youngster.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) hadirkan inovasi berupa aplikasi bernama Cardio-PP. Aplikasi ini dapat menjadi asisten kesehatan pribadi yang memberikan informasi dan rekomendasi terkait kesehatan jantung.
Adalah Royyan Abdullah Dzakiy (mahasiswa Teknik Informatika 2015), Farhan Ghifari (Teknik Informatika 2014), Jabal Logian (Teknik Elektro 2015), dan Nugroho Satriyanto (Teknik Informatika 2014) yang mengembangkan aplikasi tersebut. Keempatnya bergabung dalam tim Urban Night ITB.
“Dengan aplikasi Cardio-PP ini, maka tak perlu lagi bolak balik ke dokter ataupun rumah sakit. Pengguna aplikasi juga bisa segera mengetahui kondisi jantungnya beserta rekomendasi kesehatan pada saat itu juga,” papar Royyan dilansir Antara, baru-baru ini.
Aplikasi tersebut berhasil menjadi finalis 20 besar dalam Telkom Hackathon 2018 yang digelar beberapa waktu lalu di Bandung Digital Valley.
Royyan menjelaskan, ada tiga komponen yang saling berkaitan sehingga Cardio-PP dapat digunakan, yakni Artificial Intelligence (AI), personal heart assistance, dan alat dengan sensor electrocardiogram (ECG).Ada pula beberapa aplikasi yang digunakan termasuk ECG Rate Monitor, Heart Condition, Assistance, dan Hospital GIS.
Alat yang telah dilengkapi sensor ECG akan diletakkan di beberapa titik khusus di tubuh dan kemudian akan terlihat kondisi kesehatan dari pergerakan jantung pengguna. Dari titik-titik tersebut akan terlihat sinyal yang dapat diamati, yaitu sinyal yang menunjukkan informasi mengenai kondisi jantung.
Satu sinyal itu akan dipecah menjadi 80 parameter dan dari parameter tersebut bisa disimpulkan kondisi jantung pengguna setelah melalui proses pengolahan AI. Data yang diinput pun akhirnya dapat terbangun menjadi sebuah model.
“AI akan membentuk model kecerdasan untuk memahami sinyal ECG tadi. Dari kesimpulan tadi, dapat terdeteksi kondisi jantungnya, ada penyakit apa, dan akhirnya dihasilkan rekomendasi, kondisi, dan sinyal ECG dapat diamati di handphone melalui aplikasi,” jelas Royyan.
Menurutnya, kebanyakan aplikasi yang ada sekarang hanya mengamati detak jantung pengguna. Padahal, data yang diperoleh dari detak jantung lebih terbatas dibandingkan data dari sinyal ECG. “Untuk akurasinya, perangkat AI ini mencapai 80%,” tegasnya.
Tim Urban Night berencana untuk terus meningkatkan kualitas AI dalam aplikasi ini agar semakin cerdas sehingga dapat menghasilkan data terbaik. Keempatnya juga sedang mencari cara agar biaya pengembangan alat tersebut bisa dijangkau masyarakat luas.
Selain itu, mereka berharap dapat mengembangkan data jantung yang tidak terbatas pada ECG yang kelak dapat menjadi data yang dikelola dan dimiliki oleh Indonesia. Pasalnya, sejauh ini data yang digunakan masih berada dari luar negeri sehingga belum tentu akurat untuk ditetapkan di dalam negeri.
STEVY WIDIA
Discussion about this post