youngster.id - Alam Indonesia tidak diragukan lagi keindahannya. Sayang untuk urusan sanitasi kita masih kalah jauh. Salah satu contohnya dalam hal buang hajat. Rasanya sulit untuk mendapatkan lokasi toilet yang nyaman dan bersih kala bepergian. Bahkan, World Toilet Summit menyebutkan toilet di Indonesia berada di peringkat 12 terburuk di Asia.
Pengalaman di atas menggerakan para developer lokal yang tergabung di Semogaberkah.id untuk menciptakan aplikasi Toilet Rate.
Aplikasi berbasis LBS (Location Based Service) ini terkoneksi dengan layanan Google Maps. Dengan aplikasi ini anda dapat mencari WC umum yang terdekat, lokasi ”˜jamban”™ bersih terdekat, dalam Google Map.
Kesannya sederhana, namun sangat membantu. “Kami memang pada prinsipnya membuat produk aplikasi yang simple but useful,” ujar Yugnan Adi Sasongko founder dari Semogaberkah.id yang merilis aplikasi Toilet Rate itu.
Kepada Youngsters.id Yugnan mengaku ide untuk membuat aplikasi ini berangkat dari pengalaman pribadi.
“Jadi ini berawal dari susahnya mencari toilet umum yang benar-benar bersih. Kami pun memutuskan men-develop masalah ini dalam bentuk aplikasi dengan tujuan apa yang kami buat minimal harus bisa menyelesaikan masalah pribadi kami dulu, syukur-syukur orang lain ikut terbantu juga,” tambah pemuda kelahiran 29 Juli 1993 itu.
Aplikasi ini dirilis pada 25 Juni 2016, tepat dengan arus mudik lebaran. Respon positif langsung didapat oleh aplikasi yang tersedia di Google Play Store ini. Dari data berbasis crowdsource aplikasi ini mempermudah pemudik untuk menemukan toilet di tengah perjalanan jauh. Tak sekadar menemukan toilet, aplikasi ini juga dilengkapi fitur petunjuk arah dan panduan dari lokasi user ke tempat toilet bersih terdekat yang dapat di tentukan dengan peta.
Di sisi lain, pengguna aplikasi juga dapat ikut terlibat menilai kualitas toilet umum dengan memberikan rating pada aplikasi. Semakin banyak rating maka database aplikasi pun akan semakin banyak. Selain itu, pengembangan data toilet rusak akan dikolaborasikan dengan pemerintah agar siap diperbaiki.
“Dengan aplikasi ini kami bisa ikut menyelesaikan masalah-masalah yang ada di sekitar, baik itu masalah lingkungan dan sosial dengan cara cara kami sendiri dari sisi teknologi,” ucap Yugnan dengan bangga.
Oleh karena itu, lanjut Yugnan, tantangan terbesar Toilet Rate adalah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi mengubah kebiasaan menjaga sanitasi toilet. “Perlu kerjasama dengan pemerintah untuk memperbaiki fasilitas toilet yang rusak serta peran masyarakat dalam pelaporan kualitas toilet,” ujarnya.
Bisnis Tradisional
Yugnan mengaku awalnya hanya coba-coba terjun ke dunia startup. “Sebelum mendirikan Semogaberkah.id saya sendiri sebenarnya juga sudah terlibat di sebuah startup sejak semester tiga kuliah. Ya, bisnis tradisional dengan slogan palu gada, elu minta gue ada, seperti jualan sepatu hingga service handphone pun pernah saya jalankan,” ungkap Sarjana Teknik Telekomunikasi Telkom University itu sambil tertawa.
Dari keisengan itulah dia bertemu sesama developer yang punya mimpi yang sama yakni membuka usaha di bidang software house. “Awal berdirinya Semogaberkah ID ini sebenarnya tidak sengaja. Berawal dari obrolan dengan beberapa teman yang juga sama-sama developer. Kami akhirnya sepakat untuk membentuk sebuah tim. Selain untuk menyalurkan bakat dan kemampuan juga untuk bagaimana caranya kita bisa ikut berpartisipasi menyelesaikan masalah-masalah yang ada di sekitar dari sisi teknologi,” ucap Yugnan lagi.
Sejatinya, Semogaberkah.id bisa dibilang menjadi software house untuk mengerjakan project pesanan. Kondisi keuangan yang tidak stabil membuat startup mereka ikut goyah. Apalagi mereka tidak punya kantor atau badan hukum. Bahkan, ada anggota tim yang hengkang dan bergabung dengan startup lain yang lebih besar.
