youngster.id - Limbah tambang berupa merkuri masih menjadi permasalahan utama bagi pelestariaan lingkungan. Namun oleh sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam tim SuperC6, berhasil membuat material karbon berupa bubuk yang mudah diaplikasikan untuk mengatasi limbah merkuri dari tambang emas.
Tim SuperC6 terdiri atas M Rifqi Al-Ghifari (Kimia 2014) sebagai ketua, Bagas Ikhsan (Kimia 2014), Charlis Ongkho (Teknik Fisika 2015) dan M Ilham Romadhon (Akuntansi 2015). Saat menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kawasan Seteluk, Sumbawa Barat, mereka berhasil membuat inovasi baru di bidang lingkungan, yakni berhasil membuat produk karbon magnetik yang mampu menyerap kandungan merkuri dari limbah.
Pada umumnya, produk karbon yang ada di Indonesia hanya mampu untuk menjernihkan air, namun tak bisa mengurangi zat berbahaya dari kandungan air limbah. SuperC6 ini mencoba membuat produk yang bisa mengatasi zat-zat berbahaya, salah satunya limbah merkuri dari tambang emas.
M Rifqi Al-Ghifari mengungkapkan, produk inovasi ini berangkat dari melihat masyarakat penambang di Indonesia belum menemukan langkah tepat untuk mengatasi limbah merkuri agar sesuai ketentuan dari pemerintah, yakni 0,001%.
“Penambang nggak punya alat untuk meneliti dan membuat produk yang bisa mengatasi merkuri. Kalau pabrik sudah jelas mereka memiliki alat skala besar yang bisa menyaring dan memilah limbah tersebut,” terang mahasiswa asal Bogor itu yang dilansir Brilio.
Amin bersama rekan-rekannya mencoba menjembatani permasalahan para penambang emas dengan membuat produk komposit magnetik karbonaktif skala rumahan. Dalam hal ini, Super C6 mengambil sampel air limbah para penambang emas di kawasan Kulon Progo.
“Kita mengambil sampel air kemudian coba analisis dan masukkin material karbon sesuai ukuran. Ternyata hasilnya ada perubahan,” terang Amin.
Berbeda dengan produk temuan yang telah ada, Super C6 mencoba membuat produk inovasi karbon dengan material murah dan mudah ditemui di masyarakat. “Kami membuat material murah yang punya pembeda dengan yang lain. Kita buat karbon aktif yang kita reaksikan dengan magnet,” tambah Amin.
Sejauh ini para penambang belum mampu mengatasi limbah tambang khususnya merkuri. Amin menceritakan bahwa penambang hanya menampung air limbah dalam beberapa kolam.
“Para penambang hanya membuat penampungan limbah dalam beberapa lubang. Kolam pertama didiamkan kemudian mengalir ke kolam kedua dengan kadar lebih rendah. Tapi nggak pengaruh sih, kandungan mercury-nya justru jadi sedimen atau mengendap di bawah,” jelas Amin.
Proses pengendapan tidak serta merta menghilangkan kandungan merkuri yang ada dalam limbah. Siklus dampak dari limbah merkuri ini baru bisa dirasakan sekitar belasan hingga puluhan tahun.
Oleh sebab itu, penambang perlu produk karbon magnetik buatan dari SuperC6 yang telah terbukti mengikat merkuri. Tak hanya membuat materialnya, SuperC6 turut membuat alat penyaring kecil yang disambungkan pada pipa atau selang limbah.
Modal yang dikeluarkan SuperC6 selama mencari formula yang pas mencapai jutaan rupiah. Temuan SuperC6 telah beberapa kali diikutsertakan dalam lomba dan telah meraih juara I Bussiness Plan Competition yang diadakan Fakultas MIPA UGM tahun 2017 lalu. Selain itu, SuperC6 juga telah masuk final di ajang kompetisi PGN Innovation, Kalijaga Research & Innovation, dan Economic Fair.
Saat ini produk karbon buatan SuperC6 ini belum akan dijual di pasaran. Amin menyebutkan produknya masih dalam tahapan penelitian, oleh sebab itu mereka masih ingin mencari hak paten dan memantapkan produknya terlebih dahulu. Tim SuperC6 berencana mengembangkan riset lebih mendalam dan mengembangkan produk dalam skala besar.
STEVY WIDIA
Discussion about this post