youngster.id - Garam dapur ternyata bisa menjadi solusi saat terjadi pemadaman listrik. Berbekal garam dapur sebungkus, dua mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya membuat generator elektroda pembangkit listrik dengan sebungkus garam dapur. Temuan ini diharapkan bisa digunakan masyarakat.
Ridho Anugerah dan Marco Sayputra berhasil membuat pembangkit listrik sederhana bertenaga garam. Alat mereka bisa menghidupkan sebuah lampu bohlam 5 watt dengan energi 2,8 volt. Bahkan kedua mahasiswa Teknik Energi semester V ini bisa menyalakan lampu LED berkapasitas 1 volt lewat dua tabung khusus.
Marco menjelaskan, lampu tersebut dapat menyala karena sudah melalui proses tertentu. Dari sebungkus garam yang dilarutkan dapat menghasilkan ion. Larutan ini harus diaduk hingga merata, setelah siap kemudian dimasukan ke dalam sebuah generator yang berisikan anoda atau elektroda positif dan katoda atau elektroda negatif. Di dalam generator ditambahkan rangkaian lempengan tembaga dan besi yang mampu menghasilkan tenaga listrik. Keseluruhan proses ini disebut dengan elektrokimia.
“Dalam larutan geram ada ion, ketika dimasukkan anoda (ion positif) akan menghasilkan ketegangan listrik. Makanya lampu ini bisa menyala,” ucapnya dilansir Polsri.ac.id, baru-baru ini.
Meski bisa menyalakan lampu, hasil riset ini baru untuk skala kecil. Artinya larutan garam yang memiliki konsentrasi 75 ppm ini bisa menghasilkan 1-3 volt saja dimana penggunaannya bisa bertahan 5-6 jam. “Sifatnya memang tidak lama, artinya hanya untuk lampu emergency (darurat) saja. Namun ini bisa menjadi alternatif penerangan sementara,” jelasnya.
Ide menjadikan bahan baku garam sebagai sumber energi ini muncul saat ia dan Ridho melakukan praktik serupa di semester 1 lalu. Namun praktik masih sebatas mengukur tegangan.”Setelah kita lakukan penelitian lanjutan, barulah kita tahu bisa memicu daya yang mampu menyalakan lampu LED,” kata Marco.
Ia berharap, dari hasil riset ini bisa direspon pihak akademisi maupun industri untuk dikembangkan lebih lanjut. Meskipun masih banyak kelemahan dari hasil riset ini, namun bisa menjadi bahan kajian lanjutan.”Ini baru kita pakai garam dapur, apa pun jenisnya bisa dipakai untuk sumber energi,” ujarnya.
Dosen pembimbing Widodo, berharap kreasi mahasiswanya bisa dikembangkan lagi dengan bantuan pemerintah setempat. “Kita mau produksi banyak dan sesimpel mungkin dan generatornya kita taruh di bawah lampu, jadi kreasi ini bisa disebut energi terbarukan karena air laut tak ada habisnya,” tuturnya.
Karya ini bisa menjadi sumber energi listrik alternative yang ramah lingkungan. Produk ini juga cocok untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Karya ini dipamerkan dalam rangka Dies Natalis Politeknik Negeri Sriwijaya ke-34 bertema Renewable Energy for Sustainable Development yang berlangsung dari tanggal 18 ”“ 19 Oktober 2016.
STEVY WIDIA
Discussion about this post