“Kalau kita bicara masalah startup digital mungkin hampir mirip dengan startup-startup lainnya. Masalah utama yang sering kita hadapi di antaranya: bagaimana kita berkomunikasi dengan klien. Terkadang susah untuk mengomunikasikan masalah teknis dengan klien yang kurang paham dengan masalah teknologi. Kemudian juga masalah mengelola tim, bagaimana mengatur waktu untuk meeting, hingga masalah perbedaan pendapat di internal tim,” akunya.
Namun hal itu tidak mematahkan semangat Yugnan. Selama dua tahun dia terus mengembangkan startup meski tidak punya kantor dan badan hukum. Dengan bermodalkan uang Rp 600 ribu mereka pun membuat usaha rintisan dengan membeli domain dan akun Google Play Store.
Â
Coba Coba
Keuletannya berbuah hasil dengan lahirnya Semogaberkah.id pada April 2016. Nama ini lahir ketika dia dan rekan-rekannya mengikuti ajang kompetisi startup di Bandung. Bahkan, mereka menjadi Juara Regional Bandung, Rocket Pitching Nextdev Telkomsel 2016 dan mendapat kepercayaan untuk ikut program inkubasi di Bandung Techno Park.
Dari sinilah Yugnan dan lima rekannya Rifqi, Ridwansyah, Aris, Yuda dan Galin mulai mengembangkan produk yang melahirkan aplikasi Toilet Rate. “Awalnya coba-coba. Tapi kami juga berusaha bagaimana caranya dengan produk dan aplikasi yang kami buat itu bisa dipertanggungjawabkan,” tegas Yugnan.
Meski terbilang baru, namun startup ini mulai berkembang. Apalagi Yugnan yakin produk mereka berbeda dengan yang lain. Memiliki keunikan dan susah untuk ditiru. Tantangan terbesar ada pada pengguna aplikasi Toilet Rate. “Yang paling susah adalah untuk mengajak masyarakat berpartisipasi mengubah kebiasaan menjaga sanitasi toilet. Ini juga perlu kerjasama dengan pemerintah untuk memperbaiki fasilitas toilet yang rusak serta peran masyarakat dalam pelaporan kualitas toilet,” ungkapnya.
Anak sulung ini yakin bahwa usaha rintisan yang dibangun bersama rekan-rekannya itu akan berkembang. “Rencananya kami akan bekerjasama dengan pemerintah dan komunitas serta swasta untuk mengembangkan model bisnis aplikasi kami,” tegas Yugnan.
Bahkan, menurut Yugnan, model bisnis Toilet Rate ke depannya akan B2B serta B2G. Di antarnaya bekerjasama dengan merchant-merchant produk kebersihan serta menggandeng pemerintah. Agar perbaikan infastruktur toilet-toilet umum dari hasil data pelaporan di aplikasi Toilet Rate akan dapat dilakukan. “Untuk program Toilet Rate ini kami bermitra dengan Bandung Cleanaction,” tambah Yugnan.
Selain aplikasi Toilet Rate, Semogaberkah.id juga sedang mengembangkan produk lain yang terkait dengan kecerdasan buatan. Selain itu, Yugnan juga ingin meningkatkan status startup ini dengan mendirikan PT, sehingga dia dapat menstabilkan omset dan merekrut karyawan.
“Karena kami yakin bahwa dengan teknologi kita dapat mengubah keadaan menjadi lebih baik dan lebih mudah. Perkembangan teknologi terutama di Indonesia ini sudah sedemikian cepat. Dan hal ini juga seringkali malah menimbulkan dampak-dampak yang negatif. Alangkah baiknya jika kita bisa memanfaatkan teknologi ini untuk menebar manfaat bagi banyak orang,” pungkasnya.
===============================
Yugnan Adi Sasongko
- Tempat Tanggal Lahir : 29 Juli 1993
- Pendidikan : S1 Teknik Telekomunikasi Telkom University
- Nama Aplikasi : Toilet Rate
- Nama Perusahaan : Semogaberkah.ID
Prestasi :
- Juara regional Bandung, Rocket Pitching Nextdev Telkomsel 2016
- Finalis Wirausaha Sosial Bandung
- Finalis Open Data Asia,
- Second Place Microsoft-Tempo Hackathon,
- Finalis Facebook Developer Challenge Indonesia,
- Sosial Project Kemenpora ISYF,
- Juara 3 Indosat IWIC,
- Best paper ISSC 2014 University of Wageningen Belanda.
================================
FAHRUL ANWAR
Editor : Stevy Widia
Discussion about this post