youngster.id - Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) memiliki kepengurusan baru 2016-2018. Ada 4 pilar utama yang akan menjawab tantangan industri dan pemerintah. Dengan ini idEA diharapkan akan menghasilkan regulasi-regulasi yang dibutuhkan bagi industri untuk percepatan pembangunan ekonomi digital.
“Visi idEA adalah mendukung percepatan pembangunan digital ekonomi Indonesia menjadi yang terdepan di Asia Tenggara pada 2020. Untuk itu kami akan menjadi mitra pro-aktif pemerintah dalam mendorong percepatan realisasi regulasi yang saat ini dalam proses finalisasi, seperti RPP roadmap e-commerce, Safe Harbour policy, OTT, dan e-commerce. Kemudian merealisasikan program-program edukasi dan sosialisasi baik kepada anggota maupun masyarakat dalam bentuk workshop, event, dan seminar,” ungkap Aulia Marinto Ketua Umum IdEA dalam keterangan pers Kamis (20/10/2016) mengenai kepengurusan baru idEA.
Dia memaparkan, pertumbuhan bisnis e-commerce di tanah air memang terus naik. Catatan idEA, nilai transaksi e-commerce Indonesia tahun ini diprediksi mencapai US$ 4,89 miliar atau setara Rp 68 triliun. Rata-rata pertumbuhan tahunan transaksinya periode 2014-2017 diperkirakan 38 % hingga 40 %.
Namun, menurut Aulia, pertumbuhan nilai transaksi ini tiada hubungannya dengan tingkat kesehatan pelaku e-commerce. Apalagi diketahui prakteknya, banyak pelaku e-commerce melakukan subsidi besar-besaran demi mengejar target pengguna dan nilai transaksi. Banyak pula pelaku e-commerce Indonesia mendapat modal besar dari investor asing, meski bisnis modelnya yang sehat belum dicapai.
“Jadi kami akan memiliki tingkat kesehatan pelaku e-commerce Indonesia di 2017. Ini hasil analisis Asosiasi yang dimulai dengan hipotesa dan asumsi yang terukur. Melibatkan para ahli di bidangnya dengan mempertimbangkan beberapa variabel. Harapannya, Asosiasi sudah memiliki tingkat kesehatan pelaku e-commerce Indonesia di 2017,” ucap CEO Blanja.com itu.
Menurut dia, tingkat kesehatan pelaku e-commerce Indonesia ini penting supaya memberikan gambaran kesehatan, lantaran proyeksi nilai transaksi itu datang dari banyak sumber termasuk dari media massa. Media massa mengutip pernyataan dari pelaku e-commerce. Namun, di sisi lain para pelaku ini tidak bisa memberikan kinerja secara lengkap, karena status perusahaan bukan perusahaan publik.
Untuk menyelesaikan analisis ini, ada tim khusus yang dipimpin oleh ketua bidang ekonomi dan bisnis Asosiasi. Saat ini idEA mewadahi 275 perusahaan e-commerec dan ekosistem pendukungnya, seperti perbankan, logistik, dan payment gateway.
STEVY WIDIA
Discussion about this post