan AI akan mendapatkan keunggulan kompetitif,” kata Rohit.

Bersama dengan laporan tersebut, Microsoft mengumumkan kemampuan baru dalam Copilot for Microsoft 365, sementara LinkedIn merilis lebih dari 50 kursus pembelajaran gratis untuk pelanggan LinkedIn Premium, guna memberdayakan para profesional dari semua jenjang untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam bidang AI.

Di Indonesia, berbagai organisasi lintas skala dan industri telah mengintegrasikan tool generative AI seperti Copilot for Microsoft 365 ke dalam alur kerja mereka sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas. Termasuk di antaranya yaitu Indosat Ooredoo Hutchinson (Indosat atau IOH). (*AMBS)

 

Exit mobile version