youngster.id - Wilayah Laut Bali yang merupakan salah satu wilayah dengan potensi energi angin dan arus laut yang tinggi di Indonesia. Hal ini mendorong tim mahasiswa Universitas Pertamina (UP) program studi Teknik Sipil merancang inovasi yang menggabungkan energi gelombang air laut dan tenaga angin untuk menghasilkan listrik.
Inovasi duet energi baru terbarukan ini mereka namakan Nawasena Taruna Energy as a Company to Optimize the Renewable Energy Resources by the Double Energy One Structure (DE-OS) Innovation. Inovasi mereka berfokus kepada efisiensi pembangunan turbin yang terintegrasi.
“Selama ini pembangunan turbin arus laut dan turbin untuk tenaga angin offshore dilakukan terpisah. Kami mengembangkan inovasi double energy one melalui struktur pembangunan kedua turbin yang terintegrasi menjadi satu,” ungkap Givson Gabriel mahasiswa Teknik Sipil Universitas Pertamina anggota tim inovasi dalam siaran pers Universitas Pertamina.
Selain Givson, tim ini juga terdiri Affifah Mawarni, dan Rizki Saad. Mereka didukung empat dosen lintas program studi yaitu Gilang Muhammad Gemilang, Ph.D dosen Teknik Sipil yang membantu dalam aspek konstruksi, Teuku Muhammad Rasyif, Ph.D yang membantu dari segi implikasi yang terjadi dari inovasi ini, serta dua dosen dari program studi manajemen yaitu Evi Sofia, S.E., MBA dan Fadli Hanafi, S.E., M.M yang membantu dalam aspek finance.
Pengembangan inovasi ini dilakukan dengan studi menggunakan wilayah Laut Bali yang merupakan salah satu wilayah dengan potensi energi angin dan arus laut yang tinggi di Indonesia. Data yang dikumpulkan pada rentang waktu 2015-2017 dengan pengolahan data hindcasting didapatkan kecepatan angin rata-rata 5,077 meter/detik dan kecepatan arus laut (kedalaman 3 meter di bawah muka air laut rata-rata) adalah 0,273 meter/detik.
Kecepatan angin yang dikonversi menjadi satuan daya listik, dikalkulasi menghasilkan 5.995 MW. Sedangkan dari arus air laut diperkirakan memproduksi 0.526 MW. Sehingga inovasi DE-OS dapat menghasilkan total daya listrik 6.521 MW per 1,5 tahunnya.
Menurut Givson, secara ekonomi DE-OS menghasilkan listrik dengan biaya lebih murah dibandingkan metode konvensional. Listrik hasil inovasi mereka, dijual seharga USD7 atau sekitar Rp1.000,23 per jam. Dengan penjualan ke 11.137 rumah di pesisir pantai, maka biaya yang dibutuhkan untuk setahun adalah Rp98 miliar. Sebelumnya tarif untuk menghasilkan listrik sebanyak itu adalah sebesar Rp127 miliar.
STEVY WIDIA