youngster.id - Inovasi penelitian di bidang farmasi di Indonesia semakin bervariasi. Meski pada hakekatnya, inovasi tersebut berguna untuk memudahkan manusia dalam pengobatan penyakit atau pun menciptakan sebagai bahan alternatif apabila bahan utama sudah terbatas. Salah satunya adalah kapsul halal dari gelatin yang ditemukan mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB).
Tiga mahasiswa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB, Rika Puspita, Mega Bintang dan Shafa Sandida menyalurkan ide kapsul halal tersebut melalui Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-PE) dengan judulnya “Kapalgena: Kapsul Halal dari Gelatin Kulit Ikan Tuna sebagai Aplikasi dalam Biomedis”. Inovasi ini di bawah bimbingan dosen FPIK IPB Dr. Mala Nurilmala.
“Sebenarnya untuk pembuatan kapsul sendiri bisa menggunakan bahan lain seperti karagenan. Tapi kapsul karagenan waktu hancurnya lebih lama, oleh karena itu tim kami mencoba membuat kapsul dengan bahan gelatin dari kulit ikan tuna,” tutur Rika selaku Ketua Tim PKM Kapalgena yang dilansir Humas IPB baru-baru ini.
Penggunaan bahan dari kulit ikan tuna untuk pembuatan gelatin dikarenakan nilai produksi ikan tuna di Indonesia masih cukup tinggi, baik saat masih fresh maupun olahan. Tingginya nilai produksi tersebut mengakibatkan limbah hasil olahannya juga meningkat, sehingga pembuatan gelatin dari kulit ikan tuna menjadi salah satu solusi untuk pengurangan limbah tersebut.
“Selain mengurangi limbah hasil olahan ikan tuna, manfaat pembuatan kapsul halal ini juga sebagai bentuk sediaan farmasi yang tidak menimbulkan permasalahan di masyarakat. Sebab, apabila kapsul terbuat dari gelatin berbahan sapi dan babi, masih menjadi permasalahan bagi masyarakat khususnya di Indonesia,” tambah Rika.
Pembuatan gelatin diawali dengan pembersihan kulit ikan tuna dari sisaan daging dan lemak yang menempel untuk selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dicuci. Usai preparasi, kulit dihidrolisis dengan metode asam dan diekstraksi dengan metode hidrotermal. Hasil ekstraksi yang berupa cairan akan dikeringkan dengan evaporator hingga menjadi gelatin kering. Gelatin kering tersebut dilarutkan dan berlanjut untuk dicetak dan dikeringkan. Tahap akhir setelah dikeringkan adalah kapsul dilepas dari cetakan dan bisa diisi dengan obat atau vitamin.
“Dalam pembuatan gelatin, hidrolisis biasanya dilakukan dengan metode basa atau metode asam basa. Bedanya dengan penelitian gelatin ini, kami menggunakan hidrolisis asam saja. Selain itu, penelitian tentang kapsul dari kulit ikan memang masih sedikit,” lanjutnya.
Dengan waktu penelitian kurang lebih tiga bulan, Tim Kapalgena juga mengalami beberapa kendala dalam penelitian seperti percobaan dalam mendapatkan proporsi gelatin yang tepat hingga penentuan konsentrasi larutan gelatin dalam pembuatan kapsul. Meski begitu, Rika dan timnya berharap dengan adanya penelitian tersebut dapat menjadi inovasi terbaru bagi bidang farmasi.
“Harapan ke depannya semoga dengan adanya penelitian ini bisa dijadikan bahan referensi atau acuan untuk perusahaan yang akan mengembangkan gelatin di Indonesia khususnya dari bahan baku ikan,” tutup Rika.
FAHRUL ANWAR
Discussion about this post