youngster.id - Ngengat adalah salah satu hama yang mengancam lahan pertanian terutama tanaman bawang merah. Tim mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) berhasil membuat alat inovasi bernama P-Moat yang dapat menangkap ngengat. Alat ini pun diminati oleh petani bawang merah dari berbagai daerah di Indonesia.
Ketua Tim Mahasiswa Teknik Mesin UM Robby Wijaya mengatakan, terciptanya alat ini memang didasari dari permasalahan yang didapatkan dari studi lapangan pada salah satu daerah penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur, yaitu Probolinggo.
“Kalau pada umumnya produk itu tercipta hanya lewat sebuah inovasi, beda halnya dengan P-MOAT yang tercipta karena ada sebuah permasalahan dan ingin menciptakan inovasi produk yang bermanfaat dan dapat diterima masyarakat,” jelas Mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif ini dalam keterangan tertulisnya yang dikirim ke redaksi youngster.id, Jumat (10//8/2018).
Perangkap hama ngengat tersebut diberi nama Portable Moth Atractor Technology (P-MOAT). Alat ini telah melalui riset dan juga uji coba yang panjang. Apalagi sudah ada alat perangkap hama ngengat bawang merah. Namun menurut Robby, alat serupa akan tetapi masih memiliki banyak kelemahan dan tingkat efektifitas yang masih rendah.
“Berdasarkan wawancara yang saya lakukan, petani itu menggunankan listrik PLN sehingga biaya operasional meningkat yang berdampak pada menurunnya pendapatan bersih. Selain itu, penggunaan air sebagai media penjebak juga kurang efektif karena masih besar kemungkinan hama yang tertangkap lepas,” ungkap Robby.
Menurut Ketua tim PKM Kewirausahaan ini kelemahan-kelemahan itulah yang dijadikan oleh mahasiswa bimbingan Dr. Hj. Widiyanti M.Pd ini dimanfaatkan sebagai kelebihan dan akan diperkenalkan ke petani bawang seluruh Indonesia. Menggunakan lampu LED dan juga baterai sebagai sumber listrik membuat alat ini memiliki tingkat keamanan yang lebih baik terhadap petani. Selain itu, menggunakan sistem Lampu Tabung Lem (LaTaLe) menjadikan produk ini memiliki tingkat efektifitas 40% lebih baik berdasarkan uji coba yang mereka lakukan.
“P-MOAT pernah kami bawa hingga internasional dan mampu meraih medali emas pada tahun 2017 di IDRIS Malaysia,” sambung mahasiswa angkatan 2014 ini.
Selain ajang Internasional, sambung Robby, P-MOAT juga diikutsetakan pada beberapa perlombaan karya tulis ilmiah di tingkat nasional. “Sebelum di ajang IDRIS Malaysia, P-MOAT pernah juara 1 tingkat Jawa Bali lomba cipta elektronika di Universitas Negeri Jember, juara 2 SCIENTIST in Action tingkat Nasional di ITS Surabaya dan kemudian meraih medali emas di Malaysia,” jelasnya.
Kini, berdasarkan kajian yang cukup mendalam, maka P-MOAT akan diproduksi masal yang kemudian akan diperkenalkan kepada petani bawang merah sebagai inovasi teknologi yang memiliki tingkat efektifitas dan efisiensi lebih baik. Dengan demikian, diharapan penggunaan P-MOAT mampu mengoptimalkan panen bawang merah di seluruh indonesia. Selain itu, tidak menutup kemungkikan bahwa produk ini nantinya akan melebarkan sayap merangkap hama ngengat di sektor lainnya.
Robby mengatakan, jika produk teknologi pertanian yang ia ciptakan bersama teman-temannya telah dikirim dan diterapkan di beberapa daerah. “Terjauh alat kami telah dikirim ke kabupaten Bima, NTB. Kalau yang terdekat kami perkenalkan di Kota Wisata Batu dan juga Kabupaten Probolinggo,” katanya.
Nantinya produk ini akan diperkenalkan melalui media sosial dan juga website yang telah dipersiapkan. “Media yang kita miliki saat ini yaitu instagram @p_moat, facebook Portable Moat dan juga website www.pmoat.com,” pungkasnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post