youngster.id - Seiring pertumbuhan konsumsi digital yang meningkat, tingkat penipuan cenderung ikut meningkat. Bahkan rata-rata 25% orang Indonesia pernah mengalami penipuan melalui belanja online.
Managing Director Southeast Asia and Emerging Markets Experian Asia Pacific, Dev Dhiman, menuturkan, Indonesia adalah salah satu pasar e-commerce yang pertumbuhannya paling cepat di dunia, dengan 74% dari responden pernah melakukan pembelian online, dengan kategori teratas diduduki oleh perjalanan, makanan dan minuman, dan elektronik.
“Namun, tingkat penipuannya pun tinggi, dengan rata-rata 25% orang Indonesia pernah mengalami tindak penipuan melalui berbagai macam e-commerce dan layanan, dan sekitar sepertiga (35%) dari mereka berpikir untuk mengganti penyedia layanan jasa ketika terjadi penipuan,” tutur Dev dalam keterangannya, Selasa (26/6/2018) di Jakarta.
Menurut Dev, pihaknya juga menemukan bahwa semakin tinggi eksposur terhadap tindak penipuan akan menyebabkan konsumen lebih memilih untuk mengadopsi langkah-langkah keamanan yang mudah digunakan seperti biometrik, yang akan memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk memastikan pengalaman yang lebih mudah kepada para konsumennya sambil mengelola tindak penipuan.
Sebanyak 11% dari orang Indonesia terindikasi bahwa mereka bersedia untuk mengadopsi biometrik (contohnya, sidik jari dan pengenal wajah) dalam aplikasi komersial. Dalam hal ini, Indonesia menduduki peringkat kelima, setelah negara-negara berkembang lainnya seperti India, Tiongkok, Vietnam, dan Thailand.
STEVY WIDIA