youngster.id - Walaupun banyak yang beranggapan bahwa pelanggan adalah raja, namun pada kenyataannya, belum semua perusahaan sadar akan pentingnya mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Bahkan, baru 31% Perusahaan yang memantau kepuasan pelanggannya.
Hal itu terungkap dari studi yang dilakukan perusahaan konsultan riset pasar Neurosensum, bekerja sama dengan platform survei dan analitik omnichannel berbasis AI, Surveysensum, tentang customer experience di Indonesia. Studi ini menyoroti perkembangan strategi pemahaman terkait kepuasan pelanggan di Indonesia.
Hasil studi itu menyebutkan, saat ini perusahaan di Indonesia telah memprioritaskan peningkatan customer experience secara signifikan. Di tahun 2024 ini telah meningkat menjadi 72% dari tahun 2023 yaitu sebesar 56%.
Studi ini juga memperkenalkan kerangka customer experience maturity dalam tiga tahap. Pertama, Passive Stage: Perusahaan yang masih menggunakan analisis manual dan melakukannya berdasarkan kebutuhan/ad hoc dan bukan bagian dari strategi keseluruhan.
Kedua, Reactive Stage: Pada tahap ini, perusahaan mulai menggunakan dashboard analisi otomatis agar feedback terintegrasi langsung antar departemen. Mereka akan melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan pelanggan yang tidak puas.
Ketiga, Proactive Stage: Tahap ini perusahaan sudah sadar penuh dengan kebutuhan customer experience dengan menggunakan sistem analisis teks berbasis AI, analisis potensi penurunan pelanggan, Perusahaan sudah menggunakan data close loop untuk melakukan perbaikan pada produk maupun proses secara berlanjut.
“Saat ini customer experience maturity di Indonesia sudah berada dalam tahap reaktif bersamaan dengan Malaysia dan Thailand melampaui Filipina, Vietnam, dan Bangladesh yang masih dalam tahap Pasif. Sedangkan saat ini yang sudah lebih siap yaitu India, Russia, Dubai, Australia, Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat,” kata Vika Indriyasari Commercial Director Surveysenum, Selasa (4/6/2024).
Menurut Vika ada beberapa tantangan yang dihadapi terkait customer experience ini. Antara lain, Tim yang sudah menggunakan customer experience belum menggunakan sistem yang mumpuni. Misalnya, pengambilan keputusan oleh customer experience leader.
Selain itu, sebanyak 63% responden menyatakan bahwa mereka tidak memiliki sistem teknologi yang terintegrasi, dan menurut 55% lainnya adalah kurangnya tampilan data/profil customer yang terkonsolidasi. Sementara itu, 54% responden menyatakan sangat sulit untuk bekerjasama dalam peningkatan customer experience ke departemen lain.
Berdasarkan data tersebut, Vika menambahkan bahwa terdapat tiga elemen yang “harus dimiliki” oleh program customer experience yang unggul yaitu adalah: Investasi dalam Tim dan juga peningkatan Keahlian tim Customer Experience, Teknologi Customer Experience yang lebih mumpuni (Platform Feedback untuk Customer Experience, Analisis Teks Berbasis AI, Analisis Prediktif untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan mendatang), dan Integrasi Teknologi antar pemangku kepentingan di perusahaan. (*AMBS)
Discussion about this post