youngster.id - Selama ini para siswa penyandang tunanetra kesulitan memvisualisasikan alat musik, hal inilah yang membuat tim mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) membuat media pembelajaran yang dinamakan Gemilo.
Tim ini terdiri dari Meyralda Dara Adisa, Andini Rusdianawati, Gina Shofia, Fika Hikmatin Aliyah, dan Ahmad Zaki. Mereka terinspirasi dari beragam alat musik yang dimiliki Indonesia, namun, tidak bisa dirasakan secara visual oleh para penyandang tunanetra. Masalah itulah yang membuat mereka akhirnya mencoba mengenalkan inovasi alat musik nusantara.
Meyralda Dara Adisa, ketua tim pembuatan Gemilo menyatakan, inovasi yang mereka buat merupakan pengenalan alat musik nusantara. Untuk edisi pertama, mereka mengenalkan alat musik gendang yang ada di Pulau Jawa. Inovasi tersebut sesuai dengan kurikulum SMPLB tunanetra di KD 3.3 tentang alat musik ritmis maupun alat musik melodis.
“Edisi pertama ini kami fokus untuk alat musik gendang dari berbagai provinsi di Pulau Jawa,” ucap Meyralda Dara, yang dilansir Humas UM.
Media pembelajaran yang dibuatnya dan keempat rekannya merupakan media pembelajaran berupa buku, namun di dalamnya terdapat penjelasan mengenai masing-masing jenis alat musik yang saat ini diprioritaskan pada gendang.
Masing-masing jenis gendang memiliki penjelasan berbeda-beda. Penjelasan itu ditulis dalam huruf biasa dan huruf braille. Sebagai pelengkap, Meyralda dan rekannya menambahkan miniatur gendang. Serta pada masing-masing miniatur dilengkapi dengan tombol yang ketika ditekan akan menghasilkan suara sesuai jenis gendang.
“Ini sangat praktis untuk pembelajaran, karena ukurannya tidak terlalu besar dan bisa dibawa kemana-mana. Tak hanya sekedar membaca dari keterangan tulisan braile, anak tunanetra juga tahu visualisasi 4 dimensi dari masing-masing jenis gendang. Juga bisa mendengar langsung suaranya,” jelasnya.
Tak hanya sekedar membuat saja, Meyralda menyebut bahwa inovasi tersebut sudah mulai dikenalkan ke beberapa sekolah SMPLB di wilayah Kota Malang. Menurutnya respon dari sekolah-sekolah tersebut sangat baik. Karena media pembelajaran itu mempermudah anak-anak tunanetra untuk mengenal alat musik terutama gendang.
“Responnya baik sekali. Karena anak-anak tunanetra bisa mendapat gambaran yang jelas tentang alat musik gendang. Tidak hanya penjelasan, mereka juga bisa merasakan miniatur gendang dan mendengar suaranya,” ungkap dia.
Setelah edisi gendang, Meyralda menuturkan bahwa pembuatan media pembelajaran itu tidak hanya berhenti di gendang saja. Secara bertahap, ia dan rekan mahasiswa lain tengah merencanakan untuk membuat edisi lanjutan dari Gemilo dengan alat musik yang berasal dari pulau berbeda.
“Untuk edisi perdana, kami fokus pada alat musik gendang. Berikutnya kami merencanakan untuk alat musik lain dari pulau yang berbeda di Indonesia,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post