youngster.id - Lembaga konsultan McKinsey memprediksi konsep IoT akan berimbas pada pendapatan suatu negara berkembang di tahun 2025 yang bisa mencapai US$3,9 – US$11,1 triliun.Hal tersebut menunjukkan adopsi IoT bisa dilakukan bukan hanya untuk keperluan bisnis oleh pelaku usaha, tetapi juga oleh pemerintah melalui konsep kota pintar.
Internet of Things (IoT) dan big data menjadi topik menarik yang banyak diperbincangkan sejak tiga tahun terakhir. Lonjakan data yang ditandai dengan variasi perangkat, kecepatan, dan keabsahan data kemudian berkembang dan dimanfaatkan untuk membuat beragam benda terhubung dengan internet.
Tren IoT jelas terlihat dalam perhelatan Consumer Electronic Show 2017 di Las Vegas. Produsen produk elektronik Samsung misalnya, menyematkan ‘otak’ dan kecerdasan buatan ke hampir semua perangkat besutannya.Presiden Samsung Elektronik Amerika, Tim Baxter memastikan komitmen perusahaan untuk terus mengadopsi IoT ke dalam berbagai perangkat besutannya.
“Tahun lalu kami berjanji akan membuat IoT memiliki nilai tambah untuk keseharian pengguna. Kali ini kami berkomitmen untuk membuat ekosistem melalui kemunculan peralatan elektronik berbasis IoT yang sesuai dengan kebutuhan pengguna,” kata Tim dilansir media di Las Vegas, AS.
Strategi bisnis yang ditempuh Samsung sejalan dengan prediksi Gartner pada Agustus 2014 lalu yang mencatat big data dan IoT akan memicu beragam inovasi.Dalam kurun waktu dua hingga 10 tahun, Gartner memproyeksikan ledakan data akan memicu kemunculan teknologi Near Field Communication (NFC), komputasi awan, kecerdasan buatan (AI), augmented reality (AR) virtual reality (VR), connected home, hingga komunikasi antar mesin.
Wakil Presiden Gartner Jackie Fenn mengatakan tren IoT menjadi peluang besar bagi perusahaan untuk mengidentifikasi teknologi yang muncul.
“Perusahaan bisa menggunakan konsep IoT untuk melakukan transformasi bisnis digital dan mengidentifikasi tren bisnis kedepannya,” ungkap Fenn. Gartner mengestimasi adopsi IoT berkontribusi terhadap peningkatan perangkat yang terhubung dengan internet akan mencapai 26 miliar unit di tahun 2020.
Ketersediaan internet di beragam perangkat, pengguna kini bisa berinteraksi langsung dengan mesin. Hal itu sejalan dengan tujuan IoT yakni menghubungkan hampir semua perangkat untuk berinteraksi setiap harinya dengan manusia melalui koneksi internet. Berkat interaksi tersebut, ledakan data menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Data menjadi ‘harta karun’bagi korporasi dan pemerintah untuk menentukan model yang sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Ed Burns dari lembaga riset IDC menyebut keterhubungan perangkat dengan internet membuat ledakan data tak terhindarkan. Meski ada sejumlah rintangan dalam proses adopsi, namun hal itu tidak lantas menghentikan sejumlah perangkat menjadi kian pintar di masa depan.
“Rintangan terhadap adopsi IoT tidak akan terhindarkan, namun hal tersebut bisa diatasi dengan semakin beragamnya perangkat yang kian pintar dan ‘bisa bicara’ dengan penggunanya,” ungkap Burns.
Kemunculan IoT dinilai mampu menjembatani mesin yang memproduksi data dengan memanfaatkan sensor, dalam perangkat seperti ponsel dan perangkat pintar lainnya untuk mengumpulkan informasi secara realtime. Semua data yang terkumpul akan dianalisa dan dipakai untuk membuat keputusan serta mengembangkan layanan atau produk yang relevan.
IoT mampu mempersempit celah antara data dan eksekusi. Saat ada hal yang tidak bekerja sesuai rencana, IoT dapat membantu memudahkan memperbaiki hal tersebut. Adopsi IoT juga membuat konsep rumah pintar kian nyata dengan hadirnya peralatan elektronik yang bisa ‘saling berkomunikasi’.
STEVY WIDIA
Discussion about this post