youngster.id - Firma modal ventura Alpha JWC Ventures bersama konsultan global Kearney and platform rekrutmen GRIT meluncurkan Talent Playbook. Buku panduan untuk startup tersebut disusun berdasarkan hasil survei terhadap ratusan karyawan startup dan hampir 40 pendiri startup di enam negara ASEAN.
Patner Alpha JWC Ventures Erika Dianasari mengatakan, Talent Playbook diluncurkan dengan tujuan mengedukasi dan membantu pendiri (founder) maupun calon founder perusahaan rintisan (startup) digital dalam menarik, mengelola, dan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) secara efektif dan berkelanjutan.
“Kami sadar bahwa dukungan untuk startup, terutama di bidang manajemen tenaga kerja, sangat dibutuhkan terutama di kondisi ekonomi saat ini. Pimpinan startup harus mengambil langkah tepat untuk menyeimbangkan antara upaya untuk berkembang dan keberlanjutan finansial, dan ini membutuhkan SDM yang tepat, mulai dari rekrutmen hingga retensi,” jelas Erika dalam keterangannya, Senin (5/12/2022).
Erika mengatakan, melalui buku panduan ini pihaknya berharap dapat membekali sejumlah startup dengan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk tak hanya bertahan di saat seperti ini, tapi untuk menjadi market leader di industrinya masing-masing.
Salah satu temuan terpenting dalam riset tersebut adalah 9 dari 10 perusahaan teknologi kesulitan dalam merekrut karyawan berkualitas, terutama yang memiliki kemampuan teknis dan non-teknis. Padahal, kebutuhan akan talenta digital akan terus meningkat ke depan.
Di Indonesia, survei tersebut menyebutkan, pasar internet, communication, and technology (ICT) diproyeksi meningkat hingga lebih dari 48% dari tahun 2021-2026 mencapai hampir US$ 49 miliar. Tidak heran, jika kebutuhan tenaga digital akan meningkat 1,4–1,8 kali pada 2026, dibandingkan dengan saat ini.
Dengan persaingan tenaga kerja yang ketat dan pergeseran mindset pekerja, serta tantangan ekonomi yang sedang berlangsung, sangat penting bagi para pimpinan startup untuk mengetahui tantangan-tantangan yang dihadapi di lanskap tenaga kerja. Selain itu, pimpinan startup harus mempersiapkan diri untuk menavigasi tantangan-tantangan makroekonomi yang memiliki dampak pada perekrutan.
Para pendiri startup juga perlu diedukasi mengenai perbedaan peran-peran dan posisi-posisi yang dibutuhkan sesuai dengan skala perusahaan. Seiring dengan perkembangan perusahaan, perekrutan bukanlah satu-satunya hal penting dalam membangun tim. Perusahaan harus berupaya penuh dalam mengelola dan mempertahankan talenta yang mereka miliki.
Berdasarkan survei, ditemukan bahwa terdapat tiga tantangan utama bagi para perekrut dalam mempertahankan karyawan yaitu kompensasi, ketidakcocokan antara keterampilan dan pengalaman, serta persepsi akan perusahaan sebagai tempat yang sesuai untuk karyawan mengembangkan karir (employer branding).
Dalam proporsi perusahaan yang disurvei, perusahaan tahap awal menghadapi masalah yang lebih besar dengan kompensasi, sementara korporat dan perusahaan tahap akhir menghadapi masalah yang lebih besar dengan persepsi citra perusahaan. Kegagalan untuk mengatasi masalah ini akan menyebabkan tingkat perputaran karyawan yang tinggi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa tenaga kerja di sektor teknologi rentan untuk meninggalkan perusahaan mereka. Sebanyak 91% karyawan mengaku terbuka untuk meninggalkan perusahaan mereka bila ada kesempatan baru. Terdapat tiga faktor utama yang kerap dijadikan alasan dalam meninggalkan pekerjaan: mendapatkan tawaran kompensasi yang lebih baik, ketidaksejajaran dengan visi dan budaya perusahaan, dan minimnya kesempatan untuk berkembang.
Partner & President Director Kearney Shirley Santoso mengungkapkan, pengembangan sumber daya manusia yang solid adalah salah satu prioritas terpenting dan kunci utama bagi perusahaan agar visi digital dapat berhasil. “Tentunya hal ini baru dapat dicapai dengan adanya usaha bersama antara pimpinan perusahaan dan jajaran lainnya dalam upaya yang berkelanjutan, juga mencakup seluruh tingkat organisasi,” ujarnya.
STEVY WIDIA
Discussion about this post