Mahasiwa Ubaya, Kreasikan Limbah Rotan Jadi Casing Ponsel Unik

Isahito Norhatan dan Liv Case. (Foto: dok. Ubaya/Youngsters.id)

youngster.id - Limbah rotan ternyata bisa diubah menjadi casing atau pelindung ponsel unik bernilai artistik dan bernilai ekonomi. Ide kreatif ini dituangkan oleh Isahito Norhatan, mahasiswa Jurusan Desain Manajemen Produk Fakultas Industri Kreatif (FIK) Universitas Surabaya (Ubaya).

Ide ini berawal karena melihat banyak limbah kulit rotan yang tidak terpakai dan dibiarkan begitu saja. Dan itu mengilhami ia untuk mengubah limbah tersebut menjadi sebuah barang yang berguna dan memiliki nilai jual.

“Maraknya jenis handphone, kemudian industri perangkat pelengkapnya, salah satunya seperti casing menjadi meningkat, lalu saya juga melihat banyak limbah kulit rotan yang tidak terpakai dan dibiarkan begitu saja,” jelas Isahito, dilansir humas Hubungan Internasional, Kampus II Ubaya baru-baru ini.

Produk unik yang terbuat dari limbah rotan ini dibuat dengan melalui beberapa tahap, pertama limbah kulit rotan diubah menjadi serat rotan agar mudah digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap pencetakan, dimana serat rotan akan dipress menggunakan alat press dan dicetak menjadi bentuk casing handphone sesuai dengan yang dibutuhkan. Setelah itu tahap terakhir adalah finishing yaitu serat rotan yang telah dicetak kemudian dirapikan dan siap untuk digunakan.

Meskipun terbuat dari limbah rotan, produk handmade berukuran 12,6 cm x 6,1 cm ini dijamin tahan lama karena menggunakan bahan hardcase sehingga casing ini tidak akan mudah tergores dan tentunya aman untuk gadget.

“Desain yang ramping akan memaksimalkan penampilan gadget penggunanya. Biaya pembuatannya sendiri menghabiskan sekira Rp1,5 juta, tetapi jika diproduksi secara massal, maka biaya per produk menjadi sekira Rp99 ribu,” ujarnya.

Isahito membutuhkan dua minggu untuk merampungkan prototipe yang didaftarkannya sebagai tugas akhir di kampus. Adapun biaya pembuatannya sendiri, menghabiskan sekitar Rp 1.500.000, tetapi bila produksi dilakukan secara masal, maka biaya per produk menjadi sekitar Rp 99.000. Produk yang diberi nama Liv Case ini, disediakan dalam beberapa pilihan warna, seperti merah, hijau, biru, dan coklat.

“Untuk menambah keunikannya, produk ini juga menyediakan dalam beberapa pilihan warna, seperti merah, hijau, biru, dan coklat dengan menggunakan bahan pewarna alami, misalnya saja dari kayu secang dan daun tarum,” jelasnya.

Pria asli Surabaya ini berharap ke depannya bisa mengembangkan Liv Case menjadi lebih baik. Dia berencana bekerja sama dengan Fakultas lain untuk memodifikasi perekat supaya produk ini bisa lebih fleksibel serta tahan air.

“Setelah berhasil, baru saya ingin memproduksi produk ini ke masyarakat dan membuat untuk semua jenis dan merek handphone maupun tablet,” tuturnya.

Sementara itu, dosen pembimbing Isahito, Guguh Sujatmiko ST MDs, mengapresiasi inovasi mahasiswanya melalui sebuah permasalahan sehari-hari di sekitarnya, seperti limbah serat rotan yang justru punya nilai jual untuk produk mahal.

Untuk kedepannya menurut Isahito, dirinya ingin mengembangkan produk ini menjadi lebih baik, karena untuk saat ini hanya berupa prototype. Dan rencananya ia ingin bekerja sama dengan Fakultas lain untuk memodifikasi perekat agar produk ini bisa lebih fleksibel serta tahan air.

“Setelah berhasil, baru saya ingin memproduksi produk ini ke masyarakat dan membuat untuk semua jenis dan merek handphone maupun tablet,” pungkas Isahito.

STEVY WIDIA

Exit mobile version