youngster.id - Pandemi COVID-19 membuat terjadinya perubahan di berbagai aspek kehidupan termasuk kesehatan, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Para ahli menyebutkan pandemi yang belum diketahui kapan berakhirnya ini akan menimbulkan The New Normal, yakni fase terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam beraktivitas, termasuk dalam hal keuangan.
Berbagai perubahan mulai terlihat dari bagaimana masyarakat bertransaksi, kecenderungan untuk lebih memperhatikan nilai ketika membeli sebuah barang, serta pengelolaan keuangan dengan menetapkan skala prioritas.
Menanggapi kondisi ini, Kredivo, sebagai fintech lending, juga melihat urgensi pada kemampuan beradaptasi terhadap The New Normal, agar masyarakat serta pelaku industri dapat bertahan dan melewati krisis ini.
“Berdamai dengan COVID-19 berarti masyarakat dan pelaku industri dapat beradaptasi dengan The New Normal. Kemampuan adaptasi yang agile dan solidaritas adalah kunci untuk melalui kondisi ini sekaligus menjaga keberlangsungan kehidupan serta usaha dalam jangka panjang. Di sisi lain, pelaku industri keuangan juga dituntut untuk terus berinovasi melalui teknologi, guna memenuhi kebutuhan masyarakat akan transaksi digital yang semakin meningkat di masa pandemi ini,” kata Alie Tan CEO Kredivo Indonesia dalam keterangannya, Rabu (27/5/2020).
Menurut dia, untuk pelaku industri keuangan, setidaknya ada dua hal mendasar yang dapat menjadi faktor pendorong dalam melakukan adaptasi terhadap The New Normal.
Pertama Fasih transformasi digital dan kemungkinan menuju industri 4.0 yang lebih cepat. “Pandemi ini mengakselerasi kemampuan masyarakat untuk lebih fasih memanfaatkan teknologi, sehingga menjadi katalisator menuju industri 4.0. Kemudahan dalam bertransaksi menjadi kunci yang semakin relevan bagi konsumen saat ini,” papar Alie.
Dia menjelaskan, industri keuangan dituntut untuk semakin memperkuat transformasi digitalnya, bahkan mempersiapkan strategi secara matang menuju industri 4.0. Namun, edukasi dan literasi digital dalam hal keuangan juga tetap harus dipertimbangkan guna menyeimbangkan antara kondisi industri dengan kesiapan masyarakat menghadapi era revolusi industri 4.0.
Langkah kedua, Masyarakat naik kelas jadi konsumen cerdas. “Kondisi ekonomi yang sulit memaksa masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan. Hal ini juga dapat menjadi sinyal positif bagi peningkatan literasi keuangan di Indonesia,” ungkap Alie.
Namun demikian, sinyal positif ini perlu diiringi dengan kesiapan para pelaku industri keuangan untuk memberikan produk atau layanan keuangan yang memiliki nilai tambah dan mampu mendukung produktivitas masyarakat.
Adaptasi secara cepat dan pemanfaatan peluang menjadi kunci berdamai di masa pandemi ini. Pelaku usaha harus terus berinovasi untuk menghadapi ketidakpastian dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu berubah. Selain itu, strategi manajemen risiko dan efisiensi operasional berdasarkan skala prioritas juga perlu ditingkatkan oleh pelaku industri untuk memastikan keberlangsungan perusahaan dalam jangka panjang.
“Sejak kehadirannya, DNA industri fintech adalah berinovasi membantu masyarakat menghadapi tantangan. Untuk itu, kami terus berinovasi agar tetap bisa memenuhi kebutuhan dan beradaptasi dengan kondisi pasar, termasuk di tengah pandemi ini. Disertai prinsip responsible lending dan sistem verifikasi yang memiliki metrik risiko yang setara dengan bank, Kredivo siap untuk terus menjadi financial enabler, dan terus berkomitmen mengedukasi masyarakat akan pentingnya literasi digital dan keuangan,” tutup Alie.
STEVY WIDIA
Discussion about this post