youngster.id - YOUNGSTERS.id – Nelayan tradisional sering dihadapkan pada permasalahan ikan yang cepat membusuk. Kondisi tersebut menyebabkan nilai jual ikan dan pendapatan nelayan menurun. Mengatasi permasalahan itu, tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menciptakan Solar Termo Electrical Cold Storage, yaitu sebuah alat pendingin ikan berbasis energi matahari.
Karya tersebut berhasil dinobatkan sebagai the Best Paper dalam ajang 3rd Indonesian Student Researcher Festival (ISRF) 2015.
Tim yang beranggotakan Rizki Mendung Ariefianto, Akhmad Rizal Jiwo, dan Muhammad Adam ini berhasil menyingkirkan lima tim dari perguruan tinggi lain di Indonesia dalam final yang berlangsung dua hari sejak Jumat lalu (4/12) di Univeritas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Adam, ketua tim mengaku karya mereka meraih skor tertinggi karena dinilai paling aplikatif dibanding kompetitor lainnya. “Finalis lain memang lebih siap, namun karya kami ini yang paling aplikatif dan punya manfaat tinggi jika diaplikasikan ke masyarakat,” klaim Adam, seperti dikutip dari situs ITS (14\12).
Sejatinya, alat yang mereka kembangkan telah ada sebelumnya. Namun, menurut Rizal, alat yang ada saat ini kurang cocok digunakan oleh nelayan tradisional. “Mereka memakai kondensor dan alatnya hanya sesuai untuk kapal besar. Di sini kita ingin membantu nelayan Indonesia yang masih menggunakan perahu biasa,” ucap Rizal.
Ditambahkan Mendung, alat yang pembuatannya dibantu perlengkapan dari laboratorium dan menghabiskan dana 373 ribu ini mengunggulkan sifatnya yang ramah lingkungan. “Namun ada masukan dari penguji terkait penggunaan gabus yang harus diganti dengan bahan plastik,” tambahnya.
Menurut Mendung, prinsip alat yang mereka ciptakan adalah mengubah sinar matahari menjadi sumber listrik yang digunakan untuk mendinginkan ikan. Ide ini muncul saat observasi yang ia lakukan ketika membuat karya yang sebelumnya di pesisir Pasuruan.
Di sana, Mendung mengamati ikan tangkapan nelayan yang disimpan ala kadarnya. Ia lalu mendapat keluhan dari nelayan yang kesulitan menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan. “Mereka mendapat ikan tengah malam dan baru dijual pagi hari,” ucap Mendung.
Sementara itu, cara tradisional yang dilakukan nelayan dalam menjaga kesegaran ikan selama ini kurang efektif. Nelayan biasanya menggunakan balok es untuk menjaga kesegaran ikan. Tapi karena suhu di lautan yang panas, balok-balok es tersebut cepat mencair. Ikan yang lama terendam air pun akan turun kualitas dan harganya. Belum lagi dari pembuatan balok es yang kurang higienis. “Dengan digunakannya alat ini, nelayan mampu menjaga kesegaran ikan hasil tangkapan. Tanpa harus menggunakan balok es maupun pengawet lain yang kurang baik untuk dikonsumsi,” klaim Mendung.
STEVY WIDIA
Discussion about this post