youngster.id - Sulitnya persediaan sayuran di daerah pesisir mengakibatkan kurangnya konsumsi masyarakat pesisir akan sayuran. Tapi kini air laut dapat dimanfaatkan menjadi media budidaya sayuran.
Permasalahan tersebut coba dipecahkan oleh kelompok mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya Malang yang terdiri Lantip Titik Sarici (THP 2014), Diki Darmawan (TEP 2013), Rizky Adha Lubis (TEP 2014), Laela Firtiani (TEP 2015) dan Adamsyah Harika (TEP2015).
Lantip Titik Sarici, Ketua pelaksana pengabdian itu mengatakan, ,mereka tergerak untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memanfaatkan air laut untuk didestilasi sehingga menjadi air tawar. Air hasil destilasi iniilah yang digunakan sebagai media budidaya secara hidroponik di pesisir Pantai Selatan Malang.
“Alat destilasi ini dibuat dengan bahan yang sangat sederhana yaitu berupa kaca yang dibentuk seperti trapesium, sehingga mudah diaplikasikan ke masyarakat,” ujarnya.
Proses destilasi tersebut yaitu pertama air laut dimasukkan ke dalam ruang destilasi kemudian dengan memanfaatkan panas matahari, air laut yang berada di ruang destilasi akan menguap sehingga membentuk titik-titik embun. Titik-titik embun tersebut akan dialirkan ke lubang penampungan air tawar (air hasil ditilasi).
“Apabila panas matahari maksimal air destilasi dapat mencapai 600 ml per hari dan sampai saat ini hasil destilasi tersebut mencapai 25 liter sampai 30 liter air tawar,” ujar Diki Darmawan, salah satu anggota pengabdian masyarakat, menambahkan.
Air hasil destilasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk media budidaya hidroponik. Sementara ini masyrakat Dusun Sendang Biru sudah melakukan budidaya tanaman sawi, kangkung dan bayam yang mencapai 50 bibit tanaman.
Lantip dan kawan-kawannya berharap, dengan adanya program pengabdian masyarakat ini Dusun Sendang Biru dapat menjadi daerah percontohan pengembangan pertanian hidroponik di daerah pesisir lainnya di Indonesia.
STEVY WIDIA
Discussion about this post